Isu Iklim
Ratusan Aktivis Iklim Blokade Jalan di Depan Pengadilan Tinggi London

Ratusan aktivis lingkungan Kamis (30/1) melakukan aksi duduk di luar Royal Courts of Justice atau Kompleks Pengadilan Tinggi sehingga menutup lalu lintas di pusat kota London.
Enam belas aktivis lingkungan yang dihukum penjara karena tindakan antara lain menghentikan lalu lintas, memblokir sebuah fasilitas minyak dan menyiram sebuah lukisan van Gogh dengan sup, maju ke pengadilan di London itu selama dua hari untuk banding atas hukuman mereka.
Para demonstran dari gerakan Just Stop Oil atau Hentikan Saja Minyak hari Rabu mengatakan para aktivis itu menerima hukuman penjara yang sangat berat – antara 15 bulan dan lima tahun – karena tindakan mereka yang mengganggu namun berlangsung damai.
Salah seorang demonstran, Paddy Friend, mengatakan, "Saya hadir hari ini, duduk di depan Royal Court of Justice di London, karena hukum dan demokrasi kita telah dirusak oleh industri minyak, industri senjata. Orang-orang yang baik, bersikap damai dan tidak melakukan kekerasan, yang berunjuk rasa, yang menentang hal ini, dipenjarakan. Mereka telah dipenjarakan selama bertahun-tahun.”
Kelompok itu berpendapat bahwa para demonstran yang dipenjarakan adalah “tahanan politik” yang “bertindak untuk membela diri serta untuk melindungi keluarga dan komunitas kita.”
Danny Friedman, pengacara para penggugat, mengatakan, jika dibiarkan berlaku, hukuman itu akan menandai “pergeseran paradigma” dalam penjatuhan hukuman pidana untuk protes damai yang terkait dengan hati nurani.
Lima penggugat dipenjarakan karena unjuk rasa November 2022 di mana para demonstran memanjat kerangka penopang (gantry) di atas jalan raya yang ramai. Yang lainnya dijatuhi hukuman karena menggali dan menduduki terowongan-terowongan di bawah jalan yang menuju ke sebuah terminal minyak di Inggris tenggara dan menyiramkan sup ke kaca pelindung lukisan Sunflower karya van Gogh di Galeri Nasional London.
Pemerintah pimpinan partai Konservatif yang kehilangan kekuasaan pada Juli 2024 memperketat UU antiprotes sebagai tanggapan atas aksi aktivis lingkungan yang memblokir jalan dan jembatan, melekatkan diri ke kereta, menyirami karya seni dengan cat, menyemprotkan darah imitasi ke bangunan-bangunan dan menyiramkan bubuk oranye ke para atlet untuk meningkatkan kesadaran mengenai perubahan iklim.
Pemerintah mengatakan UU itu mencegah aktivis ekstremis merugikan perekonomian dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Berbagai organisasi kebebasan sipil telah mendesak pemerintah Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah dan terpilih pada Juli lalu agar melonggarkan restriksi terhadap protes yang diberlakukan pendahulunya.
Tiga hakim kemungkinan besar akan menjatuhkan putusan mereka dalam beberapa hari atau pekan mendatang. [uh/ab]
- Patsy Widakuswara
Trump Tinggalkan Fokus Amerika pada Energi Terbarukan

Di antara banyak rencana yang ditetapkan oleh Presiden Donald Trump pada hari pertamanya kembali menjabat adalah arahan presiden bagi Amerika Serikat untuk menghentikan program peralihan ke energi bersih dan meningkatkan produksi minyak. Bagaimana tantangan yang dihadapi kebijakan Trump tersebut?
Menanggulangi perubahan iklim merupakan inti dari pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, tetapi di bawah Presiden Donald Trump, Amerika Serikat bergerak ke arah yang berbeda.
“Hari ini saya juga akan mengumumkan keadaan darurat energi nasional. Kami akan (terus) mengebor, sayang, mengebor (minyak),” kata Trump.
Ketika seorang presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, ia memiliki lebih banyak kewenangan eksekutif untuk menyelesaikan berbagai hal, termasuk mencabut regulasi industri untuk mengebor minyak dan gas.
Pada hari Jumat, Trump menambahkan faktor geopolitik, dengan mengatakan bahwa menurunkan harga minyak adalah kunci untuk mengakhiri perang di Ukraina.
“OPEC harus segera bertindak dan menurunkan harga minyak sehingga perang itu akan segera berakhir,” imbuh Trump.
Para analis merasa skeptis bahwa tuntutan dan kebijakan Trump tersebut akan berdampak signifikan pada harga minyak, seperti diungkapkan oleh Sheila Olmstead, guru besar di Universitas Cornell yang berbicara dengan VOA melalui Skype. “Anda harus memikirkan hal-hal seperti pasokan minyak yang didorong oleh permintaan internasional dan hal-hal lain yang akan sangat berbeda dari berbagai jenis kebijakan yang mungkin dipikirkan oleh Presiden Trump, yang dapat, di antaranya, memengaruhi eksplorasi dan ekstraksi minyak dan gas.”
Analis mengatakan harga minyak yang rendah juga akan merugikan para donor Trump, yaitu industri bahan bakar fosil Amerika. Para pendukung energi terbarukan menunjukkan bahwa produksi minyak dan gas AS sudah mencapai puncaknya.
Heather O'Neill adalah presiden dan CEO Advanced Energy United, sebuah lembaga nirlaba di Washington, DC. Ia berbicara dengan VOA melalui Zoom. “Jadi, jika ini adalah keadaan darurat, mengapa kita tidak mencari semua sumber daya yang tersedia, khususnya yang menunjukkan nilai riil pada jaringan listrik? Mengapa kita tidak memanfaatkan semua sumberdaya yang kita miliki?,” tanyanya.
Trump, yang telah berulang kali menyebut perubahan iklim sebagai “tipuan,” ingin menghentikan upaya untuk meningkatkan kendaraan listrik di AS, dengan mencabut keringanan pajak untuk pembelian dan manufaktur kendaraan listrik yang disahkan oleh Kongres selama masa jabatan Biden.
“Kami akan mencabut mandat kendaraan listrik, menyelamatkan industri otomotif kami dan menepati janji suci saya kepada para pekerja otomotif Amerika yang hebat,” tandas Trump.
