Tautan-tautan Akses

Isu Iklim

Indonesia, Malaysia, Uni Eropa Rancang Panduan Aturan Deforestasi untuk Petani Kecil

Seorang petani kelapa sawit sedang membawa buah-buah sawit di sebuah perkebunan di Kampar, Riau, 18 Agustus 2018. (Foto: Wahyudi/AFP)
Seorang petani kelapa sawit sedang membawa buah-buah sawit di sebuah perkebunan di Kampar, Riau, 18 Agustus 2018. (Foto: Wahyudi/AFP)

Uni Eropa akan mewajibkan para pengimpor kedelai, daging sapi, kakao, kopi, minyak sawit, kayu, karet dan produk terkait untuk membuktikan rantai pasokan mereka tidak berkontribusi terhadap perusakan hutan dunia. Jika terbukti akan dikenakan denda yang besar.

Indonesia, Malaysia dan Uni Eropa akan merumuskan panduan praktis peraturan deforestasi Uni Eropa (EU deforestation rules /EUDR) untuk petani kecil pada November.

Hal itu disampaikan oleh kelompok antarpemerintah yang mewakili produsen minyak sawit mengatakan pada Jumat (11/10).

Komisi Eropa pada awal bulan ini mengusulkan penundaan penerapan EUDR, yang akan melarang impor komoditas yang terkait dengan deforestasi. Hal itu menyusul seruan dari industri dan pemerintah di seluruh dunia.

Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa UE, Indonesia, dan Malaysia akan bekerja sama dalam menghasilkan rekomendasi dan panduan praktis bagi petani kecil dan usaha kecil di sektor minyak sawit, kopi, karet, kayu, dan kakao. Panduan itu akan mempersiapkan para petani kecil dalam menghadapi EUDR.

CPOPC adalah organisasi antarpemerintah untuk negara-negara penghasil minyak sawit, termasuk produsen minyak sawit terbesar di dunia yaitu Indonesia, Malaysia dan Honduras.

EUDR akan mewajibkan perusahaan yang mengimpor kedelai, daging sapi, kakao, kopi, minyak sawit, kayu, karet dan produk terkait untuk membuktikan bahwa rantai pasokan mereka tidak berkontribusi terhadap perusakan hutan dunia, atau akan dikenakan denda yang besar.

Sebelumnya, Indonesia mengatakan bahwa peraturan tersebut akan memberlakukan prosedur administratif yang memberatkan terhadap petani kecil dan mengecualikan mereka dari rantai pasokan global. [ft/pp]

Badai Milton Ganggu Perayaan 'Yom Kippur' Warga Yahudi di Florida

Sebuah mobil terendam banjir di depan sebuah rumah setelah badai Milton di Tampa, Florida, 10 Oktober 2024.
Sebuah mobil terendam banjir di depan sebuah rumah setelah badai Milton di Tampa, Florida, 10 Oktober 2024.

Banyak orang Yahudi di seluruh dunia akan merayakan Yom Kippur dengan berpuasa dan berdoa di sinagoge mereka akhir pekan ini.

Namun bagi umat Yahudi di Florida, Badai Milton yang dahsyat telah mengacaukan rencana untuk merayakan Hari Penebusan Dosa, hari paling suci dalam setahun dalam kepercayaan Yahudi. Perayaan Yom Kippur tahun ini dimulai pada Jumat (11/10) malam dan menutup rangkaian perayaan Hari Raya Suci yang dimulai sejak peringatan Rosh Hashana pada 2 Oktober.

Di seluruh wilayah yang terancam badai, para rabi dan jemaah mereka menghabiskan sebagian dari the Days of Awe (Hari-hari Kekaguman) — rentang waktu antara Rosh Hashana dan Yom Kippur — untuk melindungi rumah dan sinagoge mereka saat Milton yang melanda lepas pantai, berubah menjadi badai Kategori 5. Banyak — meskipun tidak semua warga— mengungsi, mematuhi perintah sukarela dan wajib, dan menemukan tempat penyimpanan yang aman untuk gulungan Taurat sinagoge dan diri mereka sendiri.

Milton menghantam Pantai Teluk Florida pada Rabu (9/10) sebagai siklon Kategori 3, dengan angin kencang yang merusak, hujan lebat, dan tornado. Pada Kamis (10/10), badai telah bergerak ke arah timur menuju Samudra Atlantik.

