Para pemimpin kesukuan yang beroposisi di Yaman mengatakan mereka sedang berunding dengan pemerintah dan bahwa gencatan senjata sudah diberlakukan. Gencatan senjata ini menghentikan untuk sementara sebagian besar pertempuran dengan pasukan keamanan yang telah berkecamuk berhari-hari.
Pengumuman Jumat malam itu disampaikan setelah pemberontak menguasai kamp militer Garda Republik di luar ibukota Sanaa dan menewaskan komandan kamp tersebut.
Pihak kesukuan itu mengatakan setidaknya 12 pejuang oposisi juga tewas dalam bentrokan dengan tentara. Kantor-kantor berita mengutip sumber kesukuan lain yang mengatakan jet-jet militer Yaman membom kamp tersebut setelah direbutnya.
Bentrokan terjadi selagi ribuan demonstran anti-pemerintah di seantero Yaman turun ke jalan, menyerukan diakhirinya kekuasaan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Kantor berita Reuters mengatakan beberapa demonstran oposisi di Sana'a melepaskan merpati putih dan membawa peti mati orang-orang yang tewas dalam kerusuhan baru-baru ini. Kelompok yang setia kepada pemerintah juga mengadakan demonstrasi, beberapa kilometer dari demonstran oposisi.
Pasukan keamanan Yaman memerangi pejuang yang setia kepada Syeikh Sadiq al-Ahmar, pemimpin suku Hashid. Pertempuran itu merupakan ancaman paling serius terhadap kekuasaan Presiden Saleh setelah tiga bulan demonstrasi pihak oposisi.
Para saksi dan aktivis mengatakan hampir 100 orang tewas dalam bentrokan minggu ini.
Juga, para pejuang kesukuan yang setia kepada Syeikh Abdul Majid al-Zindani - yang bersekutu dengan keluarga Al-Ahmar dan menghadapi sanksi Amerika sebagai pendana teroris - telah memerangi pasukan pro-pemerintah.