Presiden Prabowo Subianto dalam sambutannya menegaskan, makna peluncuran Danantara Indonesia sangat penting, karena tidak hanya sekedar menjadi badan pengelola investasi, tapi juga diharapkan menjadi instrumen pembangunan nasional.
“Jangan salah, apa yang kita luncurkan hari ini bukan sekedar sebuah dana investasi melainkan instrumen alat pembangunan nasional yang harus bisa mengubah cara kita mengelola kekayaan bangsa demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,” ungkap Prabowo.
Peluncuran tersebut ditandai penandatanganan Undang-undang No 1 Tahun 2025 tentang Perubahan ketiga atas UU No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 2025 tentang Organisasi dan Tata Kelola Badan Pengelola Investasi Danantara.
Pembentukan Danantara Indonesia, kata Prabowo, berasal dari kegundahannya bahwa setelah hampir delapan dekade kemerdekaam, masih banyak rakyat Indonesia yang belum sejahtera.
“Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri setelah 80 tahun merdeka mengapa masih ada anak-anak kita yang kelaparan? Mengapa para petani dan nelayan kita masih berjuang untuk mendapatkan hasil yang layak dari hasil kerja keras mereka? Mengapa setelah delapan dasawarsa masih ada desa yang masih belum tersentuh listrik? Mengapa di tengah kekayaan yang kita miliki masalah-masalah ini masih tetap ada. Dan yang lebih penting bagaimana kita dapat memperbaiki keadaan ini, bukan karena kita kekurangan sumber daya alam, tapi mungkin cara kita mengelola dan memanfaatkannya belum sepenuhnya memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Prabowo mengklaim bahwa dalam 100 hari kepemimpinannya telah berhasil melakukan penghematan senilai kurang lebih Rp300 triliun atau USD20 miliar. Hasil penghematan tersebut nantinya akan dikelola oleh Danantara Indonesia pada gelombang pertama, untuk kemudian diinvestasikan ke dalam 20 proyek nasional sebagai bagian dari industrialisasi dan hilirisasi. Adapun total aset yang akan dikelola oleh Danantara Indonesia diproyeksikan bisa mencapai USD900 miliar atau Rp14.000 triliun.
“Proyek-proyek yang berdampak tinggi yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan untuk bangsa kita, menciptakan manfaat nyata, lapangan kerja yang bermutu dan kemakmuran yang berjangka panjang bagi masyarakat Indonesia, kita tidak mau lagi menjual sumber daya alam (SDA) kita murah, kita tidak mau jadi sumber raw material bagi bangsa lain,” tuturnya.
Gelombang pertama investasi yang dikelola oleh Danantara Indonesia senilai USD20 miliar ini katanya akan berfokus pada berbagai proyek seperti hilirisasi nikel, bauksit, dam tembaga; pembangunan pusat data; pengembangan kecerdasan buatan, pembanguan kilang minyak pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, serta pengembangan energi terbarukan yang diklaim Prabowo akan menentukan ketahanan pangan dan kemandirian bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
“Saya memahami, bahwa banyak pertanyaan tentang Danantara Indonesia, mungkin ada yang ragu-ragu apakah ini bisa berhasil atau tidak? Hal ini adalah wajar, karena inisiatif ini belum pernah ada sebelumnya. Namun hari ini seluruh rakyat Indonesia patut berbangga karena dengan total aset lebih dari USD900 miliar, Danantara Indonesia, akan menjadi salah satu dana kekayaan atau sovereign wealth fund negara terbesar di dunia,” katanya.
Prabowo sendiri telah menunjuk Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM Rosan Roeslani sebagai Kepala Danantara. Sementara Menteri BUMN Erick Thohir didapuk sebagai Ketua Dewan Pengawas Danantara.
Selain itu, Rosan juga akan dibantu oleh Dony Oskaria sebagai chief operating officer dan Pandu Sjahrir sebagai chief investment officer.