Rabi Ini Memutuskan Tidak Mengungsi

Rabbi Yitzchok Minkowicz mengevakuasi sebagian besar keluarganya sebelum badai. Namun, dia memilih untuk bertahan bersama putranya, yang juga seorang rabi, di Chabad Lubavitch di Florida Barat Daya dekat Fort Myers. Fasilitas tersebut menampung orang-orang yang mengungsi akibat badai, termasuk dokter, responden pertama, dan lansia yang tidak dapat mengungsi.

Penting untuk "bersama masyarakat dan untuk masyarakat," dan memberikan dukungan emosional dan spiritual, katanya saat badai mendekat.

Hujan deras mengguyur sebuah jalan di Tampa, Florida saat Badai Milton melintas, 9 Oktober 2024. (Foto: Rebecca Blackwell/AP Photo)
Hujan deras mengguyur sebuah jalan di Tampa, Florida saat Badai Milton melintas, 9 Oktober 2024. (Foto: Rebecca Blackwell/AP Photo)

Menjelang tengah malam Kamis (10/10), aliran listrik di pusat Chabad dan seluruh lingkungan padam, kata Minkowicz, dan mereka menjadi segelintir dari jutaan orang yang tidak mendapatkan aliran listrik. Fasilitas itu terhindar dari gelombang badai, tetapi rumah-rumah dan bangunan lain di daerah itu tidak, katanya.

"Kebutuhan mendesak kami adalah listrik agar kami dapat membantu masyarakat kami dan menyelenggarakan kebaktian Yom Kippur," kata Minkowicz kepada The Associated Press melalui email pada Kamis. "Kami berdoa agar masalah ini segera teratasi."

Pusat itu berencana untuk menyelenggarakan perayaan Yom Kippur terlepas dari badai yang ada. Ia mengatakan hal yang sama terjadi dua tahun lalu, ketika hari raya itu diadakan setelah badai besar, Ian.

"Yom Kippur adalah hari ketika Anda membuka jiwa Anda kepada Tuhan dan Anda benar-benar terhubung dengan Tuhan," kata Minkowicz. "Ketika Anda melewati badai, hal-hal yang bersifat material tidak penting. Mereka sudah berada di zona di mana mereka benar-benar berfokus kepada Tuhan."

Jemaat Beth Am di wilayah Teluk Tampa juga mengalami 'pemadaman listrik' dan berencana untuk menyelenggarakan kebaktian Yom Kippur secara daring, kata Rabi Jason Rosenberg dari sinagoge Reform.

"Penting untuk tetap bersikap objektif. Menggelar kebaktian daring bukanlah hal yang diinginkan siapa pun, tetapi bisa jadi jauh lebih buruk," katanya. "Ini terasa seperti berkat."

Badai tersebut menekankan salah satu refleksi tahunan Yom Kippur.

Sebuah pertanyaan tersirat, katanya sebelum badai Milton menghantam kawasan tersebut, "Jika ini akan menjadi tahun terakhir Anda di Bumi, apa yang akan Anda lakukan secara berbeda? ... Ketika Anda menghadapi badai bersejarah, badai yang berpotensi mengancam jiwa dan mengubah hidup Anda, pesan itu benar-benar hadir."

Milton Halangi Peringatan Yom Kippur dan 7 Oktober

Seperti kebanyakan jemaatnya, Rabi Nicole Luna telah dievakuasi setelah membantu mengamankan Kuil Beth El di Fort Myers, dan mempercayakan beberapa gulungan Taurat kepada jemaat jika gelombang badai yang mengancam menghancurkan sinagoge.

Ketika jemaat menghadapi Badai Irma pada 2017 dan Badai Ian pada 2022, waktu terjadinya Milton sangat berat, karena telah memaksa penundaan peringatan setahun serangan Hamas atas Israel 7 Oktober 2023. Perang yang saat ini masih terus berlangsung.

"Rasanya terlalu berat hati kami untuk menanggung beban saat ini," kata Luna dari Miami menjelang badai. "Semuanya sangat berat."

Setelah badai berlalu, Luna memberi tahu jemaatnya bahwa sinagoge mereka tidak rusak, meskipun listrik padam.

Ia mengumumkan rencana untuk mengadakan kebaktian melalui Zoom pada Jumat (11/10) malam, dan kebaktian tatap muka pada Sabtu (12/10).

"Kami berharap lampu lalu lintas akan kembali menyala pada Sabtu, tetapi silakan datang hanya kalau Anda yakin dapat berkendara dengan aman (sampai di tempat ini)," pesannya.

