Dalam kemenangan bagi Ukraina pada peringatan tiga tahun invasi Rusia, Amerika Serikat pada hari Senin (24/2) gagal mendapatkan persetujuan dari Majelis Umum PBB atas resolusinya yang menyerukan diakhirinya perang tanpa menyebut agresi Moskow. Sebaliknya, majelis tersebut menyetujui resolusi tandingan yang didukung Eropa dan Ukraina, yang menuntut Rusia untuk segera menarik pasukannya dari Ukraina.
Keputusan tersebut merupakan kemunduran bagi pemerintahan Presiden AS Donald Trump di badan dunia yang beranggotakan 193 negara tersebut. Meskipun tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, resolusi Majelis Umum PBB dianggap sebagai tolok ukur opini global. Namun, hasil itu juga mencerminkan berkurangnya dukungan bagi Ukraina, karena resolusinya diwarnai dengan 93 suara setuju, 18 penolakan dan 65 suara abstain. Hasil itu lebih rendah dibandingkan dengan pemungutan suara terdahulu, di mana lebih dari 140 negara mengecam agresi Rusia.
Menurut seorang pejabat AS dan seorang diplomat Eropa yang berbicara secara anonim karena pembicaraan dilakukan secara tertutup, Amerika Serikat berupaya menekan Ukraina agar menarik resolusinya demi mendukung proposal AS. Namun, Ukraina menolak, dan kemudian Majelis Umum menambahkan bahasa ke dalam proposal AS yang secara jelas menyatakan bahwa Rusia telah menginvasi negara tetangganya yang lebih kecil, yang melanggar Piagam PBB.
Pemungutan suara terhadap resolusi AS yang telah diubah itu menghasilkan 93 suara setuju, 8 penolakan dan 73 suara abstain, di mana Ukraina memilih setuju, AS abstain, dan Rusia menolak.
Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina, Mariana Betsa, menegaskan bahwa negaranya menjalankan “hak inheren untuk membela diri” setelah invasi Rusia, yang melanggar Piagam PBB, yang mewajibkan negara-negara untuk menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain.
“Selagi kita memperingati tiga tahun kehancuran akibat invasi penuh Rusia terhadap Ukraina, kami menyerukan kepada semua negara untuk tetap teguh dan berpihak pada Piagam PBB, berpihak pada kemanusiaan, serta berpihak pada perdamaian yang adil dan abadi – perdamaian melalui kekuatan,” ujarnya. [rd/lt]
Forum