Namun, ia akan membutuhkan persetujuan Kongres untuk langkah tersebut.
Analis mengatakan hal itu kontraproduktif dengan tujuan yang dinyatakan oleh Trump sendiri untuk bersaing dengan China, yang sudah menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia.
Berbicara dengan VOA, Jun Chen, profesor di Universitas Oakland, mengatakan, “Ada konsensus di kalangan akademisi bahwa kendaraan listrik adalah jalan keluar. Kendaraan listrik adalah jalan keluar untuk mengatasi masalah lingkungan kita. Tidak ada jalan mundur dalam pengembangan kendaraan listrik.”
Tindakan Trump pada hari pelantikan juga mencakup perintah untuk menarik AS dari komitmen iklim internasional.
“Hal berikutnya, Bapak Presiden, adalah surat yang akan dikirimkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menjelaskan bahwa kami menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris.”
AS saat ini memproduksi lebih banyak minyak dan gas daripada negara mana pun dalam sejarah.
Sementara itu, meskipun mempertahankan sebagian besar produksi bahan bakar fosilnya, China adalah produsen panel surya dan turbin angin terkemuka di dunia. Negara itu juga merupakan pencemar iklim terbesar di planet Bumi. [lt/ab]
- Associated Press
Eropa Catat Rekor Penggunaan Energi Bersih; Trump Gencarkan Penggunaan Bahan Bakar Fosil di AS

Para ahli mengatakan mereka terdorong oleh pengurangan bahan bakar fosil di Eropa, khususnya karena AS tampaknya akan meningkatkan emisinya karena presiden barunya menjanjikan harga bahan bakar yang lebih murah.
Sebanyak 47% listrik Uni Eropa (UE) kini berasal dari tenaga surya dan sumber energi terbarukan lainnya, kata sebuah laporan hari Kamis (23/1). Kondisi tersebut menjadi tanda lain dari kesenjangan yang kian besar antara upaya blok itu untuk menggunakan energi bersih dan pemerintahan baru AS yang mendorong penggunaan lebih banyak bahan bakar fosil.
Hampir tiga per empat listrik UE tidak mengeluarkan gas penyebab pemanasan bumi ke udara — dengan 24% energi listrik lainnya di blok tersebut berasal dari tenaga nuklir, kata laporan yang dirilis oleh lembaga kajian energi iklim Ember. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi daripada di negara-negara seperti AS dan China, di mana hampir dua per tiga energi mereka masih diproduksi dari bahan bakar fosil penghasil karbon yang mencemari seperti batu bara, minyak, dan gas.
Para ahli mengatakan mereka terdorong oleh pengurangan bahan bakar fosil di Eropa, khususnya karena AS tampaknya akan meningkatkan emisinya karena presiden barunya menjanjikan harga bahan bakar yang lebih murah, menghentikan sewa untuk proyek pembangkit listrik tenaga angin, dan berjanji untuk mencabut insentif era Biden untuk kendaraan listrik.
"Bahan bakar fosil kehilangan cengkeramannya pada energi UE," kata Chris Rosslowe, pakar energi di Ember. Pada tahun 2024, tenaga surya menghasilkan 11% listrik UE, menyalip batu bara yang turun di bawah 10% untuk pertama kalinya. Sumber energi bersih dari tenaga angin menghasilkan lebih banyak listrik daripada gas untuk tahun kedua berturut-turut.
Data tahun 2024 tidak tersedia untuk semua negara. Data Ember untuk pembangkit listrik terbesar di dunia untuk tahun 2023 menunjukkan Brazil dengan pangsa listrik terbesar dari sumber energi terbarukan, hampir mencapai 89%, di mana sebagian besar berasal dari tenaga hidroelektrik. Kanada sendiri memiliki sekitar 66,5%, China dengan 30,6%, dan Prancis dengan 26,5%. Sementara itu, jumlah cakupan energi terbarukan yang menghasilkan listrik di AS dan India masing-masing mencapai 22,7% dan 19,5%.
Salah satu alasan mengapa transisi energi bersih Eropa berjalan cepat adalah Kesepakatan Hijau Eropa, suatu kebijakan ambisius yang disahkan pada tahun 2019 yang membuka jalan bagi pemutakhiran Undang-undang iklim. Sebagai hasil dari kesepakatan tersebut, Uni Eropa membuat target mereka lebih ambisius, dengan tujuan untuk memangkas 55% emisi di kawasan tersebut pada akhir dekade ini. Kebijakan tersebut juga bertujuan untuk menjadikan Eropa netral terhadap iklim — mengurangi jumlah emisi tambahan di udara hingga hampir nol — pada tahun 2050.
Ratusan peraturan dan arahan di negara-negara Eropa untuk memberi insentif investasi dalam energi bersih dan mengurangi polusi karbon telah disahkan atau sedang dalam proses diratifikasi di seluruh Eropa.
"Pada awal Kesepakatan, energi terbarukan merupakan sepertiga dan bahan bakar fosil menyumbang 39% listrik Eropa," kata Rosslowe. "Saat ini, bahan bakar fosil hanya menghasilkan 29% dan tenaga angin serta tenaga surya telah mendorong transisi energi bersih." Jumlah listrik yang dihasilkan oleh energi nuklir tetap relatif stabil di blok tersebut. [uh/ab]
- Utami Hussin
VOA Headline News: Eropa Catat Rekor Penggunaan Energi Bersih, Sementara Trump Arahkan AS ke Bahan Bakar Fosil
Layanan Cuaca Keluarkan Peringatan Waspada Kebakaran untuk California

Peringatan waspada kebakaran itu berlaku untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Los Angeles dan Ventura hingga Kamis pukul 20.00.
Layanan Cuaca Nasional (National Weather Service/NWS) Selasa (21/1) mengeluarkan peringatan waspada kebakaran untuk sebagian besar daerah Los Angeles dan Ventura di California karena "kelembapan relatif yang sangat rendah dan periode angin lepas pantai yang kencang" di daerah tersebut.
NWS mengatakan "peringatan waspada kebakaran dengan situasi sangat berbahaya telah berakhir, tetapi kondisi cuaca rawan kebakaran yang berbahaya terus berlanjut hingga Kamis (23/1) atau Jumat (24/1)."