Luna mengatakan dia bersyukur atas "dukungan besar" yang dia terima dari sesama rabi di Pantai Timur Florida, yang membuka kuil mereka untuk liburan bagi para pengungsi. Mereka juga menekankan bahwa mereka dapat datang apa adanya, karena hanya sedikit yang mengambil "pakaian yang sesuai untuk liburan" dalam upaya melarikan diri dari amukan Milton.

Chabad of Southwest Broward dekat Fort Lauderdale menampung beberapa pengungsi dari daerah yang paling terdampak badai, mulai dari seorang ibu dengan bayinya yang baru lahir hingga pasangan lansia, kata direktur Rabbi Pinny Andrusier. Mereka diundang untuk menghabiskan Yom Kippur bersama kelompok yang berbasis di Cooper City, termasuk berbagi makanan halal sebelum dan sesudah hari puasa.

"Kami selamat, syukurlah," kata Andrusier tentang badai tersebut. "Kami dapat membuka pintu kami" bagi mereka yang berada di zona badai.

Sinagoge Batal Gelar Yom Kippur

Ratusan keluarga Yahudi di Longboat Key, pulau penghalang di lepas Teluk Sarasota, tidak akan dapat merayakan Yom Kippur di sinagoge mereka untuk pertama kalinya dalam 45 tahun sejarah mereka, kata Shepard Englander, CEO Federasi Yahudi Sarasota-Manatee.

Akses ke pulau tersebut, khususnya John Ringling Causeway, ditutup sebelum badai. Jemaat memutuskan tidak ada gunanya menggelar kebaktian "Hari Penebusan Dosa' di tengah risiko hantaman badai Milton. Mereka telah merayakan Rosh Hashana di gedung mereka meskipun sejumlah rumah di dekatnya rusak akibat Badai Helene, yang melanda daratan bulan lalu.

Englander mengatakan dia dan keluarganya dievakuasi dari rumah mereka di tepi sungai di luar Sarasota dan berlindung di rumah seorang teman di pedalaman. Dari sana, ia berusaha memastikan anggota masyarakat dari Longboat Key dan kuil-kuil lain yang tidak akan mengadakan kebaktian dapat berdoa dan berbuka puasa Yom Kippur di pusat konferensi yang baru dibangun di Sarasota dengan makanan seperti blintzes, bagel, krim keju, dan salmon asap.

Menjelang badai, orang-orang tersebar di wilayah tersebut di tempat penampungan darurat atau tinggal bersama keluarga atau teman, kata Englander.

"Di masa-masa sulit, Anda benar-benar memahami kekuatan komunitas," katanya. "Dan ini adalah komunitas Yahudi yang peduli, erat, dan murah hati." [es/ft]

Badai Milton Amuk Florida dan Tewaskan Sedikitnya 4 Orang, Kini Menuju Samudra Atlantik

Sebuah rumah setelah dihantam tornado pembangunan The Preserve saat Badai Milton bergerak melintasi Florida, di Wellington, Florida, AS, 10 Oktober 2024. (Greg Lovett/Palm Beach Post/USA Today Network via REUTERS)
Sebuah rumah setelah dihantam tornado pembangunan The Preserve saat Badai Milton bergerak melintasi Florida, di Wellington, Florida, AS, 10 Oktober 2024. (Greg Lovett/Palm Beach Post/USA Today Network via REUTERS)

Badai Milton bergerak menuju Samudra Atlantik setelah mengamuk di Florida, Kamis (10/10) menerjang berbagai kota dengan angin dan hujannya yang ganas, serta memicu serangkaian tornado. Sedikitnya empat orang tewas akibat Milton, menambah penderitaan warga usai diterjang Badai Helene dua minggu lalu.

Badai Milton tidak menerjang langsung Kota Tampa, yang padat penduduk, seperti diprediksi. Badai itu bergerak ke selatan pada jam-jam terakhir sebelum akhirnya mendarat di Kota Siesta Key, yang terletak 112 kilometer di selatan Tampa, sebagai badai Kategori 3, Rabu (9/10) malam. Meskipun menyebabkan banyak kerusakan dan kemungkinan air akan terus menggenang selama berhari-hari ke depan, Gubernur Florida Ron DeSantis menyebut Badai Milton tidak menimbulkan “skenario terburuk” saat melintas.

Gelombang badai mematikan yang dikhawatirkan menerjang Tampa tampaknya tidak terjadi, meski situasi di daerah itu masih dalam keadaan darurat besar. Badai itu membawa curah hujan hingga 45 sentimeter ke beberapa tempat di daerah Tampa dan St. Petersburg.

