Presiden Bolivia Luis Arce dikeluarkan dari partainya sendiri yang sedang berkuasa pada Rabu (4/10), di tengah perebutan kekuasaan dengan mantan Presiden Evo Morales, yang ditunjuk sebagai kandidat tunggal pemilihan pendahuluan partai tersebut akhir tahun in
Partai MAS mengatakan bahwa Arce telah “mengeluarkan dirinya sendiri” dari partai, karena tidak menghadiri kongres partai yang diadakan pekan ini untuk mengatur penyelenggaraan pemilihan pendahuluan Desember mendatang untuk menunjuk calon presiden dari partai tersebut.
Morales, yang merupakan ketua umum partai itu, pada bulan lalu mengumumkan bahwa ia akan maju kembali pada pemilu 2025. Keputusan itu memperdalam pertikaiannya dengan Arce, yang merupakan mantan sekutu sekaligus anak didiknya.
Sebagai presiden Bolivia pertama yang keturunan suku asli, Morales sangat populer di negaranya hingga ia mencoba melanggar konstitusi dan mencalonkan diri kembali untuk periode keempat pada tahun 2019.
Ia memenangkan pemilu tersebut, namun dipaksa mengundurkan diri di tengah unjuk rasa yang mematikan dan meninggalkan negara tersebut. Ia kembali setelah sekutunya, Arce, memenangkan kursi kepresidenan pada Oktober 2020.
Sejak saat itu, perebutan kekuasaan di antara kedua pria itu pun mengemuka. Morales menjadi semakin tajam mengkritik pemerintahan Arce dan menuduhnya melakukan korupsi, menoleransi perdagangan narkoba, hingga mengesampingkannya secara politik.
Selain Arce, 28 anggota Partai MAS yang setia padanya juga dikeluarkan oleh partai.
MAS juga mengubah peraturan dasar partai itu sehingga hanya mereka yang sudah menjadi anggota selama sedikitnya 10 tahun yang boleh mencalonkan diri sebagai presiden – prasyarat yang tidak terpenuhi oleh Arce.
Keputusan partai itu masih harus disahkan oleh otoritas pemilu. Hukum pemilu Bolivia mewajibkan seluruh partai menggelar pemilihan pendahuluan, meski hanya memiliki satu kandidat.
Menjelang penyelenggaraan kongres partai, Arce mengatakan bahwa ia tidak akan hadir dengan alasan minimnya perwakilan organisasi sosial.
Arce belum menyatakan apakah ia akan mencapreskan diri lagi.
Menteri Kehakiman Arce, Ivan Lima, mengatakan bahwa Mahkamah Konstitusi Bolivia harus memutuskan apakah Morales masih sah untuk diizinkan mencalonkan diri lagi sebagai presiden untuk masa pemerintahan yang keempat, meski diselingi masa pemerintahan Arce selama lima tahun.
Konstitusi Bolivia mengizinkan masa jabatan presiden selama dua periode berturut-turut. Meski demikian, Morales tetap berhasil maju untuk periode ketiga pada 2014, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa periode pertamanya tak dihitung, karena konstitusi baru negara itu baru berlaku pada masa kepresidenannya yang pertama.
Sebuah referendum untuk mendapatkan masa jabatan keempat ditolak pada 2017. Meski demikian, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa penolakan itu merupakan bentuk pelanggaran hak asasi Morales, sehingga ia pun diizinkan kembali mengikuti pilpres untuk keempat kalinya pada 2019. [rd/rs]
Forum