Angin timur laut akan tetap "berembus kencang" di perbukitan dan pegunungan, kata NWS dalam sebuah pernyataan. Tingkat kelembapan rendah akan terus berlanjut.
Angin diperkirakan akan tenang di beberapa daerah pada Selasa (21/1) malam hingga Rabu (22/1), tetapi kondisi yang sangat kering akan terus berlanjut dan angin akan menguat kembali pada Rabu malam, menurut layanan cuaca tersebut. Peringatan waspada kebakaran itu berlaku untuk sebagian besar wilayah Kabupaten Los Angeles dan Ventura hingga Kamis pukul 20.00.
Sebelumnya pada Selasa, NWS mengatakan ada risiko ekstrem terjadinya kebakaran di beberapa wilayah California Selatan. NWS mengatakan angin berkecepatan 32 hingga 64 kilometer per jam, dikombinasikan dengan "angin yang lebih kencang di daratan, tingkat kelembapan relatif yang rendah, dan bahan kering yang mudah terbakar, telah menyebabkan kondisi yang berbahaya tersebut."
Angin kencang memicu beberapa kebakaran yang tersebar pada Selasa di Los Angeles, tetapi petugas pemadam kebakaran yang waspada dengan cepat mengendalikan api.
Setidaknya 27 orang tewas dalam serangkaian kebakaran hutan di wilayah Los Angeles selama dua pekan terakhir karena angin Santa Ana yang bercampur dengan kondisi kering di darat membuat api cepat menyebar.
Kepala Pengawas Daerah Los Angeles Kathryn Barger telah meminta penyelidikan eksternal atas proses pemberitahuan evakuasi bagi warga Altadena bagian barat, di dekat Kebakaran Eaton, salah satu dari beberapa kebakaran yang terjadi di Los Angeles. Sebuah laporan di Los Angeles Times mengatakan perintah evakuasi untuk Altadena bagian barat tertunda berjam-jam.
"Dari apa yang telah diberitahukan kepada saya, itu adalah malam yang penuh kekacauan bagi petugas pemadam kebakaran dan petugas tanggap darurat," kata Barger kepada The Times. Barger mengatakan bahwa ia memiliki "kekhawatiran mendalam" tentang apa yang terjadi.
Warga mengatakan kepada Times bahwa pada saat mereka menerima perintah evakuasi, banyak rumah di daerah itu sudah terbakar.
Tujuh belas orang dilaporkan tewas dalam kebakaran Eaton.
Wali Kota Los Angeles Karen Bass mengatakan instruksi yang ditandatanganinya pada Selasa dirancang untuk membendung aliran puing-puing beracun dari kebakaran di wilayah itu serta melindungi pantai dan lautan di daerah itu. [uh/ft]
Badai Salju Langka Landa Houston dan New Orleans

Layanan Cuaca Nasional mengeluarkan peringatan badai salju untuk wilayah mulai dari Texas di selatan hingga timur melalui Georgia dan ke utara ke negara bagian South Carolina dan North Carolina hingga ke Virginia.
Badai musim dingin yang jarang terjadi melanda kawasan Pantai Teluk Amerika Serikat, Selasa (21/1). Badai itu mencurahkan salju yang memecahkan rekor lebih dari satu abad di kawasan selatan, di mana hujan salju jarang terjadi. Sementara itu sebagian besar wilayah Amerika masih diliputi suhu dingin membeku yang berbahaya.
Peringatan badai salju berlaku bagi 31 juta orang – mulai dari Texas di selatan hingga timur melalui Georgia dan ke utara ke negara bagian South Carolina dan North Carolina hingga ke Virginia – hingga Rabu (22/1) pagi, kata Layanan Cuaca Nasional (National Weather Service/NWS).
Dengan bergeraknya badai ke arah timur, para petugas di dekat Houston membersihkan jalan-jalan raya, pada Selasa. Sementara itu jalan-jalan di pusat kota itu, yang diselimuti salju putih, praktis kosong.
Sekolah-sekolah ditutup pada Selasa (21/1) dan Rabu (22/1) sementara kota terbesar keempat di AS itu diperkirakan diguyur hujan salju setinggi 10 sentimeter.
“Saya telah tinggal di Texas sepanjang usia saya dan saya belum pernah melihat salju sedalam ini,” kata Ishan Bhaidani, 29, yang memiliki perusahaan konsultan teknologi keuangan di Houston.
“Biasanya kota ini sangat dingin, tetapi salju sehalus ini, ini pertama kalinya," imbuh Bhaidani.
Pihak berwenang di Houston menyelidiki dua kematian yang mungkin terkait cuaca, termasuk seorang lelaki tunawisma yang didapati tewas di dekat sebuah kompleks apartemen, kata Sherif Kabupaten Harris dalam pernyataan yang diunggah di X.
Salju juga turun di New Orleans, di mana salju terakumulasi setinggi hampir 25 sentimeter pada sore hari, menurut NWS.
Richard Bann, pakar cuaca di NWS, mengatakan, badan tersebut mencoba memastikan apakah hujan salju hari Selasa memecahkan rekor di New Orlans yang tercatat 20 sentimeter pada 1895.
Menurut NWS, kali terakhir New Orleans menerima hujan salju yang dapat diukur adalah pada tahun 2009.
Hujan salju yang memecahkan rekor 144 tahun, bercurah lebih dari 15 sentimeter, turun d Mobile, Alabama, pada sore hari, menurut NWS.
Badai ini diperkirakan bergerak perlahan melalui Mississippi, Georgia dan Florida awal pekan ini.
Badai itu mengganggu perjalanan udara dengan menyebabkan penundaan atau pembatalan penerbangan pada hari Selasa. Lebih dari 1.000 penerbangan dari dan ke Bandara Internasional George Bush, Houston, dibatalkan, menurut Flightaware.com. [uh/ns]
Trump Tarik Amerika dari Perjanjian Iklim Paris, Pemimpin Eropa Bersikeras Pertahankan

Beberapa instruksi presiden telah dibatalkan Presiden Donald Trump, terutama menarik AS dari Perjanjian Iklim Paris, menjadi pembicaraan dalam acara tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos. Para pemimpin Eropa bersikeras akan bersatu dan mempertahankan perjanjian itu, serta mengirim pesan ke Amerika.
Tak lama setelah menjabat sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat, Presiden Donald Trump mulai menghapus sebagian warisan Presiden Joe Biden; mulai dari memberi pengampunan pada hampir semua pendukungnya yang melakukan kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari 2021, dan mengeluarkan serangkaian instruksi presiden yang mengisyaratkan keinginannya merombak badan-badan di AS.
Trump menandatangani inpres untuk meningkatkan keamanan di perbatasan, menetapkan kartel narkoba sebagai organisasi teroris asing, membatasi pemberian kewarganegaraan bagi anak-anak yang lahir di AS, membekukan beberapa peraturan baru, dan membentuk gugus tugas untuk efisiensi pemerintah federal.
Trump juga menandatangani inpres yang mengarahkan Amerika untuk kembali menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris yang penting. Langkah ini menjadi pukulan terhadap upaya dunia untuk memerangi pemanasan global, dan sekali lagi menjauhkan AS dari sekutu-sekutu terdekatnya.
Sewaktu menandatangi inpres itu di hadapan sekitar 2.500 orang yang memadati Capital One Arena di Washington DC, Trump mengatakan “dengan keluar dari Perjanjian Iklim Paris, Amerika dapat menghemat lebih dari satu triliun dolar.”
Will Scharf, Staf Gedung Putih yang mendampinginya juga memperkuat pernyataannya “dengan keluar dari perjanjian itu, Amerika dapat menghemat lebih dari satu triliun dolar.”
Uni Eropa Tegaskan Tetap Teguh pada Perjanjian Iklim Paris
Kepala Uni Eropa Ursula von der Leyen menegaskan blok 27 negara itu akan tetap berpegang teguh pada Perjanjian Iklim Paris meskipun Trump memutuskan untuk menarik Amerika dari perjanjian itu.
“Perjanjian Paris terus menjadi harapan terbaik bagi seluruh umat manusia. Eropa akan tetap berada di jalur yang benar, dan terus bekerja sama dengan semua negara yang ingin melindungi alam dan menghentikan pemanasan global. Demikian juga, semua benua harus memahami peluang AI dan mengelola risikonya. Dalam tantangan seperti ini, kita tidak berpacu dengan satu sama lain, tetapi kita berpacu dengan waktu. Bahkan di tengah persaingan yang ketat, kita harus bersatu.”
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan blok itu harus “tetap berpegang teguh pada tujuan” Kesepakatan Hijau Eropa, baik untuk alasan daya saing maupun lingkungan.
“Setelah apa yang terjadi kemarin, dunia ini penuh dengan ketidakpastian dan mungkin besok akan ada lebih banyak lagi ketidakpastian. Mari kita sebagai orang Eropa di dalam Uni Eropa tidak menambah ketidakpastian dengan menciptakan ambiguitas pada tujuan kita,” ujar De Croo.
Sekjen Dewan Eropa yang juga mantan presiden Swiss, Alain Berset, menilai Eropa harus mengirim pesan yang jelas kepada Amerika. “Trump mengirim pesan yang jelas, dan dari perspektif Eropa dan Dewan Eropa, kita juga harus mengirim pesan yang jelas. (Bahwa) kita memiliki nilai, demokrasi, aturan hukum dan hak asasi yang kuat. Kita harus terlibat selama lima tahun ke depan untuk menjadi kuat, sekuat mungkin, namun tetap bersatu,” tukasnya.
Jesper Brodin, Kepala Eksekutif IKEA, perusahaan mebel global, menggarisbawahi manfaat Perjanjian Iklim Paris bagi dunia bisnis. “Bagi kami – yang telah mengikuti perjalanan yang tidak mulus selama beberapa tahun ini – kami tidak hanya dapat berhasil memenuhi Perjanjian Iklim Paris, tetapi juga bagaimana perjanjian ini dapat memberikan manfaat bagi bisnis.”
Harapan
Andy Beshear, Gubernur Kentucky yang merupakan salah satu politisi Amerika yang hadir dalam pertemuan di Swiss itu menyampaikan harapan bahwa Trump dan para pendukungnya akan menyadari pentingnya aliansi di seluruh dunia.
“Pidato Trump berbeda dengan yang akan saya sampaikan. Tetapi dia telah terpilih sebagai presiden dan dia berhak untuk menyampaikan pidato pelantikannya dengan cara yang dia pilih. Saya berharap Trump dan para penasihatnya akan menyadari betapa pentingnya aliansi bagi stabilitas global, terutama betapa pentingnya hubungan antara Eropa dan Amerika bagi stabilitas global,” kata Beshear.
Kesepakatan Paris bertujuan untuk membatasi pemanasan global jangka panjang hingga 1,5 derajat Celcius atau jika tidak tercapai, menjaga suhu setidaknya di bawah sekitar 2 derajat Celcius, di atas tingkat pra-industri. [em/hj/aa]
Pemanasan Global Resmi Lampaui Ambang Batas 1,5 Derajat Celsius pada 2024

Tahun 2024 adalah tahun terpanas yang tercatat sejauh ini, dan menjadi tahun pertama ketika suhu dunia melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius seperti yang ditetapkan dalam Perjanjian Iklim Paris. Para ilmuwan mengatakan masih ada harapan untuk memperbaiki situasi, tetapi waktu menjadi kuncinya.
Pada 2024 untuk pertama kalinya dunia mengalami satu tahun penuh suhu global di atas 1,5 derajat Celsius sejak masa praindustri, menurut para ilmuwan, pada 10 Januari lalu.
Suhu udara di setiap benua mengalami kenaikan sepanjang 2024, menyebabkan gelombang panas, kekeringan dan cuaca ekstrem. Tonggak sejarah itu dipastikan oleh para ilmuwan di Badan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa.
Mereka memperingatkan, perubahan iklim mendorong suhu planet Bumi ke tingkat yang belum pernah dirasakan oleh manusia modern.
Carlo Buontempo, Direktur Badan Perubahan Iklim Copernicus UE, mengatakan, “Setiap bulan, dari Januari hingga Juli lalu, telah menjadi bulan-bulan terhangat yang pernah tercatat. Juli adalah bulan terhangat kedua, dan setelah itu terus menjadi yang kedua atau mendekati yang pertama. Tapi ketika Anda menggabungkan semuanya, lintasannya sungguh luar biasa dan menjadikannya sebagai tahun terhangat yang pernah tercatat.”
Selain Badan Perubahan Iklim Copernicus UE, enam badan iklim lain merilis data temperatur tahun 2024 pada 10 Januari, yang seluruhnya menunjukkan hasil yang sama. Keenamnya adalah Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa (European Center for Medium Range Weather Forecasts/ECMWF), Badan Meterologi Jepang, NASA, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (US National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA), Kantor Meterologi Inggris yang berkolaborasi dengan Unit Riset Iklim Universitas East Anglia (HadCRUT), serta Berkeley Earth.
Suhu rata-rata planet Bumi sepanjang tahun lalu 1,6 derajat Celsius lebih tinggi daripada suhu rata-rata tahun 1850-1900. Periode itu adalah “periode praindustri” sebelum manusia mulai menggunakan bahan bakar fosil, yang menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar.
Lebih dari itu, tahun 2024 adalah tahun terpanas di dunia sejak pencatatan suhu Bumi dimulai, dan setiap tahun selama sepuluh tahun terakhir termasuk di antara sepuluh tahun terhangat yang pernah tercatat.
Melalui Perjanjian Paris 2015, berbagai negara berjanji untuk mencoba mencegah suhu rata-rata global agar tidak melampaui ambang batas simbolis sebesar 1,5 derajat Celsius, untuk menghindari bencana iklim yang lebih parah dan mahal.
Meski memecahkan rekor, suhu rata-rata global tahun 2024 tidak melampaui target Perjanjian Paris, yang memang mengukur suhu rata-rata jangka panjang. Sejauh ini, planet Bumi telah menghangat rata-rata 1,3 derajat Celsius, tetapi akan mencapai 3,1 derajat Celsius pada 2100 seandainya kebijakan iklim saat ini tidak diubah, menurut laporan Kesenjangan Emisi PBB 2024.
Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) Ko Barrett mengatakan bahwa kenaikan suhu dan pengurangan emisi gas rumah kaca yang tidak memadai sungguh mengkhawatirkan. “Kita harus mengubah kedua tren ini ke arah yang benar jika kita mau mengatasi dampak jangka panjang dari perubahan iklim,” sebutnya.
Sementara menurut Buontempo, belum terlambat bagi negara-negara di dunia untuk segera memangkas emisi dan mencegah semakin buruknya dampak perubahan iklim.
“Perjanjian Paris akan terlanggar dalam waktu dekat, entah akhir 2020-an, awal 2030-an, tapi yang jelas kita akan mencapai (ambang batas) 1,5 derajat Celsius, seperti yang disebutkan dalam Perjanjian Paris, dan melampauinya.
“Tapi ini belum selesai. Kita bisa mengubah lintasan itu dari sekarang. Kita bisa melakukannya, tapi kita perlu melakukannya atas dasar sains, atas dasar bukti, dan ada banyak bukti yang bisa kita jadikan landasan tindakan kita,” jelasnya.
Dampak-dampak perubahan iklim kini bisa terlihat di setiap benua, memengaruhi kehidupan manusia baik di negara terkaya maupun termiskin di muka Bumi. Badai dan hujan deras semakin parah, karena atmosfer yang lebih panas dapat menampung lebih banyak air yang menyebabkan hujan deras.
Ironisnya, meski kerugian akibat bencana-bencana tersebut semakin parah, kemauan politik untuk mengurangi emisi telah memudar di beberapa negara.
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, yang mulai menjabat pada 20 Januari, telah menyebut perubahan iklim sebagai hoaks, terlepas dari konsensus ilmiah di seluruh dunia yang menyatakan bahwa hal itu terjadi akibat perilaku manusia dan akan menimbulkan konsekuensi yang parah jika tidak ditangani. [rd/ns]
Aktivis Iklim di Inggris Coret Makam Charles Darwin dengan Kapur

Kepolisian Metropolitan London menyatakan petugas menangkap dua perempuan atas dugaan kerusakan kriminal “dengan menggunakan apa yang diyakini sebagai cat bubuk di Westminster Abbey.”
Aktivis iklim, Senin (13/1) menarget makam Charles Darwin dengan cat kapur dalam aksi kontroversial terbaru terkait kebijakan lingkungan pemerintah Inggris.
Kelompok Just Stop Oil (JSO) menyatakan dua pendukungnya menyemprotkan kapur bertuliskan “1.5 is dead” di makam ilmuwan biologi abad ke-19 tersebut di Westminster Abbey, pusat kota London.
Aksi ini menyusul pengumuman pemantau iklim Eropa pekan lalu bahwa dalam dua tahun terakhir, suhu rata-rata global untuk pertama kalinya melebihi batas kritis pemanasan 1,5 derajat Celsius.
Kepolisian Metropolitan London menyatakan petugas menangkap dua perempuan atas dugaan kerusakan kriminal “dengan menggunakan apa yang diyakini sebagai cat bubuk di Westminster Abbey.”
“Polisi dipanggil… setelah menerima laporan bahwa keduanya telah ditahan oleh petugas keamanan,” ujar seorang juru bicara. “Mereka kemudian dibawa ke kantor polisi di London pusat dan saat ini masih ditahan.”
Seorang juru bicara gereja menyebut insiden ini tidak diperkirakan menimbulkan kerusakan permanen, dan area gereja tetap dibuka bagi jemaat maupun pengunjung.
JSO, yang dibentuk pada awal 2022 untuk menekan kebijakan pemerintah Inggris terkait eksplorasi minyak dan gas, menyebutkan identitas dua aktivis di balik aksi tersebut.
Mereka adalah Alyson Lee, 66, seorang asisten pengajar yang telah pensiun, dan Di Bligh, 77, mantan kepala eksekutif dewan pemerintah daerah.
“Kami berupaya agar pemerintah mengambil tindakan atas perubahan iklim. Mereka tidak melakukan cukup,” kata Lee kepada wartawan saat dibawa polisi.