DeSantis mengatakan, gelombang badai terburuk akibat Milton tampaknya terjadi di Sarasota County, di mana ketinggian air mencapai 2,5 hingga 3 meter – lebih rendah dari gelombang badai terburuk akibat Badai Helene. “Kami akan memahami lebih baik cakupan kerusakan dalam beberapa hari ke depan,” ungkapnya. “Badai yang terjadi sungguh besar, tapi syukurnya bukan skenario yang terburuk.”

Regu penyelamat berupaya menyelamatkan warga yang terdampak banjir akibat Badai Milton di kompleks apartemen lantai dua di Clearwater, Florida, 10 Oktober 2024. (Bryan R. SMITH / AFP)
Regu penyelamat berupaya menyelamatkan warga yang terdampak banjir akibat Badai Milton di kompleks apartemen lantai dua di Clearwater, Florida, 10 Oktober 2024. (Bryan R. SMITH / AFP)

Kamis pagi, pejabat setempat menegaskan kembali pesan mereka bahwa bahaya belum usai: peringatan gelombang badai dikeluarkan di sebagian besar pesisir timur-tengah Florida dan ke utara negara bagian Georgia. Peringatan badai tropis juga masih berlaku di sepanjang pesisir menuju negara bagian South Carolina.

Para pejabat dari daerah-daerah paling terdampak di Florida, yaitu di Hillsborough, Pinellas, Sarasota dan Lee, mendesak warga untuk bertahan di rumah, memperingatkan mereka akan kabel-kabel listrik yang tumbang, pepohonan yang menghalangi jalan dan jembatan, hingga banjir yang menggenang.

“Kami akan beri tahu jika situasinya cukup aman untuk Anda keluar,” kata Sheriff Hillsborough Chad Chronister yang menaungi Tampa melalui unggahan Facebook.

Badai itu memutus aliran listrik ke sebagian besar wilayah Florida, di mana lebih dari 3,2 juta rumah dan tempat usaha terdampak, menurut poweroutage.us, yang melacak kondisi utilitas.

Atap Tropicana Field, stadion yang menjadi tuan rumah tim baseball Tampa Bay Rays di Sr. Petersburg, robek berkeping-keping akibat embusan angin dahsyat. Belum jelas apakah terdapat kerusakan di bagian dalam stadion. Beberapa derek juga tumbang dalam badai, menurut badan layanan cuaca setempat.

Gambar drone menunjukkan kubah Tropicana Field yang hancur akibat Badai Milton di St. Petersburg, Florida, 10 Oktober 2024. (Bryan R. SMITH / AFP)
Gambar drone menunjukkan kubah Tropicana Field yang hancur akibat Badai Milton di St. Petersburg, Florida, 10 Oktober 2024. (Bryan R. SMITH / AFP)

Penduduk St. Petersburg juga tidak dapat mengakses air keran karena layanan yang dipadamkan usai terjadi kebocoran besar. Wali Kota Ken Welch mengatakan kepada warga untuk bersiap menghadapi pemadaman listrik yang lama dan kemungkinan dimatikannya sistem pembuangan limbah.

Sebelum Badai Milton mendarat di Florida, hujan lebat dan sejumlah tornado mengoyak beberapa wilayah di sisi selatan Florida pada Rabu pagi, seiring memburuknya kondisi pada hari itu.

Spanish Lakes Country Club di dekat Fort Piece, pesisir Florida yang berbatasan dengan Samudra Atlantik, terdampak parah, di mana rumah-rumah hancur dan beberapa warga tewas.
Empat orang tewas akibat tornado di sana, kata Kantor Sheriff St. Lucie County.

Sekitar 125 rumah hancur sebelum badai mendarat, banyak di antaranya berupa rumah bergerak di lingkungan permukiman warga lanjut usia, kata Kevin Guthrie, direktur Divisi Manajemen Kedaruratan Florida.

Setelah sekitar 90 menit mendarat, Milton melemah menjadi badai Kategori 2. Pada Kamis dini hari, badai itu semakin melemah menjadi badai Kategori 1 dengan kecepatan angin maksimal 135 kilometer per jam, sebelum akhirnya meninggalkan Florida di dekat daerah Canaveral.

Badai itu menerjang Florida setelah dua minggu yang lalu Badai Helene menyebabkan banjir yang merendam jalanan dan rumah-rumah warga di Florida barat, serta menewaskan sedikitnya 230 orang di sisi selatan Amerika Serikat.

