Pengadilan Rusia menyatakan pada Rabu (5/3) bahwa seorang pria asal Inggris telah dijatuhi hukuman 19 tahun penjara. Pria itu ditangkap saat bertempur untuk Ukraina dalam serangan negara itu terhadap wilayah perbatasan Kursk Rusia.
Layanan pers pengadilan untuk Kota Kursk mengatakan, James Scott Rhys Anderson, yang berusia 22 tahun, dinyatakan bersalah atas “tindakan teroris” dan berperan sebagai tentara bayaran, setelah dia ditangkap saat bertempur di wilayah tersebut pada November.
Pengadilan Kursk merilis video Anderson yang dibawa ke pengadilan dengan borgol, mengenakan topi dan jaket musim dingin yang tampak seperti seragam penjara.
Dia mengangguk tanpa suara setelah kalimat putusan diterjemahkan kepadanya. Dia memiliki pilihan untuk mengajukan banding.
Ukraina melancarkan serangan lintas perbatasan yang mengejutkan pada Agustus, dimana untuk pertama kali tentara asing menguasai wilayah Rusia sejak Perang Dunia II.
Anderson, warga Kota Banbury di Inggris, berbicara dalam beberapa video yang direkam oleh pejabat Rusia setelah dia ditawan, di mana ia mengatakan bahwa dirinya pergi untuk bertempur bagi Legiun Internasional Ukraina setelah dipecat sebagai tentara Inggris.
Pengadilan militer distrik barat kedua Kursk menghabiskan waktu tiga hari untuk mengadili Anderson dengan sidang yang diadakan secara tertutup, kata layanan pers.
Rusia biasanya menganggap orang asing yang datang untuk berperang di Ukraina sebagai tentara bayaran, mendakwa mereka berdasarkan hukum pidananya, bukan sebagai tawanan perang yang ditangkap, yang memiliki perlindungan berdasarkan Konvensi Jenewa.
Kantor Urusan Luar Negeri Inggris mengutuk hukuman tersebut sebagai “tuduhan palsu” pada Rabu malam, dan menyerukan agar Anderson diperlakukan sebagai tawanan perang.
“Berdasarkan hukum internasional, Tawanan Perang tidak dapat dituntut karena berpartisipasi dalam peperangan,” kata pihak kantor itu dalam sebuah pernyataan.
“Kami menuntut agar Rusia menghormati kewajiban ini, termasuk yang berdasarkan Konvensi Jenewa, dan berhenti menggunakan Tawanan Perang untuk tujuan politik dan propaganda.”
Pengadilan mengatakan Anderson mengaku bersalah dan memutuskan untuk mengambil bagian dalam “konflik bersenjata untuk imbalan finansial.”
Anderson sebelumnya mengatakan kepada surat kabar Rusia, Izvestia, bahwa dia dibayar US$400 sebulan dan sekitar $60, atau kira-kira Rp1 juta, per hari, saat menjalankan misi tempur.
Dia didakwa dengan tuduhan “melakukan aksi teroris” sebagai bagian dari kelompok terorganisasi, dengan para penyelidik mengatakan dia secara ilegal menyeberangi perbatasan ke Rusia, menyebabkan “kerusakan properti yang signifikan” dan “mengganggu” aktivitas pihak berwenang.
Pengadilan memberi tahu warga Inggris itu bahwa dia akan menghabiskan lima tahun pertama hukumannya di penjara, yang kondisinya lebih buruk daripada di penal colony, tempat terpencil dan jauh dari peradaban yang menampung dan mempekerjakan para tahanan.
Dia kemudian akan dipindahkan ke penal colony dengan kondisi “ketat”.
Pada 2022, pengadilan di Ukraina timur yang diduduki Rusia menjatuhkan hukuman mati kepada dua warga Inggris karena bertempur untuk Ukraina, meskipun mereka kemudian dibebaskan dalam pertukaran tahanan. [ns/ab]
Forum