Menteri Pertahanan Amerika Leon Panetta mengatakan serangan udara NATO di Libya telah mengungkapkan sejumlah kelemahan dalam kemampuan aliansi itu.
Panetta mengatakan kepada menteri-menteri pertahananan NATO di Brussels, Rabu, bahwa kelemahan-kelemahan itu mencakup kurangnya pesawat udara tak berawak, lemahnya kemampuan pengisian kembali bahan bakar, dan kurangnya spesialis intelijen.
Ia mengatakan Amerika harus terlibat untuk menutupi sejumlah kelemahan itu. Namun, ia mengatakan, misi di Libya menunjukkan bahwa negara-negara Eropa dapat mengambil posisi memimpin dalam operasi-operasi NATO.
Para menteri pertahanan NATO berada di Belgia untuk membahas Libya dan operasi-operasi lain dalam pertemuan pertama mereka dalam serangkaian pertemuan sebelum KTT NATO bulan Mei di Amerika.
Selasa kemarin, Panetta mengatakan, tidak mengetahui keberadan mantan pemimpin Libya Moammar Gaddafi membuat aliansi itu kesulitan untuk memutuskan kapan akan mengakhiri operasi udara di Libya.
Hari Rabu, para pejuang pemerintah sementara Libya terus berusaha untuk menguasai Sirte, kota kelahiran Gaddafi.
Kantor berita Reuters mengutip seorang komandan pemerintah sementara yang mengatakan para pejuang Dewan Transisi Nasional (NTC) telah menguasai setengah kota yang selama ini ini menjadi kubu pertahanan pasukan yang setia kepada Gaddafi.