Kawasan Siesta Key, Florida, terendam banjir akibat Badai Milton, 10 Oktober 2024. (Miguel J. Rodriguez Carrillo / AFP)
Kawasan Siesta Key, Florida, terendam banjir akibat Badai Milton, 10 Oktober 2024. (Miguel J. Rodriguez Carrillo / AFP)

Di banyak titik di sepanjang daerah pesisir, pemerintah setempat bergegas mengumpulkan dan membuang puing-puing akibat Badai Helene, sebelum Badai Milton mendarat dan gelombang badainya dapat membuat puing-puing itu menjadi objek yang merusak, yang bisa memperparah dampaknya.

Gubernur Ron DeSantis sebelumnya menyebutkan penerjunan banyak sumber daya, termasuk 9.000 anggota Garda Nasional dari Florida dan negara bagian lainnya; lebih dari 50.000 pekerja utilitas, bahkan yang berasal dari California; hingga mobil-mobil patroli jalan bebas hambatan yang mengawal truk-truk pengangkut bahan bakar minyak untuk memasok bensin bagi warga yang mengevakuasi diri.

“Sayangnya, akan ada korban jiwa. Saya rasa itu tidak terhindarkan,” kata DeSantis.

Pihak berwenang menerbitkan perintah evakuasi wajib di 15 daerah di Florida yang menjadi rumah bagi 7,2 juta penduduk. Di Orlando, Walt Disney World, Universal Orlando dan Sea World masih ditutup hari Kamis.

Lebih dari 60 persen stasiun pengisian bahan bakar di Tampa dan St. Petersburg kehabisan pasokan gas Rabu malam, menurut GasBuddy, meski DeSantis sempat menyebut pasokan aman.

Pejabat setempat memperingatkan siapa pun yang memutuskan untuk tinggal, agar dapat menjaga diri sendiri, karena petugas penyelamat tidak diharapkan dapat membahayakan nyawa mereka sendiri untuk berusaha mengevakuasi warga ketika badai melanda. [rd/ab]

IEA: Energi Terbarukan Tak akan Capai Target 3 Kali Lipat Kapasitas Pada 2030

Proyek pembangkit listrik tenaga surya, Centinela Solar Energy di Imperial County, California. (Foto: Business Wire)
Proyek pembangkit listrik tenaga surya, Centinela Solar Energy di Imperial County, California. (Foto: Business Wire)

Agar kapasitas dunia meningkat tiga kali lipat, pemerintah perlu mengintensifkan upaya untuk mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam jaringan listrik.

Sumber energi terbarukan diperkirakan akan memenuhi hampir setengah dari seluruh kebutuhan listrik pada akhir dekade ini. Namun masih belum mencapai target Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan kapasitas hingga tiga kali lipat guna mengurangi emisi karbon, menurut laporan Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), Rabu (9/10).

Menurut IEA dalam laporannya "IEA Renewables 2024", dunia akan menambah lebih dari 5.500 gigawatt (GW) kapasitas energi terbarukan antara saat ini hingga 2030, hampir tiga kali lipat peningkatan antara 2017 dan 2023.

IEA mengatakan bahwa peningkatan kapasitas tersebut setara dengan gabungan kapasitas listrik China, Uni Eropa, India, dan Amerika Serikat saat ini. Namun, jumlah penambahan itu tidak cukup untuk memenuhi target yang ditetapkan pada konferensi iklim COP28 PBB.

Agar kapasitas dunia meningkat tiga kali lipat, pemerintah perlu mengintensifkan upaya untuk mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam jaringan listrik.

IEA mengatakan hal tersebut memerlukan pembangunan dan modernisasi jaringan listrik sepanjang 25 juta kilometer dan mencapai kapasitas penyimpanan sebesar 1.500 GW pada 2030.

Panel surya (PV) diperkirakan akan menyumbang 80 persen dari pertumbuhan kapasitas energi terbarukan pada 2030. Sektor pembangkit listrik tenaga angin juga diperkirakan akan pulih dan laju ekspansinya akan meningkat dua kali lipat pada 2030 dibandingkan dengan 2017-2023.

Kapasitas produksi tenaga surya global diperkirakan akan mencapai lebih dari 1.100 GW pada akhir 2024, lebih dari dua kali lipat perkiraan permintaan pada saat itu. Pasokan yang berlimpah tersebut, tidak hanya membantu menurunkan harga modul surya, tetapi juga menyebabkan banyak produsen mengalami kerugian finansial yang besar, tambah laporan itu.