Rosan menegaskan bahwa Danantara akan berperan dalam optimalisasi aset BUMN serta melakukan investasi di berbagai sektor yang memiliki dampak positif, berkelanjutan, dan berkesinambungan.
Rosan juga menyampaikan bahwa Prabowo telah memberikan arahan mengenai prinsip tata kelola yang harus dijalankan oleh Danantara.
“Pesan dari Bapak Presiden bahwa Danantara ini harus dijalankan dengan tata kelola pusat yang benar, good governance, kehati-hatian, transparan, dan penuh dengan integritas. Ini adalah guideline yang disampaikan oleh Bapak Presiden langsung dalam kita mengelola aset-aset BUMN dan juga dalam kita menjalankan investasi kita ke depannya," ungkap Rosan.
Mesin Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Ekonom Indef Tauhid Ahmad menilai Danantara Indonesia dibentuk karena selama ini peran BUMN terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cenderung stagnan. Apalagi dari jumlahnya yang banyak, hanya segelintir saja BUMN yang memiliki struktur organisasi besar dan beroperasi dengan baik. Meski begitu, agar ke depan operasional Danantara ini bisa berdampak luas dan positif bagi masyarakat, Tauhid menekankan investasi yang dikelola oleh Danantara haruslah sektor-sektor yang menjanjikan dan produktif.
“Kalau misalnya uang atau dana dari Danantara investasinya tidak proper pada sektor investasi yang tidak menguntungkan dan tidak punya prospek bagus maka akan sama saja polanya. Apalagi kalau investasi yang lebih kepada penugasan, ketimbang pilihan-pilihan yang kemudian dipilih karena memiliki kelayakan finansial atau ekonomi. Biarkan keputusan investasi diputuskan oleh CEO yang baru dan berproses,” ungkap Tauhid.
Ia menekankan, pemerintah harus memilih sektor investasi yang pasar dan teknologinya dikuasai oleh Indonesia untuk dikelola oleh Danantara. Dengan begitu tingkat keberhasilannya, kata Tauhid, akan lebih maksimal.
“Misalnya seperti hilirisasi nikel, kita tahu sekarang harga nikel lagi turun karena over supply. Ketika hilirisasi maka kita harus melihat market-nya itu bisa didapatkan tidak? Karena market-nya yang punya adalah China ketimbang kita. Kalaupun kita mau hilirisasi, kita dipastikan bahwa kita menguasai market di hilirnya,” jelasnya.
Ia juga meragukan, kehadiran Danantara Indonesia ini akan memacu kinerja pertumbuhan ekonomi nasional. Menurutnya, dalam beberapa tahun ke depan sektor konsumsi rumah tangga masih akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi tanah air.
Senada dengan Tauhid, ekonom CELIOS Galau D Muhammad mengungkapkan sebenarnya Danantara Indonesia bisa saja menjadi harapan untuk mensejahterakan masyarakat dalam beberapa tahun ke depan. Namun, katanya, jika investasi diarahkan kepada sektor-sektor yang salah, maka keberadaan badan pengelola investasi ini tidak akan memberikan sumbangsih besar terhadap perekonomian.
“Tapi jika nanti redistribusinya atau alokasi aset ini kemudian tidak difokuskan terhadap pembangunan industri manufaktur, atau menciptakan industri yang bertanggung jawab dengan protokol ESG yang ketat, rasa-rasanya kita tidak akan ke mana-mana,” ungkap Galau.
Menurutnya, banyak pihak memiliki ekspektasi besar terhadap Danantara. Namun, berdasarkan pengalaman yang ada, kata Galau, corak pembangunan nasional akhir-akhir ini lebih kepada industri yang tidak jelas rantai pasoknya seperti industri ekstraktif yang cenderung merusak lingkungan dan proyek food estate yang lebih condong mengeksploitasi alam.
“Kalau nantinya investasi itu ke sektor-sektor ekstraktif yang selama ini merusak bentang alam dan topografi, justru ini akan menjadi mesin perusak yang lebih ampuh lagi nantinya untuk men-support aliran industri kotor,” tegasnya.
Forum