Isu Iklim
- Associated Press
Banjir Bandang di Spanyol, Sedikitnya 51 Orang Tewas
Hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah timur dan selatan Spanyol pada hari Selasa, membanjiri jalan-jalan dengan air berlumpur dan mengganggu perjalanan kereta api dan udara.
Sedikitnya 51 orang tewas di wilayah timur Spanyol, Valencia, setelah banjir bandang menghanyutkan mobil, mengubah jalanan desa menjadi sungai, dan mengganggu jalur kereta api, serta jalan raya; sebuah bencana alam terburuk yang melanda dalam beberapa waktu terakhir.
Layanan darurat di wilayah timur Valencia mengonfirmasi jumlah korban tewas tersebut pada hari Rabu (30/10).
Hujan badai pada hari Selasa (29/10) menyebabkan banjir di sebagian besar wilayah selatan dan timur Spanyol. Air banjir bercampur lumpur menjatuhkan kendaraan di jalanan dengan kecepatan yang menakutkan. Potongan-potongan kayu berputar bersama barang-barang rumah tangga. Polisi dan petugas penyelamat menggunakan helikopter untuk mengangkat orang-orang dari rumah dan mobil mereka.
Sejumlah orang dilaporkan hilang pada Selasa malam, menurut otoritas setempat, tetapi keesokan paginya ada pengumuman mengejutkan tentang puluhan orang yang ditemukan tewas.
Lebih dari 1.600 tentara dari unit tanggap darurat Spanyol dikerahkan ke daerah-daerah yang hancur.
“Kemarin adalah hari terburuk dalam hidup saya,” kata Ricardo Gabaldón, walikota Utiel, sebuah kota di Valencia, kepada lembaga penyiaran nasional RTVE. Dia mengatakan beberapa orang masih hilang di kotanya.
“Kami terjebak seperti tikus. Mobil-mobil dan kontainer sampah mengalir di jalanan. Air naik hingga tiga meter,” katanya. Spanyol telah mengalami badai musim gugur yang serupa dalam beberapa tahun terakhir, tetapi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kehancuran yang terjadi dalam dua hari terakhir.
Jumlah korban tewas bisa saja bertambah dengan daerah-daerah lain yang belum melaporkan korban dan upaya pencarian masih terus dilakukan di daerah-daerah yang aksesnya sulit. Di desa Letur, wilayah tetangga Castilla La Mancha, Wali Kota Sergio Marín Sánchez mengatakan bahwa enam orang hilang.
Sebuah kereta api berkecepatan tinggi dengan hampir 300 orang di dalamnya tergelincir di dekat Malaga, meskipun pihak berwenang kereta api mengatakan tidak ada yang terluka. Layanan kereta api berkecepatan tinggi antara kota Valencia dan Madrid terganggu, begitu juga dengan beberapa jalur kereta komuter.
Presiden regional Valencia Carlos Mazón mendesak orang-orang untuk tetap tinggal di rumah agar tidak mempersulit upaya penyelamatan. Pasalnya, perjalanan darat sudah sulit dilakukan akibat pohon-pohon tumbang dan kendaraan yang rusak.
“Lingkungan ini hancur, semua mobil bertumpuk satu sama lain, benar-benar hancur,” kata Christian Viena, seorang pemilik bar di desa Barrio de la Torre, Valencia, melalui telepon. “Semuanya hancur total. Semuanya siap untuk dibuang. Lumpurnya hampir mencapai 30 sentimeter.”
Pemerintah pusat Spanyol membentuk komite krisis untuk membantu mengkoordinasikan upaya penyelamatan.
Hujan telah mereda di Valencia pada Rabu pagi. Namun, lebih banyak badai diperkirakan akan terjadi hingga hari Kamis (31/10), menurut layanan cuaca nasional Spanyol.
