Iran telah memberi tahu badan pengawas nuklir PBB bahwa negara itu berencana memperkaya uranium hingga kemurnian 20%, tingkat yang dicapai sebelum kesepakatan 2015 di Fordow, lokasi di dalam gunung, badan PBB itu mengatakan Jumat (1/1).
Langkah tersebut adalah yang terbaru dari beberapa pengumuman baru-baru ini oleh Iran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bahwa mereka berencana melanggar kesepakatan lebih lanjut. Iran mulai melanggar kesepakatan itu pada 2019 sebagai tanggapan atas keluarnya Amerika dari perjanjian itu dan setelah Amerika menerapkan kembali sanksi terhadap Teheran.
Langkah ini adalah salah satu dari banyak yang disebut dalam undang-undang yang disahkan parlemen Iran bulan lalu sebagai tanggapan atas pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka negara itu. Iran menuduh Israel melakukan pembunuhan itu. Langkah Iran itu dapat mempersulit upaya Presiden terpilih Amerika Joe Biden untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu.
Dalam pernyataan, IAEA mengatakan, bahwa surat Iran kepada IAEA itu tertanggal 31 Desember, dan tidak disebut kapan kegiatan pengayaan akan dilakukan.
Iran telah melanggar batas kesepakatan 3,67% pada kemurnian yang dapat memperkaya uranium, tetapi sejauh ini hanya naik hingga 4,5%, jauh di bawah 20% yang dicapai sebelum kesepakatan itu dan 90% tingkat untuk membuat senjata. Tujuan utama kesepakatan adalah memperpanjang waktu bagi Iran untuk menghasilkan cukup materi untuk bom nuklir, jika mau, untuk setidaknya satu tahun dari kira-kira dua sampai tiga bulan. Kesepakatan itu juga mencabut sanksi internasional terhadap Iran.
Badan intelijen Amerika dan IAEA percaya Iran diam-diam mempunyai program terkoordinasi untuk membuat senjata nuklir yang dihentikan pada tahun 2003. Iran menyangkal pernah memilikinya.[ka/pp]