Meskipun target PBB tersebut merupakan sebuah tantangan, pemerintah negara-negara di seluruh dunia berhasil mencapai tujuan mereka. Sebanyak 70 negara, yang menguasai 80 persen kapasitas energi terbarukan global, diperkirakan mencapai atau melampaui target energi terbarukan mereka pada 2030.

“Energi terbarukan bergerak lebih cepat dari target yang ditetapkan pemerintah,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol.

“Hal ini terutama didorong tidak hanya oleh upaya untuk menurunkan emisi atau meningkatkan keamanan energi: hal ini semakin meningkat karena energi terbarukan saat ini menawarkan pilihan termurah untuk menambah pembangkit listrik baru di hampir semua negara di dunia.” [ft/es]

Diaspora Indonesia Terdampak 'Helene', Kesulitan Air untuk Minum dan Mandi

FILE - Kerusakan yang ditimbulkan badai Helene di Swannanoa, North Carolina. (Courtesy: Tara Boestan)
FILE - Kerusakan yang ditimbulkan badai Helene di Swannanoa, North Carolina. (Courtesy: Tara Boestan)

Badai Helene yang terjadi akhir bulan lalu di kawasan timur dan tenggara Amerika Serikat menyebabkan kerusakan dan kesengsaraan yang luas. Tidak sedikit diaspora Indonesia yang terdampak badai ini, kesulitan air bersih untuk minum dan mandi.

“Karena banjir, pasokan air tercemar. Ada banyak sampah di saluran pembuangan limbah dan tinja di air. Jadi, instalasi pengolahan air terkontaminasi, yang memengaruhi seluruh air di Montgomery County,” kata Bradley Johannes, mahasiswa tahun pertama Virginia Tech di kota Blacksburg, Virginia.

Kota tersebut berada dalam wilayah county (kabupaten) Montgomery, yang terkena bagian ekor Helene, badai kategori 4, pada Jumat, 27 September.
Akibatnya, kata Bradley yang tinggal di asrama dalam kampus, air yang mengalir tidak bisa langsung digunakan untuk mandi, apalagi diminum. Pihak kampus sendiri mengeluarkan Boiled Water Advisory (Imbauan Merebus Air) yang masih diberlakukan hingga 12 Oktober.

Pemberitahuan di kantin sekolah Virginia Tech. (Courtesy:Bradley Johannes)
Pemberitahuan di kantin sekolah Virginia Tech. (Courtesy:Bradley Johannes)

Orang-orang diimbau untuk merebus air terlebih dulu sebelum menggunakannya untuk mandi. Sedangkan untuk minum, mahasiswa mendapat jatah pembagian air minum sebanyak dua botol setiap hari dan masing-masing satu setiap kali makan di dining hall atau kafetaria kampus.

Namun sayang, pemberitahuan awal mengenai air yang tercemar baru dikirim belakangan melalui email, kata Bradley. Sejumlah orang telanjur minum sehingga mereka jatuh sakit, mengalami sakit perut dan diare. Beberapa temannya juga memberitahu bahwa mereka mengalami jerawat dan ruam kulit karena telanjur mandi seperti biasa. Ada juga laporan lainnya mengenai infeksi telinga, mata dan kulit.

Diaspora Indonesia saling dukung

Bradley Johannes dan ibunya, Lea Johannes. (Foto: pribadi)
Bradley Johannes dan ibunya, Lea Johannes. (Foto: pribadi)

Di bagian utara Virginia, dua ibu yang anak mereka kuliah di perguruan tinggi yang sama, awalnya menghadapi berita mengenai badai dengan perasaan khawatir. Lea Johannes, ibunda Bradley, tidak mengira wilayah kampus anaknya terdampak badai. Melalui media sosial para orang tua mahasiswa seangkatan Bradley, ia baru tahu tentang masalah air di sana.

“Saya hubungi anak saya, ternyata dia tenang. Akhirnya saya ikut tenang juga,” kata Lea yang setiap hari menelepon putranya untuk mengetahui kondisi terbaru. Selain persediaan air dan teman-teman anaknya yang sakit, masalah makanan juga membuatnya prihatin. Tidak semua kafetaria kampus buka, jam operasinya pun lebih pendek karena air bersih masih langka. Untuk mengatasi itu, Lea bahkan sempat meminta anaknya agar meminta izin dosen untuk mengikuti kuliah secara daring dari rumah.