Spanyol masih dalam masa pemulihan akibat kekeringan parah awal tahun ini. Para ilmuwan mengatakan peningkatan episode cuaca ekstrem kemungkinan terkait dengan perubahan iklim. [th/em]
- Associated Press
Hujan Deras Sebabkan Banjir Bandang di Selatan dan Timur Spanyol
Hujan deras yang disebabkan oleh massa udara dingin yang bergerak melintasi wilayah tenggara Spanyol, menyebabkan jalan-jalan dan kota-kota terendam banjir pada Selasa (29/10). Banjir tersebut mendorong pihak berwenang di daerah-daerah yang paling parah terdampak menyarankan warganya untuk tinggal di rumah dan menghindari semua perjalanan yang tidak penting.
Badan cuaca negara Spanyol, AEMET, mengumumkan peringatan merah di wilayah timur Valencia dan tingkat kewaspadaan tertinggi kedua di beberapa bagian Andalusia di selatan, di mana sebuah kereta tergelincir karena hujan deras, meskipun tidak ada yang terluka.
Rekaman-rekaman gambar menunjukkan sejumlah petugas pemadam kebakaran menyelamatkan pengemudi yang terjebak di tengah hujan lebat di Kota Alzira, Valencia, dan mobil-mobil yang terjebak jalan-jalan yang terendam banjir.
Para ilmuwan mengatakan cuaca ekstrem semakin sering terjadi akibat perubahan iklim. Sejumlah ahli meteorologi percaya bahwa pemanasan di Laut Tengah, yang meningkatkan penguapan air, memainkan peran penting dalam membuat hujan lebat menjadi lebih parah.
AEMET memperkirakan Valencia akan terdampak paling parah oleh badai ini, dengan perkiraan curah hujan lebih dari 90 milimeter dalam waktu kurang dari satu jam, atau 180 mm dalam waktu kurang dari 12 jam.
Sekolah, gedung pengadilan, dan layanan penting lainnya ditangguhkan di Carlet dan beberapa kota terdekat lainnya di wilayah Valencia.
Layanan darurat setempat meminta bantuan UME, sebuah unit militer yang khusus melakukan operasi penyelamatan, di daerah Utiel-Requena, di mana asosiasi petani ASAJA mengatakan badai tersebut menyebabkan kerusakan signifikan pada tanaman pangan mereka.
Badai pertama kali melanda Andalusia. Di El Ejido, sebuah kota di kawasan Laut Tengah yang terkenal dengan rumah-rumah kacanya yang bertebaran di sana-sini, badai es memecahkan ratusan kaca depan mobil, membanjiri jalan-jalan dan merusak infrastruktur rumah kaca yang sebagian besar terbuat dari plastik.
Di Alora, yang juga terletak di Andalusia, sungai Guadalorce meluap dan 14 orang di wilayah tersebut harus diselamatkan oleh petugas pemadam kebakaran, kata pihak berwenang. AEMET menyatakan, Alora merupakan wilayah paling terdampak pada Selasa dengan curah hujan mencapai 160 mm. [ab/ns]
- Associated Press
Biden Umumkan Dana Hibah $3 Miliar untuk Kurangi Emisi Karbon di Pelabuhan-pelabuhan AS
Pemerintahan Presiden Joe Biden memberikan hampir $3 miliar untuk meningkatkan peralatan ramah iklim dan infrastruktur di pelabuhan-pelabuhan di berbagai penjuru Amerika Serikat, termasuk di Baltimore, tempat runtuhnya sebuah jembatan yang menewaskan enam pekerja konstruksi dan mengganggu lalu lintas maritim selama berbulan-bulan.
Presiden Joe Biden mengunjungi pelabuhan utama kota itu pada Selasa (29/10) untuk mengumumkan hibah tersebut, yang menurut para pejabat akan meningkatkan dan memodernisasi infrastruktur pelabuhan di 55 lokasi di AS, mengurangi polusi, dan memerangi krisis iklim.
Dalam pidatonya, ia mengatakan, “Hari ini saya dengan bangga mengumumkan bahwa kami menyalurkan dana sebesar $3 miliar untuk Undang-undang Pengurangan Inflasi guna membantu membersihkan dan memodernisasi infrastruktur pelabuhan di 27 negara bagian dan teritori berbeda dari Pennsylvania, Georgia, Michigan, dan sekitarnya, termasuk, ya, Puerto Rico.”
Pelabuhan Baltimore, salah satu pelabuhan tersibuk di wilayah Pantai Timur AS, merupakan pusat utama impor dan ekspor kendaraan bermotor dan peralatan pertanian.
Lebih dari 20.000 pekerja mendukung operasional pelabuhan itu sehari-hari, termasuk pekerja pelabuhan dan pengemudi truk yang tergabung dalam serikat pekerja.
Kunjungan presiden, seminggu sebelum Hari Pemilu, dimaksudkan untuk menyoroti upaya Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris untuk mempromosikan energi bersih sekaligus melindungi dan menciptakan lapangan kerja dengan gaji yang baik. [ab/ns]
VOA Headline News: Biden Umumkan Dana Hibah $3 Miliar untuk Kurangi Emisi Karbon di Pelabuhan-pelabuhan AS
Arab Saudi Berkomitmen Pertahankan Kapasitas Produksi Minyak Mentah Sambil Kejar Target Iklim
Lebih dari 100 negara melobi “penghapusan bertahap” bahan bakar fosil di COP28 yang diadakan di Uni Emirat Arab. Namun menghadapi tentangan dari kelompok produsen minyak pimpinan Arab Saudi, OPEC, yang berargumen bahwa dunia bisa mengurangi emisi karbon tanpa mengucilkan bahan bakar tertentu.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abulaziz bin Salman, Selasa (29/10) mengatakan negaranya “berkomitmen” untuk mempertahankan kapasitas produksi minyak mentah sebesar 12,3 juta barel per hari.
Berbicara dalam konferensi Inisiatif Investasi Masa Depan (Future Investment Initiative/FII) di Riyadh, Pangeran Abdulaziz mengatakan bahwa eksportir minyak terbesar di dunia itu akan mempertahankan target produksi minyak mentahnya sembari berupaya mencapai target iklimnya.
“Kami akan memonetisasi setiap molekul energi yang dimiliki negeri ini, titik,” kata Pangeran Abdulaziz. Kebijakan tersebut akan dilakukan seiring dengan tujuan-tujuan lain, seperti pengurangan emisi, tambahnya.
“Kami berkomitmen untuk mempertahankan kapasitas minyak mentah 12,3 juta (barel per hari) dan kami bangga akan hal itu,” katanya. Pernyataannya disampaikan menjelang pengumuman mengenai pertukaran kredit karbon yang melibatkan dana kekayaan negara Arab Saudi, yang diperkirakan akan disampaikan hari Selasa.
Tahun lalu, Arab Saudi mendukung sebuah kesepakatan pada konferensi iklim PBB, COP28, yang memberikan lebih banyak kelonggaran kepada negara-negara untuk menapaki jalur masing-masing menuju berbagai sumber energi yang lebih bersih.
Lebih dari 100 negara telah melobi “penghapusan bertahap” bahan bakar fosil di COP28 yang diadakan di Uni Emirat Arab. Namun, mereka menghadapi tentangan dari kelompok produsen minyak pimpinan Arab Saudi, OPEC, yang berargumen bahwa dunia bisa mengurangi emisi karbon tanpa mengucilkan bahan bakar tertentu.
“Kami tidak malu akan rekam jejak kami dalam hal emisi,” kata Pangeran Abdulaziz dalam konferensi FII. “Kami bangga akan hal itu, tetapi para pakar mencoba menciptakan pengalihan agar kami tidak menyandang status sebagai negara yang terhormat dan bermoral.”
Ia juga mengatakan bahwa Arab Saudi akan memperbarui janji iklim nasionalnya di bawah Perjanjian Paris untuk meningkatkan targetnya.
“Kami memastikan bahwa kami akan memiliki NDC (Nationally Determined Contribution atau Kontribusi Nasional yang Ditentukan) yang diperbarui tahun depan, dan saya bisa jamin bahwa angkanya akan lebih tinggi.” [th/rd]
Forum