Pengumuman bahwa Israel memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza yang melewati pos-pos pemeriksaan telah menimbulkan ketakutan dan kepanikan berbelanja kebutuhan pokok di pasar-pasar Gaza.
Langkah ini diambil Israel ketika Ramadan baru dimulai. Bulan suci bagi umat Islam ini berlangsung di tengah kehancuran besar-besaran yang disebabkan oleh pertempuran sengit selama 16 bulan antara Israel dan Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat.
Mai al-Khoudari, mantan kepala sekolah yang mengungsi dari rumahnya di Gaza, mengatakan, “Pemblokiran ini berdampak buruk terhadap kami sebagai pengungsi yang kembali ke Kota Gaza. Ini bulan Ramadan dan kami membutuhkan banyak hal. Rumah saya dibom dan dihancurkan. Saya tidak punya apa-apa dan tidak ada apa-apa di Gaza. Semuanya mahal dan tidak tersedia.”
Israel mengatakan masih ada cukup pangan bagi warga Palestina di Gaza untuk bertahan selama berbulan-bulan.
Pemblokiran bantuan kemanusiaan terjadi sementara negosiasi tahap kedua kesepakatan gencatan senjata dan pelepasan sandera antara Israel dan Hamas tersendat.
Hamas menyandera 250 orang dalam serangan teror tanggal 7 Oktober 2023 di Israel selatan, memicu perang yang telah menyebabkan puluhan ribu warga Palestina dan lebih dari 1.700 warga Israel tewas. Sejauh ini, 147 sandera telah dikembalikan ke Israel hidup-hidup, sebagian besar merupakan hasil dari dua perjanjian gencatan senjata dengan Hamas. Israel juga telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tindakan memblokir bantuan dimaksudkan untuk memaksa Hamas melanjutkan perjanjian gencatan senjata yang ada saat ini, seperti diusulkan oleh utusan Timur Tengah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Steve Witkoff.
Netanyahu mengatakan, “Israel telah memutuskan untuk berhenti mengizinkan barang-barang dan pasokan-pasokan masuk ke Gaza, sesuatu yang telah kami lakukan selama 42 hari terakhir. Kami melakukan itu karena Hamas mencuri pasokan-pasokan itu dan menghalangi warga Gaza untuk mendapatkannya. Mereka menggunakan pasokan-pasokan ini untuk membiayai mesin terornya yang ditujukan langsung ke Israel dan warga sipil kami.”
Banyak warga Israel yang menyuarakan dukungan terhadap kebijakan garis keras perdana menteri tersebut. Namun banyak keluarga dari 63 sandera yang tersisa khawatir bahwa pemblokiran bantuan ke Gaza akan menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi para sandera dan bahkan membahayakan pembebasan mereka setelah lebih dari 500 hari disandera.
Zahiro Shahar Mor, warga Isarel yang pamannya tewas dalam tahanan Hamas mengatakan, “Menahan truk bantuan kemanusiaan memasuki Gaza juga berdampak pada para sandera. Kita tahu betul bahwa kelaparan di Gaza berdampak langsung pada mereka. Dan kami tahu dari orang-orang yang kembali dan memberikan kesaksian. Para sandera mendapat perlakuan yang lebih keras.”
Hamas, negara-negara Arab, PBB, dan organisasi-organisasi hak asasi manusia mengecam pemblokiran bantuan oleh Israel, dan menuduh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata. Liga Arab akan mengadakan pertemuan puncak darurat pekan ini untuk membahas perlu diakhirinya perang antara Israel dan Hamas. [ab/ka]
Forum