Para pejabat militer Libya mengatakan pasukan revolusi dapat merebut kota kelahiran mantan pemimpin Moammar Gaddafi, Sirte dalam beberapa hari.
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Kolonel Ahmed Bani, hari Rabu mengatakan, para pejuang pemerintah sementara telah mengepung kota pantai yang strategis itu. Panglima lokal mengatakan, pasukannya telah menguasai separuh kota itu. Tetapi pejabat Dewan Transisi Nasional atau NTC yang lain mengatakan, serangan habis-habisan terhadap Sirte telah ditunda untuk memberi kesempatan kepada penduduk untuk mengungsi.
Mereka yang setia kepada Gaddafi di dalam kota itu telah meningkatkan perlawanan dalam tiga pekan pertempuran sengit. Pertempuran telah banyak mengorbankan warga sipil, banyak dari mereka telah terperangkap dalam bentrokan-bentrokan dengan persediaan pangan dan air yang menipis dan persediaan medis yang tidak memadai untuk merawat yang luka-luka.
Direbutnya Sirte akan sangat penting sementara para pemimpin NTC telah berjanji akan meletakkan jabatan setelah kota itu dikuasai dan negara dinyatakan bebas. Hasil semacam itu akan perlu bagi NATO untuk menyelesaikan misi udaranya di atas Libya.
Para menteri pertahanan NATO yang bertemu hari Rabu dan Kamis di Brussels sedang membahas bagaimana dan kapan mengakhiri kampanye 6 bulan itu.
Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen mengatakan, keputusan akan bergantung pada kemampuan pasukan NTC memelihara ketertiban, dan bukan pada nasib Gaddafi, yang keberadaanya tidak diketahui.