Iran, Senin (4/1) mulai memperkaya uranium sampai 20 persen di fasilitas bawah tanahnya dan menyita kapal tanker minyak berbendera Korea Selatan di semenanjung Hormuz yang strategis. Insiden ini semakin meningkatkan ketegangan di Timur Tengah antara Iran dan negara-negara Barat.
Jaringan Penyiaran Iran, IRINN melaporkan penyitaan kapal tanker minyak berbendera Korea Selatan di perairan Teluk Persia dilakukan karena melanggar pedoman lingkungan. Kapal tanker ini diarahkan ke salah satu pelabuhan Iran untuk selanjutnya diselidiki pelanggarannya. Kapal itu membawa 7.200 ton ethanol dari Arab Saudi menuju Korea Selatan.
Kantor berita Iran lainnya Fars dan Tasnim mengatakan awak yang ditangkap di kapal tanker yang disita itu adalah warga negara yang berasal dari Korea, Indonesia, Myanmar dan Vietnam.
Rincian baru itu muncul setelah Teheran mengakui pihak berwenang menghentikan kapal MT Hankuk Chemi atas dugaan “pencemaran minyak” di Teluk Persia dan semenanjung itu.
Pengumuman mengenai pengayaan uranium di Fordo dilaporkan sementara kekhawatiran meningkat terkait penyitaan Teheran atas kapal tanker MT Hankuk Chemi itu.
Dua insiden itu terjadi di tengah-tengah ketegangan antara Iran dan Amerika pada hari-hari terakhir masa jabatan Presiden Donald Trump.
Selama masa jabatannya, Presiden Trump, pada 2018 secara sepihak mundur dari perjanjian nuklir Iran dengan negara-negara besar dunia sehingga memicu ketegangan selama berbulan-bulan dan makin merenggangkan hubungan antara kedua negara.
Stasiun televisi IRINN yang mengutip juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei mengatakan, Presiden Hassan Rouhani memerintahkan tindakan di fasilitas Fordo itu.
“Juru bicara pemerintah (Ali Rabiei) mengumumkan proses penyuntikan gas ke sentrifugal untuk pengayaan uranium 20 persen telah dimulai. Rabiei mengatakan dalam beberapa jam, produk pertama UF6 atau uranium yang diperkaya akan dihasilkan. Menurut juru bicara pemerintah, presiden memerintahkan pengayaan 20 persen selama beberapa hari terakhir”.
Uni Eropa, Senin memperingatkan tindakan Iran memperkaya uranium sampai 20 persen itu merupakan upaya Teheran untuk melanggar komitmennya terhadap perjanjian nuklir 2015.
Peter Stano, Juru Bicara Komisi Uni Eropa mengatakan, "Jika hal itu dilaksanakan, sesuai pengumuman oleh pihak berwenang Iran ini, maka ini merupakan pelanggaran komitmen Iran pada perjanjian nuklir JCPOA yang berdampak serius pada non proliferasi nuklir."
Keputusan Iran untuk mulai memperkaya kemurnian uraniumnya menjadi 20 persen satu dekade lalu hampir memicu serangan Israel pada fasilitas nuklir Iran. Ketegangan itu baru mereda setelah tercapai perjanjian nuklir tahun 2015.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam reaksinya terhadap perkembangan baru ini mengatakan tindakan Iran menunjukkan “niat negara itu mengembangkan program nuklir untuk militer.”
Dimulainya kembali pengayaan uranium 20 persen bisa menghidupkan kembali ketegangan karena tingkat pemurnian tersebut hanya satu langkah teknis saja dari pencapaian tingkat persenjataan 90 persen.
Tindakan Iran dilakukan setelah parlemen Iran mensahkan RUU yang kemudian disetujui pengawas konstitusi guna menaikkan pengayaan uranium dan dilakukan untuk menekan Eropa agar melonggarkan sanksi-sanksinya.
Iran memberitahu Badan Energi Nuklir Internasional minggu lalu mengenai rencananya untuk mengambil tindakan tersebut. [my/jm]