Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengumumkan pada Minggu (2/3) bahwa Mesir telah menyiapkan rencana rekonstruksi Gaza untuk memastikan warga Palestina tetap berada di tanah mereka. Rencana rekonstruksi itu akan dipresentasikan pada pertemuan puncak darurat Liga Arab di Kairo pada Selasa (4/3).
Negara-negara Arab menolak rencana Presiden Donald Trump agar Amerika Serikat mengambilalih Gaza dan merelokasi warga Palestina. Mereka pun berupaya keras menyusun langkah diplomatik untuk menentang gagasan tersebut.
Rencana Trump diumumkan pada 4 Februari di tengah gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas. Namun, rencana tersebut dianggap menyimpang dari kebijakan Timur Tengah Amerika yang selama ini berfokus pada solusi dua negara. Wacana itu sontak memicu kemarahan di kalangan warga Palestina dan negara-negara Arab. Washington sendiri telah menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris.
Abdelatty menyatakan bahwa Mesir akan mencari dukungan serta pendanaan internasional terkait rencana tersebut. Ia juga menekankan peran penting Eropa, terutama dalam pembiayaan rekonstruksi Gaza.
"Kami akan mengadakan pembicaraan intensif dengan negara-negara donor utama setelah rencana ini diadopsi dalam pertemuan puncak [Liga] Arab mendatang," ujar Abdelatty dalam konferensi pers bersama Komisioner Uni Eropa untuk Mediterania, Dubravka Suica.
Pada Minggu (2/3), Israel memblokir masuknya truk bantuan ke Gaza akibat kebuntuan terkait gencatan senjata tahap dua. Abdelatty menegaskan bahwa menjadikan bantuan sebagai alat hukuman kolektif tidak dapat dibenarkan.
Abdelatty juga menggarisbawahi komitmen Mesir terhadap gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya dan seharusnya memasuki tahap kedua.
"Ini akan sulit, tetapi dengan niat baik dan tekad politik, itu dapat dicapai," katanya.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa mereka telah menyetujui proposal Amerika Serikat untuk gencatan senjata sementara di Gaza selama Ramadan dan Paskah.
Abdelatty menyatakan bahwa setelah pertemuan puncak pada Selasa, para menteri luar negeri dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan mengadakan pertemuan darurat di Arab Saudi. Pertemuan ini akan membahas strategi penyampaian rencana tersebut.
"Kami akan memastikan bahwa hasil pertemuan puncak Arab disampaikan kepada dunia dengan cara sebaik mungkin," katanya.
Konflik ini bermula pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas menyerang Israel. Insiden tersebut menewaskan 1.200 orang dan juga menyebabkan sekitar 250 disandera.
Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan setempat. Sekitar setengah dari korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak. [ah/rs]
Forum