JSO telah melakukan sejumlah aksi serupa, di antaranya menyiramkan sup ke lukisan ikonik “Sunflowers” karya Vincent van Gogh, serta menaburkan bubuk cat oranye ke batu tegak prasejarah Stonehenge. [th/lt]
Gempa Bumi Guncang Jepang, Tibet

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,8 mengguncang wilayah barat daya Jepang pada Senin malam (13/1), menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Otoritas setempat kemudian mengeluarkan peringatan tsunami.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) menerbitkan peringatan gelombang setinggi hingga satu meter setelah gempa terjadi di lepas pantai Prefektur Miyazaki, kawasan Pulau Kyushu, sekitar pukul 21.19 waktu setempat.
USGS sebelumnya memperkirakan kekuatan gempa berada pada 6,9, namun kemudian merevisi menjadi 6,8. Meski demikian, lembaga itu menyatakan “tidak ada ancaman tsunami dari gempa ini.”
JMA tetap mengimbau masyarakat menjauhi wilayah pesisir.
“Tsunami dapat terjadi berulang kali. Mohon untuk tidak memasuki laut atau mendekati daerah pantai,” tulis JMA di X.
Tidak lama berselang, gempa berkuatan magnitudo 4.9 dan 5.0 mengguncang wilayah Tingri di Tibet, menurut China Earthquake Networks Center.
Pekan lalu, wilayah itu juga diguncang gempat berkekuatan magnitudo 6.8 dan menewaskan sedikitnya 126 orang. [th/lt]
2024: Tahun Paling Panas, Lewati Batas Pemanasan Global

WMO mengatakan enam set data internasional semuanya mengonfirmasi bahwa 2024 adalah tahun terpanas yang tercatat, memperpanjang "rekor suhu luar biasa yang memecahkan rekor" selama satu dekade.
Selama dua tahun terakhir, suhu rata-rata global telah melampaui batas pemanasan yang dianggap berbahaya untuk pertama kalinya, menurut pemantau iklim Eropa pada Jumat (10/1). Sementara itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mendesak agar dilakukan tindakan iklim yang lebih inovatif.
Meskipun ini tidak berarti ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celsius yang disepakati secara internasional telah dilanggar secara permanen, PBB memperingatkan bahwa hal tersebut berada dalam "bahaya besar."
"Penilaian hari ini dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) jelas," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Pemanasan global adalah fakta yang dingin dan tak terbantahkan"
Ia menambahkan, "Suhu ekstrem pada 2024 memerlukan tindakan iklim yang inovatif pada 2025. Masih ada waktu untuk menghindari bencana iklim terburuk. Namun, para pemimpin harus bertindak -- sekarang."
WMO mengatakan enam set data internasional semuanya mengonfirmasi bahwa 2024 adalah tahun terpanas yang tercatat, memperpanjang "rekor suhu luar biasa yang memecahkan rekor" selama satu dekade.
Amerika Serikat menjadi negara terbaru yang melaporkan bahwa rekor suhu panasnya telah terpecahkan, mengakhiri tahun yang ditandai dengan tornado dan badai hebat.
Pengumuman tersebut muncul beberapa hari sebelum Presiden terpilih Donald Trump, yang telah berjanji untuk menggandakan produksi bahan bakar fosil, mulai menjabat.
Panas yang berlebihan memicu cuaca ekstrem, dan pada 2024, negara-negara mulai dari Spanyol hingga Kenya, Amerika Serikat, dan Nepal mengalami bencana yang menurut beberapa perkiraan mengakibatkan kerugian lebih dari $300 miliar.
Los Angeles saat ini tengah berjuang melawan kebakaran hutan mematikan yang menghangusan ribuan bangunan dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi.
Peringatan Keras
Tahun dengan rekor baru diperkirakan tidak akan terjadi pada 2025, karena tenggat waktu PBB semakin dekat bagi negara-negara untuk berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Prediksi saya adalah tahun ini akan menjadi tahun terhangat ketiga," kata ilmuwan iklim terkemuka NASA, Gavin Schmidt, mengutip keyakinan Amerika bahwa tahun ini dimulai dengan La Nina yang lemah, pola cuaca global yang diperkirakan akan membawa sedikit pendinginan.
Analisis WMO terhadap enam kumpulan data menunjukkan suhu permukaan rata-rata global adalah 1,55 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
"Ini berarti bahwa kita mungkin baru saja mengalami tahun kalender pertama dengan suhu rata-rata global lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas rata-rata tahun 1850-1900," katanya.
Pemantau iklim Eropa, Copernicus, yang menyediakan salah satu kumpulan data, menemukan bahwa kedua tahun terakhir telah melampaui batas pemanasan yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015.
Suhu global telah melonjak "melampaui apa yang pernah dialami manusia modern", katanya.
Para ilmuwan menekankan bahwa ambang batas 1,5 derajat Celsius dalam Perjanjian Paris mengacu pada kenaikan suhu yang berkelanjutan selama beberapa dekade, memberikan secercah harapan.
Namun, Johan Rockstrom dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim menyebut tonggak sejarah itu sebagai "tanda peringatan yang jelas."
"Kita sekarang telah merasakan pertama kali dunia mencapai 1,5 derajat Celsius, yang telah menyebabkan penderitaan dan kerugian ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi masyarakat dan ekonomi global," katanya kepada AFP.
Di Ambang Kehancuran
Hampir 200 negara sepakat di Paris pada 2015 bahwa mencapai 1,5 derajat Celsius memberikan peluang terbaik untuk mencegah dampak paling dahsyat dari perubahan iklim.
Namun, dunia masih jauh dari jalur yang benar.
Sementara catatan Copernicus berasal dari 1940, data iklim lainnya dari inti es dan lingkaran pohon menunjukkan bahwa Bumi sekarang kemungkinan besar menjadi yang terhangat dalam puluhan ribu tahun terakhir.
Para ilmuwan mengatakan setiap fraksi derajat di atas 1,5 derajat Celsius sangat penting — dan bahwa melampaui titik tertentu, iklim dapat berubah dengan cara yang sulit diprediksi.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah membuat kekeringan, badai, banjir, dan gelombang panas semakin sering dan lebih intens.
Meninggalnya 1.300 jemaah haji di Arab Saudi akibat cuaca panas ekstrem, serangkaian badai tropis yang dahsyat di Asia dan Amerika Utara, serta banjir bersejarah di Eropa dan Afrika menandai tonggak suram pada 2024. [ah/ft]
Salju dan Es Ganggu Perjalanan Pascaliburan di Eropa

Salju dan es memaksa puluhan penerbangan di Eropa dibatalkan pada Minggu (5/1), mengacaukan akhir musim liburan tahun baru yang padat.
Berikut rangkuman beberapa gangguan yang terjadi:
Inggris
Sejumlah bandara di kota Manchester dan Liverpool di barat laut, Birmingham di wilayah tengah, serta Bristol di bagian barat, dibuka kembali pada Minggu setelah hujan salju lebat memaksa penutupan landasan pacu di berbagai wilayah Inggris.
Namun, bandara Leeds Bradford di utara menyatakan landasan pacunya akan tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Salju juga menutup sejumlah ruas jalan utama di Inggris utara, sementara jalur kereta antara Leeds dan Halifax terganggu karena kondisi cuaca.
Jerman
Salju dan lapisan es mengakibatkan pembatalan puluhan penerbangan di bandara Frankfurt, yang merupakan bandara terbesar di Jerman.
Sebanyak 120 dari sekitar 1.990 penerbangan di bandara yang terletak di bagian barat negara itu dibatalkan, ujar juru bicara bandara kepada kantor berita AFP. Ia menjelaskan, “Landasan pacu perlu dibersihkan, dan proses ‘de-icing’ pesawat menjadi lebih rumit dan memakan waktu.”
Jarak pandang yang buruk turut menjadi faktor di balik pembatalan penerbangan.
Di Munich, 35 penerbangan dibatalkan sebagai langkah antisipasi dari total 750 jadwal keberangkatan dan kedatangan di bandara terbesar kedua Jerman, menurut keterangan juru bicara setempat.
Belanda
Di Bandara Schiphol Amsterdam, salah satu hub utama Eropa, 68 penerbangan dibatalkan dan lebih dari 200 mengalami penundaan akibat kondisi bersalju, menurut laman resmi situs bandara tersebut.
Bandara itu memperingatkan para penumpang untuk memeriksa status penerbangan sebelum berangkat.
Pembatalan terutama terjadi pada rute-rute Eropa, tetapi penerbangan jarak jauh juga terkena dampak, di antaranya ke Newark dan Detroit, Amerika Serikat.
Spanyol
Di Spanyol, penumpang menghadapi keterlambatan hingga 3,5 jam.
Beberapa penerbangan yang mendarat di bandara Madrid dan Barcelona dari berbagai kota Eropa dibatalkan, menurut laman resmi bandara.
Penerbangan yang dibatalkan berasal dari Frankfurt, Cologne, Munich, Amsterdam, Rotterdam, Liverpool, Manchester, London, dan Paris.
Tidak ada peringatan salju atau es yang dikeluarkan untuk Spanyol pada Minggu, namun peringatan level kuning untuk angin diterapkan di sejumlah wilayah utara.
Republik Ceko
Bandara Vaclav Havel di Praha ditutup akibat hujan beku dan lapisan es pada pukul 16.00 GMT, Minggu. Bandara diperkirakan akan dibuka kembali pada malam hari.
Penutupan ini memengaruhi puluhan jadwal penerbangan, dengan sebagian penerbangan yang tiba dialihkan ke kota lain, kata otoritas bandara di platform X.
“Beberapa pesawat yang menuju Praha terpaksa kembali ke bandara asalnya,” ujar juru bicara bandara Denisa Hejtmankova kepada AFP. [th/ns]
- Associated Press
Salju Lebat Timbulkan Gangguan di seantero Inggris

Pemadaman listrik akibat cuaca buruk dilaporkan melanda Birmingham di Inggris tengah, Bristol di wilayah barat serta Cardiff di Wales.
Saljut lebat dan hujan yang disertai cuaca dingin telah menimbulkan gangguan di seantero Inggris, di mana beberapa bandara terpaksa menunda sejumlah penerbangan dan banyak dari jalan utama di utara Inggris tidak dapat dilalui.
Dengan cuaca diprediksi tetap memburuk pada hari Minggu (5/1), terdapat sejumlah kekhawatiran bahwa sejumlah masyarakat di wilayah pedesaan akan terisolasi karena timbunan salju setebal 40 sentimeter pada area dengan ketinggian 300 meter.
Layanan Listrik Nasional mengatakan pihaknya telah berupaya untuk memulihkan listrik setelah pemadaman yang berlangsung di seluruh negeri. Peta langsung dari perusahaan tersebut menunjukkan pemadaman listrik melanda Birmingham di Inggris tengah, Bristol di wilayah barat serta Cardiff di Wales.
Sejumlah acara olahraga telah ditunda namun laga sepakbola Premier League antara Liverpool dan Manchester United tetap digelar, walaupun akan ada peninjauan lanjutan.
Bandara John Lennon di Liverpool dan Bandara Manchester terpaksa menutup landasan pacu mereka dan mengalihkan penerbangan, sementara Bandara Birmingham juga menunda operasi selama beberapa jam semalaman namun pihak bandara mengatakan akan beroperasi "seperti biasa" pada hari Minggu.
Sejumlah jalanan juga terdampak parah oleh cuaca buruk yang terjadi di saat banyak keluarga kembali ke rumah mereka seusai menjalani liburan Natal dan Tahun Baru dan sejumlah mahasiswa yang kembali ke kampus masing-masing.
Sementara itu pada layanan kereta api, banyak layanan yang dibatalkan dengan Badan Kereta Api Nasional mengeluarkan peringatan akan gangguan pada minggu kerja mendatang.
Ramalan cuaca utama Inggris, Met Office, telah memprediksi bahwa hujan es dan salju akan terus berlanjut ke wilayah utara pada hari Minggu dan akan menjadi yang terderas di utara Inggris serta wilayah selatan Skotlandia. Setelah mengalami hujan es untuk beberapa saat, cuaca di wilayah selatan Inggris akan membaik.
Embun beku serta potongan es akan tetap muncul untuk awal minggu depan, namun pada Senin (6/1) dan Selasa (7/1) cuaca diprediksi cerah dan hujan musim dingin tersebar di beberapa wilayah.
