Tautan-tautan Akses

Pakaian dan Aksesori Virtual, Mengapa Tidak? 


Render digital koleksi siap pakai pakaian digital "Biomimicry" yang dibuat oleh perusahaan mode digital Auroboros, 10 Agustus 2021. (Auroboros/Handout via REUTERS)
Render digital koleksi siap pakai pakaian digital "Biomimicry" yang dibuat oleh perusahaan mode digital Auroboros, 10 Agustus 2021. (Auroboros/Handout via REUTERS)

Pakaian virtual kian populer di dunia maya. Banyak orang tak sungkan menghabiskan ratusan, dan bahkan ribuan, dolar untuk pakaian dan berbagai aksesorinya yang secara fisik tidak eksis ini untuk mewujudkan fantasi virtual mereka sebagai avatar.

Ketika dunia virtual berbasis blockchain Decentraland mengatakan Juni lalu bahwa situs itu akan memungkinkan pengguna mengenakan pakaian digital untuk avatar mereka, Hiroto Kai yang berusia 23 tahun begadang semalaman merancang kimono virtual yang terinspirasi Jepang untuk dijual di situs tersebut.

Kai adalah seniman digital dan penggemar berat Jepang. Nama aslinya adalah Noah dan ia tinggal di New Hampshire. Dengan menjual kimono kepada pengguna Decentraland dengan harga masing-masing sekitar $140, ia mengaku bahwa ia menghasilkan $15.000 hingga $20.000 hanya dalam tiga pekan, penghasilan yang besarnya hampir setara dengan gaji yang diperolehnya dengan bekerja di sebuah toko musik dalam setahun. Ia pun akhirnya berhenti dari pekerjaan di toko itu dan memutuskan untuk menjadi perancang busana avatar sepenuhnya.

Gambar selebaran tak bertanggal dari pakaian virtual kimono "The Acid Warrior", yang menurut penciptanya Hiroto Kai, merupakan "barang legendaris Decentraland (dunia digital) yang langka". (Hiroto Kai/Handout via REUTERS)
Gambar selebaran tak bertanggal dari pakaian virtual kimono "The Acid Warrior", yang menurut penciptanya Hiroto Kai, merupakan "barang legendaris Decentraland (dunia digital) yang langka". (Hiroto Kai/Handout via REUTERS)

Kai sendiri merasa tidak terkejut fakta ini. Lewat avatar, orang-orang bisa berfantasi menjadi apapun yang mereka inginkan. "Maksud saya, orang ingin menjadi pahlawan. Mereka ingin memiliki samurai. Mereka ingin memiliki pedang. Mereka ingin merasakan sesuatu yang berbeda.“

Menurut Kai, pakaian avatar berwujud kimono yang dirancangnya hanyalah salah satu dari banyak aksesori yang bisa mendukung fantasi orang-orang dalam wujud avatar mereka.

Di dunia virtual seperti Decentraland, pakaian untuk avatar -- yang dikenal sebagai wearable -- dapat dibeli dan dijual di blockchain dalam bentuk aset kripto yang disebut token non-fungible (NFT).

NFT luar biasa populer sejak awal tahun ini. Para spekulan dan penggemar kripto berbondong-bondong membeli jenis aset baru ini. Pakaian avatar pada prinsipnya sama dengan barang-barang lain yang hanya eksis di dunia virtual, seperti karya seni digital, kartu perdagangan virtual, dan tanah virtual.

Orang-orang yang memiliki avatar di Decentraland membeli kimono buatan Kai dan aksesori-aksesori lainnya menggunakan MANA, mata uang kripto di Decentraland, dan dapat "mengenakannya" secara virtual saat mereka menjelajah dunia virtual.

Sementara gagasan menghabiskan uang betulan untuk pakaian yang tidak eksis secara fisik membingungkan bagi banyak orang, kepemilikan virtual adalah bagian dari membludaknya gelombang minat pada metaverse, lingkungan virtual di mana orang dapat berkumpul, berjalan-jalan, bertemu teman dan bermain video game.

