Seorang menteri Israel yang terkenal dengan pandangannya yang radikal mengklaim bahwa "tidak ada yang namanya" rakyat Palestina sementara pemerintah koalisi baru Israel yang berhaluan sangat keras meneruskan rencananya untuk merombak sistem peradilan.
Koalisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan sedang mendorong bagian penting dari perombakan itu, yang akan memberi koalisi kendali atas siapa yang menjadi hakim Mahkamah Agung atau hakim, sebelum parlemen mengambil liburan selama sebulan mulai minggu depan.
Perkembangan itu terjadi sehari setelah delegasi Israel dan delegasi Palestina pada pertemuan di Mesir yang dimediasi oleh para pejabat Mesir, Yordania, dan AS, berjanji untuk mengambil langkah-langkah untuk menurunkan ketegangan yang bergolak di kawasan itu menjelang Ramadan.
Perkembangan ini mencerminkan pengaruh terbatas yang tampaknya dimiliki pemerintahan Biden terhadap pemerintahan sayap kanan baru Israel dan memunculkan keraguan tentang keberhasilan upaya-upaya untuk menurunkan ketegangan, baik di dalam Israel maupun dengan Palestina.
Saat para negosiator mengeluarkan komunike bersama, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyampaikan pidato di Paris yang mengatakan gagasan tentang rakyat Palestina adalah artifisial.
"Tidak ada yang namanya bangsa Palestina. Tidak ada sejarah Palestina. Tidak ada bahasa Palestina,” katanya di Prancis Minggu malam (19/3). Ia berbicara di sebuah mimbar yang dibungkus dengan apa yang tampak seperti peta Israel yang mencakup Tepi Barat yang diduduki dan sebagian Yordania.
Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut pernyataan Smotrich "rasis, fasis, dan ekstremis".
Sebagai pemimpin sangat konservatif yang menentang negara Palestina, Smotrich terkenal sering mengeluarkan pernyataan ofensif terhadap Palestina. Bulan lalu, ia menyerukan kota Palestina Hawara di Tepi Barat untuk "dimusnahkan" setelah para pemukim Yahudi yang radikal mengamuk di kota itu sebagai tanggapan atas serangan penembakan yang menewaskan dua orang Israel. Smotrich kemudian meminta maaf setelah muncul kecaman internasional.
Selama pembicaraan hari Minggu di Mesir, seorang pria bersenjata Palestina melakukan serangan penembakan lain di Hawara, melukai secara serius seorang pria Israel.
Kekerasan baru itu, bersama dengan komentar Smotrich, menggambarkan tantangan berat yang terbentang di depan dalam meredakan ketegangan setelah setahun kekerasan mematikan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Lebih dari 200 warga Palestina tewas oleh tembakan Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, dan lebih dari 40 warga Israel atau orang asing tewas dalam serangan Palestina selama waktu itu.
KTT hari Minggu diadakan menjelang bulan suci Ramadan, yang dimulai minggu ini. Festival Paskah Yahudi juga akan berlangsung pada bulan April, bertepatan dengan Ramadan.
Pada periode itu sejumlah besar umat Yahudi dan Muslim akan berduyun-duyun datang ke Kota Tua Yerusalem. Pertemuan mereka di kawasan yang menjadi pusat konflik itu bukan tidak mungkin akan memicu bentrokan. [ab/uh]
Forum