Tautan-tautan Akses

Tekan Hamas Terima Usul Gencatan Senjata Tahap 2, Israel Hentikan Bantuan Masuk


Warga Palestina berebut mengambil botol air yang jatuh dari truk bantuan kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza Selatan, 18 Februari 2025. (Foto: AFP)
Warga Palestina berebut mengambil botol air yang jatuh dari truk bantuan kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza Selatan, 18 Februari 2025. (Foto: AFP)

Ratusan truk bantuan telah memasuki Gaza setiap hari sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari.  Belum jelas apa dampak langsung dari penghentian bantuan tersebut.

Israel pada Minggu (2/3) menghentikan masuknya semua barang dan pasokan ke Jalur Gaza, dan memperingatkan akan adanya “konsekuensi tambahan” jika kelompok Hamas – yang oleh Amerika telah dikategorikan sebagai organisasi teroris – tidak menerima proposal baru untuk memperpanjang gencatan senjata yang rapuh.

Hamas menuduh Israel berusaha menggagalkan perjanjian gencatan senjata yang ada, dan mengatakan keputusannya untuk menghentikan masuknya bantuan merupakan “pemerasan murahan, kejahatan perang, dan serangan terang-terangan” terhadap gencatan senjata, yang berlaku sejak pertengahan Januari lalu, setelah perundingan selama lebih dari satu tahun.

Kedua belah pihak tidak mengatakan bahwa gencatan senjata telah berakhir.

Seorang pejabat Israel, yang berbicara tanpa menyebut nama sesuai dengan peraturan, mengatakan keputusan untuk menangguhkan bantuan dibuat melalui koordinasi dengan pemerintahan Trump.

Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan antre di sisi Mesir di perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza pada 2 Maret 2025, setelah Israel menangguhkan masuknya pasokan ke wilayah Palestina. (Foto: AFP)
Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan antre di sisi Mesir di perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza pada 2 Maret 2025, setelah Israel menangguhkan masuknya pasokan ke wilayah Palestina. (Foto: AFP)

Belum ada komentar langsung dari Amerika Serikat mengenai proposal yang diumumkan Israel itu, atau keputusannya untuk menghentikan bantuan kemanusiaan.

Ratusan truk bantuan telah memasuki Gaza setiap hari sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari. Belum jelas apa dampak langsung dari penghentian bantuan tersebut.

Israel: Amerika Usul Hentikan Bantuan

Israel mengatakan usulan baru untuk menghentikan masuknya bantuan, datang dari Utusan Khusus Amerika untuk Timur Tengah Steve Witkoff yang menyerukan perpanjangan gencatan senjata hingga berakhirnya Ramadan dan hari libur Paskah Yahudi, yang berakhir pada 20 April.

Menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, berdasarkan proposal tersebut, Hamas akan membebaskan separuh sandera pada hari pertama dan sisanya ketika kesepakatan mengenai gencatan senjata permanen tercapai.

Menteri Luar Negeri Gideon Saar mengatakan Israel siap untuk bernegosiasi mengenai tahap berikutnya tetapi bersikeras agar lebih banyak sandera dibebaskan selama pembicaraan tersebut. Berbicara dalam konferensi pers, Saar mengatakan Israel telah menerima surat tambahan dari pemerintahan Trump yang mengatakan tidak ada transisi otomatis antara fase-fase gencatan senjata.

“Berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahap pertama, kami telah memenuhi seluruh komitmen kami hingga hari terakhir, yaitu kemarin,” ujarnya seraya menambahkan “posisi kami adalah selama negosiasi, para sandera harus dibebaskan.”

Hamas Ingatkan Konsekuensi Penangguhan atau Pembatalan Perjanjian

Hamas memperingatkan bahwa setiap upaya untuk menangguhkan atau membatalkan perjanjian gencatan senjata akan menimbulkan “konsekuensi kemanusiaan” bagi para sandera, dan menegaskan kembali bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan mereka adalah melalui penerapan kesepakatan yang ada, yang tidak menentukan batas waktu untuk membebaskan para sandera yang tersisa.

Hamas mengatakan mereka bersedia membebaskan para sandera sekaligus pada tahap kedua hanya dengan imbalan pembebasan lebih banyak tahanan Palestina, gencatan senjata permanen, dan penarikan pasukan Israel.

Seorang pejabat Mesir mengatakan Hamas dan Mesir tidak akan menerima proposal baru untuk memulangkan sandera yang tersisa tanpa mengakhiri perang. Ia menambahkan bahwa perjanjian gencatan senjata sebelumnya telah meminta kedua belah pihak untuk kembali memulai negosiasi tahap kedua pada awal Februari.

Pejabat, yang berbicara secara anonim karena tidak berwenang memberi pengarahan kepada media, mengatakan para mediator berusaha menyelesaikan perselisihan tersebut.

Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan antre di sisi Mesir di perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza pada 2 Maret 2025, setelah Israel menangguhkan masuknya pasokan ke wilayah Palestina. (Foto: AFP)
Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan antre di sisi Mesir di perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza pada 2 Maret 2025, setelah Israel menangguhkan masuknya pasokan ke wilayah Palestina. (Foto: AFP)

Gencatan Senjata Diusik dengan Berbagai Pelanggaran

Berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahap pertama yang berlangsung selama enam minggu, Hamas membebaskan 25 sandera Israel dan delapan jasad lainnya sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 warga Palestina yang dipenjarakan oleh Israel. Pasukan Israel juga disyaratkan mundur dari sebagian besar Gaza, dan Israel mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan.

Namun tahap pertama ini telah diusik oleh perselisihan yang berulang-ulang, di mana masing-masing pihak saling menuduh melakukan pelanggaran.

Selama gencatan senjata ini, puluhan warga Palestina tewas di tangan militer Israel, yang menurut militer telah mendekati pasukannya atau memasuki wilayah yang melanggar gencatan senjata.

Israel melancarkan serangan udara terhadap warga Palestina yang dikatakan menanam alat peledak di Gaza utara dekat perbatasan pada Minggu (2/3). Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan dua laki-laki tewas dalam serangan itu.

Di pihak lain, Hamas mengarak para tawanan – yang sebagian di antaranya kurus – di hadapan orang banyak dalam tontonan publik yang menurut Israel dan PBB kejam dan merendahkan martabat.

Hamas mengatakan penangguhan bantuan Israel merupakan pelanggaran lain, dan bahwa gencatan senjata dan pengiriman bantuan seharusnya tetap dilanjutkan selama negosiasi tahap kedua.

Israel Dituding Blokir Masuknya Bantuan Selama Perang

Israel memberlakukan pengepungan total terhadap Gaza pada hari-hari awal perang dan baru melonggarkan pengepungan itu setelah ditekan pemerintah Amerika.

Badan-badan PBB dan kelompok bantuan menuduh Israel tidak memberikan cukup bantuan selama 15 bulan perang, dan pemerintahan Biden ketika itu berulang kali mendesak Israel untuk melakukan lebih banyak hal. Dalam beberapa kesempatan sejumlah pakar memperingatkan potensi terjadinya kelaparan sangat akut di Gaza.

ICC Duga Israel Gunakan Kelaparan Sebagai Metode Perang

Saat mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap PM Israel Benjamin Netanyahu tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengatakan ada alasan untuk percaya bahwa Israel telah menggunakan “kelaparan sebagai metode peperangan.”

Tuduhan yang sama juga disampaikan Afrika Selatan di Mahkamah Internasional saat menuduh Israel melakukan genosida.

Fatima Al-Absi, kiri, berbuka puasa bersama putri dan cucunya pada hari pertama Ramadan di apartemen mereka yang rusak di Jabaliya, Jalur Gaza utara, 1 Maret 2025. (Foto: AP)
Fatima Al-Absi, kiri, berbuka puasa bersama putri dan cucunya pada hari pertama Ramadan di apartemen mereka yang rusak di Jabaliya, Jalur Gaza utara, 1 Maret 2025. (Foto: AP)

Israel membantah tuduhan itu dan menolak kedua tindakan pengadilan tersebut karena dianggap bias terhadapnya.

Israel mengatakan telah mengizinkan masuknya bantuan dalam jumlah yang cukup dan mempersalahkan PBB karena tidak mampu mendistribusikannya. Mereka juga menuduh Hamas menjarah bantuan yang datang.

Korban Tewas dalam Perang

Perang Israel-Hamas tak terhindarkan ketika kelompok militan Hamas menyerang bagian selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang lainnya. Setelah melepaskan sebagian besar sandera dalam dua perjanjian gencatan senjata – pada November 2023 dan Januari 2025 – saat ini diyakini masih menyandera 59 orang. Tiga puluh dua di antaranya diyakini telah tewas.

Serangan balasan Israel ke Jalur Gaza lewat darat dan udara telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, yang mencatat dan mengeluarkan data itu mengatakan lebih dari separuh korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Namun mereka tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan. Selain itu lebih dari 100 ribu orang lainnya luka-luka, di mana dua per tiga di antaranya mengalami cacat permanen.

Pengeboman dan operasi darat Israel tanpa henti telah memporak-porandakan Jalur Gaza, dan pada puncak konflik memaksa sekitar 90% dari 2,3 juta warga Palestina di kawasan itu untuk mengungsi ke tempat lain. Perang juga telah menyebabkan sebagian besar penduduk Gaza bergantung pada bantuan internasional. [em/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG