Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Sabtu (1/3) memberikan sambutan hangat kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di London, sehari setelah pemimpin Ukraina terlibat perdebatan sengit dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kedua negara juga mengumumkan perjanjian pinjaman sebesar $2,84 miliar (sekitar Rp464,24 triliun) untuk mendukung kemampuan pertahanan Ukraina, yang akan dibayar kembali dengan keuntungan aset kedaulatan Rusia yang tidak bergerak.
Para pendukung bersorak ketika konvoi Zelenskyy memasuki Downing Street, di mana ia dipeluk oleh Starmer dan difoto sebelum menuju ke dalam kediaman resmi pemimpin Inggris itu.
“Anda sangat, sangat diterima di sini, di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelenskyy.
"Dan seperti yang Anda dengar dari sorakan di luar, Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris, dan kami mendukung Anda bersama Ukraina selama mungkin," tambahnya.
“Saya ingin berterima kasih kepada Anda, rakyat Inggris, atas dukungan besar sejak awal perang ini,” jawab Zelenskyy, yang dijadwalkan bertemu Raja Charles III pada Minggu (2/3).
Kedua pemimpin itu kemudian melakukan pertemuan secara tertutup selama sekitar 75 menit dan berpelukan lagi saat Starmer mengantar Zelenskyy ke mobilnya.
Sebelumnya pada Sabtu, Zelenskyy telah menekankan bahwa dukungan Trump masih penting bagi Ukraina meskipun ada perselisihan mereka pada hari sebelumnya.
Pertikaian itu merupakan kejutan berikutnya bagi para sekutu Kyiv di Eropa, yang masih menyesuaikan diri dengan sikap baru Washington mengenai perang tersebut.
Pada Jumat (28/2), Trump mencaci-maki Zelenskyy karena tidak siap berdamai dengan Rusia, sehingga memicu kekhawatiran di seluruh Eropa.
“Kemarin malam menggarisbawahi bahwa era baru keburukan telah dimulai,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dan Starmer termasuk di antara beberapa pemimpin Eropa lainnya yang menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Kyiv setelah pertikaian tersebut.
Namun para politisi Rusia girang.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut Zelenskyy sebagai "babi kurang ajar" yang mendapat "tamparan yang pantas di Ruang Oval."
Meskipun Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih tanpa menandatangani perjanjian mengenai mineral langka di Kyiv, dia bersikeras bahwa dirinya masih siap menandatanganinya sebagai “langkah pertama menuju jaminan keamanan.”
“Sangat penting bagi kita untuk mendapatkan dukungan dari Presiden Trump. Dia ingin mengakhiri perang, tetapi tidak ada yang menginginkan perdamaian lebih dari kita,” kata Zelenskyy dalam sebuah pernyataan yang diunggah di platform media sosial X.
Pada Minggu (2/3), Zelenskyy akan menghadiri pembicaraan darurat dengan para pendukung Kyiv di Eropa, yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Trump mengejutkan banyak orang di Eropa ketika ia menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencapai kesepakatan mengenai Ukraina, yang diinvasi Moskow tiga tahun lalu.
Pergeseran mendadak sikap Presiden Trump terhadap Ukraina, dengan mengesampingkan Kyiv dan Eropa sambil mengupayakan pemulihan hubungan dengan Putin, telah mengguncang aliansi transatlantik Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Kekhawatiran tersebut semakin diperparah pada Jumat (28/2) dengan adanya pembicaraan sengit di Gedung Putih. [ft/ah]