Pemerintah baru Suriah meluncurkan operasi keamanan besar-besaran pada Jumat (7/3) setelah bentrokan dengan para kombatan yang setia kepada mantan Presiden Bashar al-Assad menewaskan 71 orang, menurut laporan pemantau perang.
Kekerasan tersebut menimbulkan tantangan terbesar bagi pemerintah negara itu sejak Assad digulingkan pada Desember 2024, dalam serangan kilat oleh pemberontak yang dipimpin oleh kaum Islamis.
Memulihkan keamanan telah menjadi salah satu tugas paling rumit bagi pemerintah baru tersebut sejak jatuhnya Assad, yang mengakhiri perang saudara selama 13 tahun yang dipicu oleh tindakan kerasnya terhadap protes pro-demokrasi.
Jam malam diberlakukan di provinsi pesisir Latakia, benteng klan Assad dan rumah bagi komunitas Alawite yang cukup besar, minoritas agama yang sama dengan mantan presiden tersebut.
Pasukan keamanan memulai apa yang digambarkan oleh kantor berita resmi SANA sebagai operasi "berskala besar" di kota-kota, kota kecil, dan pegunungan Latakia serta Tartus yang berdekatan, menyusul kedatangan bala bantuan.
Operasi tersebut "menargetkan sisa-sisa milisi Assad dan para pihak yang mendukung mereka," kata seorang pejabat keamanan yang dikutip oleh SANA, seraya mengimbau warga sipil untuk "tetap di rumah mereka."
Kementerian Pertahanan Suria mengatakan telah mengirim bala bantuan ke kota-kota Latakia dan Tartus.
Menurut data terbaru dari lembaga hak-hak asasi manusia (HAM) Syrian Observatory for Human Rights, bentrokan tersebut menewaskan 71 orang selama sehari terakhir. Sebanyak 35 anggota di antaranya adalah pasukan keamanan, 32 orang bersenjata, dan empat warga sipil.
Observatory, pemantau yang berkantor pusat di Inggris, juga melaporkan puluhan orang terluka dan lainnya ditawan oleh kedua belah pihak.
Pihak berwenang juga telah memberlakukan jam malam di Homs dan Tartus.
Mustafa Kneifati, seorang pejabat keamanan di Latakia, mengatakan bahwa dalam "serangan yang direncanakan dengan baik dan terencana, beberapa kelompok sisa milisi Assad menyerang posisi dan pos pemeriksaan kami, menargetkan banyak patroli kami di daerah Jableh."
Kneifati mengatakan pasukan keamanan akan "berusaha untuk menghilangkan kehadiran mereka."
"Kami akan memulihkan stabilitas di kawasan itu dan melindungi harta benda rakyat kami," katanya.
SANA mengatakan sementara itu bahwa pasukan keamanan telah menahan Ibrahim Huweija, seorang jenderal yang "dituduh melakukan ratusan pembunuhan" di bawah pemerintahan ayah dan pendahulu Assad, Hafez al-Assad. [ft/rs]
Forum