Render digital "Sepatu Shishigami" yang dibuat oleh perusahaan mode digital Auroboros, terinspirasi oleh semangat hutan terkenal Studio Ghibli, 10 Agustus 2021. (Auroboros/Handout melalui REUTERS)
Render digital "Sepatu Shishigami" yang dibuat oleh perusahaan mode digital Auroboros, terinspirasi oleh semangat hutan terkenal Studio Ghibli, 10 Agustus 2021. (Auroboros/Handout melalui REUTERS)

Pasar aset kripto bahkan telah menarik perhatian beberapa perusahaan mode terbesar di dunia, yang ingin mengasosiasikan diri mereka dengan generasi baru pemain video game.

Louis Vuitton meluncurkan game metaverse gratis di mana pemain dapat mengumpulkan NFT, sementara Burberry mengatakan akan menjual karakter dan aksesori NFT bermerek Burberry untuk game Blankos Block Party, yang dimiliki oleh Mythical Games.

Gucci menjual karya seni NFT melalui lelang di Christie's pada Juni lalu, dan sebelumnya juga telah menjual pakaian untuk avatar dalam game Roblox. Dolce and Gabbana akan menjual koleksi NFT pada bulan September.

Sementara ukuran keseluruhan pasar wearable NFT sulit untuk ditentukan, di Decentraland saja volume penjualan wearable mencapai $750.000 pada paruh pertama tahun 2021, naik dari $267.000 pada periode yang sama tahun lalu, menurut NonFungible.com, sebuah situs web yang melacak pasar NFT.

Para pendukung NFT mengatakan dunia virtual mewakili masa depan ritel.

Republic Realm, perusahaan investasi real estate virtual beraset $10 juta, telah membangun pusat perbelanjaan di Decentraland. Sejak dibuka pada bulan Juni, Republic Realm mengatakan jumlah pengunjung telah mencapai ribuan. Tapi ketika kantor berita Reuters mengunjunginya, mal itu sepi pengunjung.

Tidak semua karya fesyen virtual melibatkan NFT. Perusahaan rintisan Auroboros yang berbasis di London merancang pakaian digital yang dapat dikenakan orang di media sosial dan di dalam game, serta melalui realitas tertambahkan (AR).

Pelanggan dapat mengirim gambar diri mereka sendiri ke Auroboros dan perusahaan itu dapat menambahkan pakaian secara digital sesuai keinginan mereka, dengan harga mulai dari $80 hingga di atas $1.500.

Render digital dari enam tampilan penuhi koleksi siap pakai pakaian digital "Biomimicry" yang dibuat oleh perusahaan mode digital Auroboros, 10 Agustus 2021.
Render digital dari enam tampilan penuhi koleksi siap pakai pakaian digital "Biomimicry" yang dibuat oleh perusahaan mode digital Auroboros, 10 Agustus 2021.

Salah satu pendiri Auroboros, Paula Sello, mengatakan bahwa pakaian digital merevolusi dunia fesyen dan bisa dipastikan ramah lingkungan.

"Kami ingin mendigitalkan karya-karya tersebut, tidak hanya untuk mereplikasi mode fisik, tetapi benar-benar untuk mengangkat dan meningkatkan pakaian ke ranah estetika yang sama sekali baru. Kami dapat memakai api, kami dapat memakai air, apa pun yang kami suka dalam digital. Karena semua itulah muncul bahasa visual yang sama sekali baru."

Perusahaan sepatu kets virtual RTFKT menjual NFT dalam bentuk sepatu kets edisi terbatas yang dapat "dikenakan" di beberapa dunia virtual atau di media sosial melalui filter Snapchat eksklusif.

Steven Vasilev, salah satu pendiri dan CEO RTFKT, menggambarkan sepatu kets karya perusahaannya sebagai aset virtual yang benar-benar digemari. “Luar biasa laris ketika wabah COVID melanda dan ketika banyak orang menjelajah dunia maya.”

Perusahaan itu mengaku meraup penjualan bernilai $7 juta untuk sepatu kets edisi terbatasnya yang dipasarkan dengan harga $1.000 hingga $5.000 per pasang. Mayoritas pelanggannya berusia 20-an dan 30-an. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG