Afrika mengalami peningkatan infeksi COVID-19, menurut angka yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika, pada Kamis (12/23).
Benua itu mencatat 253.000 kasus positif selama seminggu terakhir, meningkat 21 persen dari minggu sebelumnya dan tingkat kematian akibat virus tersebut naik sebesar 14 persen.
Berbicara kepada beberapa wartawan secara online, kepala CDC Afrika John Nkengasong menyatakan prihatin dengan infeksi virus corona yang meningkat.
“Kami terus melihat gelombang ini datang dan pergi tetapi yang sangat mengkhawatirkan di sini adalah gelombang keempat, dan kemungkinan gelombang kelima yang dimulai tepat sebelum memasuki musim liburan. Itu sangat mengkhawatirkan bagi saya. Tahun lalu kami melihat gelombang itu datang setelah musim liburan dan bukan sebelum musim liburan. Jadi, kita harus ingat hal itu.”
Sejak varian Omicron virus corona teridentifikasi di Afrika Selatan pada November lalu, sebanyak 22 negara telah melaporkan sejumlah infeksi di komunitas mereka.
Saat ini semakin banyak warga Afrika yang telah mendapatkan vaksin, totalnya sekitar 325 juta orang yang telah divaksinasi penuh di benua tersbeut, namun sebagian besar masyarakat lainnya belum menerima dosis pertama vaksin COVID-19.
Nkengasong mengatakan setiap negara perlu meluncurkan upaya vaksinasi.
“Perjalanan masih panjang, setidaknya ada kemajuan. Kampanye besar-besaran dibutuhkan di setiap negara. Semua orang harus ambil bagian terutama sekarang ketika kita mengetahui adanya varian baru yang akan datang. Tidak bisa berbicara tentang booster jika dosis pertama saja belum mereka terima. Kampanye itu harus mendorong mereka yang belum menerima dosis pertama agar segera divaksinasi.”
Beberapa negara seperti Kenya melarang orang yang tidak divaksinasi mengakses layanan pemerintah dan tempat-tempat umum. Itu dilakukan untuk mendorong agar lebih banyak warga divaksinasi. [mg/jm]