Kementerian Lingkungan juga telah mengeluarkan delapan peringatan banjir di seantero wilayah selatan Inggris di dekat area Sungai Taw dan Sungai Avon. [rs]
Hutan Amazon Brasil Alami Kebakaran Terbanyak dalam 17 Tahun

Terdapat 140.328 kebakaran yang terdeteksi oleh pencitraan satelit sepanjang tahun lalu, menurut Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE) Brasil
Hutan hujan Amazon Brasil mencatat jumlah kebakaran tertinggi dalam 17 tahun terakhir pada 2024, menurut data pemerintah yang dipublikasikan pada Rabu (1/1), setelah bioma yang luas itu mengalami kekeringan panjang selama berbulan-bulan.
Bioma adalah wilayah geografis yang luas yang memiliki kondisi lingkungan tertentu dan dihuni oleh komunitas flora dan fauna yang khas.
Terdapat 140.328 kebakaran yang terdeteksi oleh pencitraan satelit sepanjang tahun lalu, menurut Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE) Brasil.
Jumlah itu 42 persen lebih banyak daripada 98.634 kebakaran yang tercatat pada 2023 - dan yang terbanyak sejak tahun 2007, ketika 186.463 kebakaran hutan tercatat pada saat itu.
Meskipun jumlah kebakaran tinggi, ada indikasi bahwa total area yang mengalami deforestasi bisa menjadi yang terendah dalam beberapa tahun.
Pada awal November, INPE mengatakan deforestasi di wilayah tersebut dalam periode 12 bulan hingga Agustus 2024 telah turun lebih dari 30 persen, dari tahun ke tahun, dan berada pada jumlah terendah dalam sembilan tahun.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva telah menjadikan pelestarian Amazon sebagai prioritas bagi pemerintahannya, yang pada November tahun ini akan menjadi tuan rumah konferensi iklim COP30 PBB di Kota Belem, Amazon.
Pemantau iklim Layanan Pemantauan Atmosfer Copernicus Uni Eropa, mengatakan bulan lalu bahwa kekeringan parah telah memicu kebakaran hutan di seluruh Amerika Selatan pada 2024.
Gumpalan asap tebal terkadang menyelimuti kota-kota besar termasuk Brasilia, Rio de Janeiro, dan Sao Paulo tahun lalu, dengan polusi yang menyesakkan yang bertahan selama beberapa pekan.
Kekeringan telah melanda wilayah Amazon sejak pertengahan 2023, didorong oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan fenomena pemanasan El Nino.
Situasi tersebut membantu menciptakan kondisi untuk kebakaran besar, tetapi para ahli mengatakan bahwa sebagian besar kebakaran sengaja dilakukan oleh petani untuk membuka lahan untuk pertanian.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa penggundulan hutan yang terus berlanjut akan menempatkan Amazon berada di jalur menuju titik di mana dia akan mengeluarkan lebih banyak karbon daripada yang diserapnya, yang mempercepat perubahan iklim. [ns/uh]
Rencana Energi Trump akan Hadapi Banyak Tantangan

Pendekatan yang berbeda terhadap energi merupakan inti dari janji Presiden terpilih Donald Trump untuk menurunkan biaya hidup masyarakat Amerika. Namunrencana Trump ini tidak akan mudah direalisasikan mengingat ketergantungan global yang kompleks terhadap pasokan minyak dan gas.
Trump yang akan dilantik pada 20 Januari menjanjikan biaya energi yang lebih rendah dalam kampanye kepresidenannya Agustus lalu.
“Upaya kita untuk menurunkan biaya hidup akan menjadi upaya habis-habisan untuk mengakhiri perang Biden-Harris terhadap energi Amerika. Kita akan mengebor, kita akan mengebor," kata Trump.
Trump berencana meningkatkan pasokan minyak dengan mempercepat izin pengeboran dan meningkatkan eksplorasi minyak di lepas pantai Amerika Serikat.
Beberapa analis mengatakan langkah tersebut akan mendapat penolakan dari perusahaan-perusahaan minyak.
James Coleman, pakar hukum energi dan infrastruktur di Universitas Minnesota, menjelaskan alasannya.
“Kita tidak memiliki cara untuk memaksa negara-negara, untuk memaksa perusahaan-perusahaan melakukan pengeboran minyak lebih banyak. Dan sering kali para investor memiliki kekhawatiran mereka sendiri soal 'Jika produksi minyak terlalu banyak, harga minyak mungkin akan turun,'" tutur Coleman.
Trump juga mengusulkan perluasan ekspor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).
Menteri Energi Qatar Saad Sherida al-Kaabi, mengatakan sebelumnya bulan ini bahwa dia tidak khawatir dengan janji Trump untuk mencabut pembatasan ekspor LNG.
“LNG tambahan, kompetisi tambahan, kami sambut baik. Bahkan jika Anda mencabut batasan ekspor LNG dan mengatakan kita akan mengekspor 300 juta ton lagi dari Amerika atau 500 juta ton dari Amerika. Semua proyek ini dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang mempertimbangkan kelayakan komersial dari proyek-proyek tersebut," kata al-Kaabi.
Christ Wright, pilihan Trump untuk Departemen Energi, tidak mempercayai bahwa dunia saat ini sedang menghadapi krisis iklim. Dalam sebuah dialog sebelumnya tahun ini, Wright, yang juga kepala eksekutif (CEO) perusahaan jasa lapangan minyak, diserang anggota Kongres dari Partai Demokrat Sean Casten terkait pernyataannya tentang perubahan iklim.
“Anda berkata, 'Tidak ada krisis iklim. Kita juga tidak berada di tengah-tengah transisi energi. Manusia dan kehidupan yang kompleks tidak mungkin terjadi tanpa karbon dioksida. Gagasan mengenai polusi karbon sungguh keterlaluan.' Anda setuju Anda mengatakan semua itu?" kata Casten.
Menurut Coleman dari Universitas Minnesota, banyak rencana energi Trump tidak dapat terwujud tanpa kerja sama dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen-produsen minyak lainnya.
“Kita mengekspor banyak produk energi ke Kanada dan Meksiko. Jika ada tarif balasan dari negara-negara tersebut, itu dapat berdampak negatif pada produsen-produsen kita. Jadi saya kira sebagian besar industri energi berharap ini hanya semacam gertakan," kata Coleman.
Berbeda sekali dengan pemerintahan Biden yang memprioritaskan energi terbarukan dan memerangi perubahan iklim, Trump juga diperkirakan akan memotong kredit pajak untuk kendaraan listrik. [ab/uh]
Forum