Peringatan 1 tahun tragedi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501, di Polda Jawa Timur, Senin (28/12), yang dikhususkan untuk keluarga korban, dilangsungkan sebagai ungkapan duka sekaligus ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu proses pencarian korban.
“Ini kita adakan bersama-sama dengan keluarga dan kerabat untuk mengenang, mendoakan orang yang kita cintai karena kejadian QZ8501. Kita berdoa, kita memberikan kata sambutan, jadi dari pihak keluarga, dari pihak AirAsia, dan juga pihak-pihak yang telah membantu kami menyampaikan ungkapan terima kasih kepada Basarnas, kepada Pemerintah Kota Surabaya, dan pihak penyelam, mewakili dari banyak pihak yang telah membantu kami, jadi ini merupakan ungkapan terima kasih kami dalam 1 tahun ini kita telah dibantu, sehingga penanganan QZ8501 ini relatif berjalan lancar,” kata Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Henry Bambang Soelistyo yang hadir dalam peringatan ini, mengapresiasi silahturahmi yang dibangun antara AirAsia dengan keluarga korban. Melalui peringatan ini, semua pihak diharapkan saling belajar untuk memperbaiki diri, agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
“Saya apresiasi dengan adanya kegiatan seperti sekarang ini, tidak semua kita berani berhadapan dengan suatu kenyataan, perusahaan penerbangan yang mengalami kejadian seperti itu, korban, kemudian para pelaku pencari, semua berkumpul dalam konteks silahturahmi, saya pikir ini harus terus kita kembangkan. Kejadian ini tidak diinginkan oleh semua, tapi dari kejadian kita belajar, belajar dari masing-masing, AirAsia belajar, Basarnas belajar, korban juga kemudian mengevaluasi, ada sesuatu, tapi ingat Tuhan semuanya suddar asur,” kata Marsekal Madya TNI Henry Bambang Soelistyo, Kepala Badan SAR Nasional.
Peringatan satu tahun kecelakaan AirAsia QZ8501 yang berlangsung tertutup di gedung Mahameru Polda Jawa Timur, tidak membahas pertanyaan dan keprihatinan beberapa anggota keluarga korban terkait tindak lanjut tanggungjawab AirAsia kepada keluarga korban yang belum selesai.
Eka Santoso, perwakilan keluarga korban kecelakaan AirAsia QZ8501 mengatakan, persoalan ganti rugi atau asuransi yang belum diterima keluarga atau ahli waris korban akan dibahas dalam pertemuan lain, terlebih mengingat ada beberapa dokumen yang masih harus dilengkapi keluarga.
“Gak semua, masih sebagian. Kita masih ada proses surat-surat yang lebih lanjut yang belum selesai. Ya sekarang itu ada surat pengampuan yang belum selesai, ya minta secepatnya dibantu,” kata Eka Santoso.
Eka Santoso yang juga Wakil Ketua Reformasi Penerbangan Indonesia, mendesak adanya peningkatan keselamatan penerbangan oleh perusahaan maskapai penerbangan, sehingga kecelakaan akibat kurangnya perhatian di bidang pemeliharaan dapat dicegah.
“Yang kita tuntut ya dari kejadian ini mereka perbaiki SOP-nya, standard operation procedur-nya diperbaiki, maintenance-nya lebih diperbaiki lagi. Ya harapan kita kan ini kejadian terakhir ya, jangan lagi ada kejadian-kejadian yang akan datang lagi itu, perhatikanlah maintenance, perawatan pesawat, jadi jangan cuma mengejar bisnisnya aja, keselamatannya juga diperhatikan,” lanjutnya.
Pemerintah juga didesak untuk segera meratifikasi konvensi Montreal, yang berisi kewajiban maskapai penerbangan untuk mengutamakan kelayakan dan keselamatan penerbangan, serta besaran santunan bagi penumpang pesawat yang menjadi korban kecelakaan. [pr/em]