Pohon tumbang di depan asrama Geraldine, Virginia Tech. (Courtesy: pribadi)
Pohon tumbang di depan asrama Geraldine, Virginia Tech. (Courtesy: pribadi)

Sementara itu Helen Sidjabat mengunjungi anaknya, Geraldine, juga mahasiswa tahun pertama di Virginia Tech, sehari setelah badai karena memang telah menjadwalkan kunjungan itu.

Helen Sidjabat bersama putrinya, Geraldine. (Foto: pribadi)
Helen Sidjabat bersama putrinya, Geraldine. (Foto: pribadi)

Berkendara lebih dari dua jam, Helen menyaksikan pohon-pohon tumbang bahkan tercerabut dari akarnya di sekitar asrama anaknya. Ia membawakan berbagai pesanan putrinya, termasuk cukup banyak persediaan air minum botolan. Sikap putrinya yang terlihat tenang membuat Helen tidak merasa khawatir lagi.

Solusi juga datang dari sesama ibu diaspora Indonesia yang terbiasa selalu saling dukung, ujar Helen. “Saya, Lea, Eva, Neni, kita saling keep in touch. Dua minggu sebelumnya Lea ke sana. Saya menitipkan air. Sabtu lalu saya ke sana, saya yang membawakan air dan makanan. Saya tawarkan Eva juga waktu itu. Sabtu berikutnya, Neni ke sana membawa air 10 cases untuk anak-anak kita di sana. Mereka membawa dua mobil ke sana untuk mengantarkan air,” kata Helen.

Sesama orang tua Indonesia saling membantu mengirimkan air untuk anak-anak mereka yang kuliah di Virginia Tech. (Dok. pribadi)
Sesama orang tua Indonesia saling membantu mengirimkan air untuk anak-anak mereka yang kuliah di Virginia Tech. (Dok. pribadi)

Bersiap hadapi badai lagi

Di negara bagian Georgia, Nuurin Aulia hanya dapat berkabar dengan orang tuanya di Indonesia ketika badai datang. Mahasiswa S2 tahun pertama untuk program studi Ilustrasi di Savannah College of Art and Design itu mengatakan orang Indonesia di kotanya, Savannah, bisa dihitung dengan jari. Nuurin mengaku ia tidak saling berkabar dengan mereka.

Peringatan badai yang diterima Nuuron melalui SMS. (Courtesy: Nuurin)
Peringatan badai yang diterima Nuuron melalui SMS. (Courtesy: Nuurin)

Nuurin sudah menerima pemberitahuan dini mengenai badai sejak Kamis (26/9) malam. Selanjutnya ia mendapat pemberitahuan melalui SMS dan suara sirene peringatan. Sempat berlindung di kamar mandi sesuai pedoman bila terjadi badai, ia dan teman-teman di asramanya kemudian pindah ke dapur ketika badai terus menggetarkan jendela dan lantai.

Nurin mengaku beruntung tinggal di asrama dalam kampus. Ia tidak mengalami pemadaman listrik hingga berhari-hari.

“Mungkin karena aku tinggal di kampus jadi lebih diprioritaskan. Teman-temanku yang tinggal off campus tidak mendapat listrik sampai Sabtu sore jam 5,” jelas Nuurin. Sejumlah temannya bahkan ada yang mengabarkan mereka mengalami pemadaman hingga Selasa. Sementara itu, perkuliahan yang dihentikan sejak Kamis, dimulai lagi pada hari Selasa.

Nuurin Aulia, mahasiswa program MA di Scad. (Courtesy: pribadi)
Nuurin Aulia, mahasiswa program MA di Scad. (Courtesy: pribadi)

Pedoman lain yang ia ikuti adalah menyimpan cadangan makanan. Sebelum Helene menerjang, ia membeli makanan kaleng, minuman botolan untuk persediaan selama lima hari. Ia kini sudah menyiapkan makanan cadangan lagi karena ada perkiraan badai lainnya, Milton, segera terjadi.

Masa depan diaspora Indonesia

Negara bagian lain yang mengalami kerusakan dahsyat akibat terjangan Helene adalah North Carolina. Tara Boestan tinggal di Swannanoa, tetangga kota Asheville, yang sama-sama mengalami kehancuran besar. Banyak rumah dan mobil hancur tertimpa pohon tumbang. Mobil-mobil yang hanyut saling tumpuk, bahkan mobil trailer yang biasanya tahan goncangan pun jungkir balik diterjang angin sangat kencang.

