Presiden Donald Trump pada hari Kamis (27/2) mengatakan pembicaraan untuk mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina “berjalan dengan sangat baik” dan yakin bahwa pemimpin Rusia Vladimir Putin tidak akan mendesak untuk memulai kembali perang jika gencatan senjata dapat dicapai.
Trump menyatakan hal itu pada awal pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Gedung Putih, di mana Starmer diharapkan akan menyampaikan argumennya kepada Trump bahwa kepemimpinan Amerika sangat penting untuk menjaga perdamaian di Ukraina jika perang yang sudah memasuki tahun keempat ini dapat berakhir.
“Saya rasa dia akan menepati janjinya,” kata Trump mengenai Putin.
“Saya telah berbicara dengannya, saya sudah mengenalnya sejak lama, kami melalui isu hoaks Rusia bersama-sama,” tandasnya.
Penyebutan “hoaks Rusia” adalah referensi untuk penyelidikan penasihat khusus FBI dan Departemen Kehakiman terhadap tim kampanye kepresidenan Trump pada 2016 untuk mengetahui apakah ia telah berkoordinasi dengan Rusia secara ilegal untuk mempengaruhi hasil pemilu Amerika Serikat.
Penasihat khusus Robert Mueller mendapati meskipun tim kampanye Trump menyambut baik bantuan Rusia – dalam bentuk perilisan email yang diretas yang dicuri dari Partai Demokrat – tidak ada cukup bukti bahwa tim kampanye Trump telah berkolusi dengan Rusia.
Lawatan Starmer, yang dilakukan beberapa hari setelah kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Gedung Putih, mencerminkan peningkatan kekhawatiran sebagian besar masyarakat Eropa bahwa dorongan agresif Trump untuk mengakhiri perang menandakan kesediaannya untuk mengalah pada Putin.
Pemulihan hubungan Trump dengan Rusia telah meresahkan sekutu-sekutu Amerika di Eropa. Mereka telah mendapati diri mereka berada dalam posisi yang tidak nyaman dengan kembalinya Trump ke Gedung Putih, yang bertekad mengubah secara dramatis kebijakan luar negeri AS agar sesuai dengan pandangan “America First”-nya.
Pemerintahan Trump pekan lalu melangsungkan pembicaraan dengan Rusia tanpa mengikutsertakan Ukraina atau sekutu Eropa lainnya.
Amerika minggu ini juga menolak menandatangani resolusi PBB yang menyalahkan Rusia atas perang di Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 lalu.
Ketidakjelasan pandangan Gedung Putih mengenai Ukraina di bawah pemerintahan Trump mendorong perubahan besar dalam hubungan transatlantik.
Pemerintahan Trump menolak anggapan bahwa Amerika Serikat telah mengabaikan Eropa, atau terlalu bersemangat dalam mendorong perundingan penyelesaian dengan Putin.
“Dia tidak memberikan apa pun kepada siapa pun,” kata Wakil Presiden JD Vance seraya menambahkan, “Ia melakukan tugas seorang diplomat.”
Dalam pertemuan di Gedung Putih hari Jumat (28/2), Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy diperkirakan akan menandatangani perjanjian kontroversial yang akan memberi Amerika Serikat akses terhadap mineral-mineral penting Ukraina, yang digunakan dalam industri kedirgantaraan, pertahanan, dan nuklir; dan memberikan kompensasi kepada AS untuk senjata yang dikirim ke Ukraina guna melawan invasi Rusia.
Kesepakatan tersebut tidak membuat referensi langsung ke upaya untuk mengakhiri invasi Rusia di Ukraina, atau tentang pengaturan keamanan di masa depan untuk negara Eropa Timur tersebut, selain satu kalimat, yaitu bahwa “Pemerintah Amerika Serikat mendukung upaya Ukraina untuk mendapatkan jaminan keamanan yang diperlukan untuk membangun perdamaian yang langgeng.”
Zelenskyy merasa kesal dengan kesepakatan tanpa jaminan keamanan khusus dari Amerika Serikat itu.
Trump tidak terlalu berkomitmen terhadap jaminan keamanan Amerika, dan menggarisbawahi bahwa Rusia akan berpikir dua kali untuk menyerang Ukraina jika AS membangun ekonomi dengan mengekstraksi mineral-mineral penting Ukraina. [em/jm]
Forum