Tara Boestan, warga Swannanoa, North Carolina. (Courtesy: pribadi)
Tara Boestan, warga Swannanoa, North Carolina. (Courtesy: pribadi)

Ketika Tara dihubungi Senin (7/10), sepuluh hari setelah badai, listrik mulai pulih di sebagian kota. Antrean di pom bensin tidak lagi ada. Satu-satunya swalayan besar di kota itu masih tutup karena sedang dibersihkan dari lapisan lumpur tebal. Restoran tetap tutup karena tidak ada air yang mengalir. Warga kota Swannanoa masih banyak yang mengandalkan air minum dan makanan sumbangan di sejumlah pusat bantuan.

“Beberapa daerah sudah tidak kelihatan lagi, hancur. Pemulihannya bakalan panjang sekali, karena banyak sekali rumah yang rusak,” jelasnya.

Dua organisasi nirlaba besar, World Central Kitchen dan Samaritan’s Purse, datang memberikan bantuan ke Asheville dan sekitarnya. Mereka membawa banyak barang bantuan dan sukarelawan, kata Tara yang ikut mengoordinasikan bantuan di salah satu pusat bantuan. Samaritan’s Purse juga menyediakan bantuan air untuk mandi dan mencuci baju, lanjut Tara yang sehari-hari bekerja di Homeward Bound, organisasi nirlaba yang membantu tuna wisma mendapatkan tempat tinggal lagi.

Pusat bantuan untuk wilayah Swannanoa dan Asheville. (Courtesy: Tara Boestan)
Pusat bantuan untuk wilayah Swannanoa dan Asheville. (Courtesy: Tara Boestan)

Ia aktif menghubungi diaspora Indonesia di sekitarnya melalui telepon maupun media sosial untuk mengetahui kondisi mereka. Yang paling membuatnya prihatin adalah masa depan banyak diaspora Indonesia di sana.

“Mayoritas orang Indonesia yang ada di sini bekerja di restoran, saya bisa bilang 75 persen bekerja di restoran. Sementara restoran banyak yang tutup sekarang,” jelasnya. Ia memperkirakan ada lebih dari 100 orang diaspora Indonesia yang bermukim di Swannanoa dan Asheville, yang menarik banyak wisatawan karena keberadaan kastil Biltmore di sana.

Diaspora Indonesia Terdampak 'Helene', Kesulitan Air untuk Minum dan Mandi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:07:38 0:00

Tara baru-baru ini mengundang beberapa staf KBRI Washington untuk melihat langsung kehancuran di kotanya dan bertemu diaspora Indonesia di sana. Tetapi ia mengaku belum dapat memberi solusi bagi diaspora yang terdampak badai selain memberikan tautan ke lembaga pemberi bantuan atau mengoordinasikan pengumpulan barang-barang yang diperlukan.

Dengan korban tewas melebihi 200 orang dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan, Helene disebut-sebut sebagai badai paling mematikan yang menerjang daratan Amerika Serikat, setelah Katrina pada tahun 2005. Katrina menewaskan hampir 1.400 orang dan menyebabkan kerusakan senilai $125 miliar. [uh/ab]

Populasi Salmon di Inggris Turun ke Titik Terendah Akibat Buruknya Kualitas Air

Sejumlah produk olahan salmon terpampang di sebuah supermarket di London, pada 15 Februari 2018. (Foto: Reuters/Peter Summers)
Sejumlah produk olahan salmon terpampang di sebuah supermarket di London, pada 15 Februari 2018. (Foto: Reuters/Peter Summers)

Populasi salmon Atlantik Inggris telah merosot ke rekor terendah, sebuah indikator terbaru yang menunjukkan bahwa ekosistem laut dan air tawarnya kotor serta tercemar, menurut Badan Lingkungan Hidup Inggris (EA) pada Seni (7/10).

Ikan besar berwarna keperakan ini ditemukan di Samudra Atlantik bagian utara dan sungai-sungai yang mengalir ke dalamnya. Tetapi, sekitar 90% sungai salmon utama di Inggris diklasifikasikan dalam kategori "berisiko" atau "mungkin berisiko".

Hal tersebut berarti jumlah salmon berada di bawah jumlah minimum yang dibutuhkan untuk mendukung populasi yang berkelanjutan, sebuah tanda bahwa lebih banyak upaya yang perlu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan alam Inggris, kata EA.

Badan tersebut menyalahkan polusi pertanian, sedimentasi, limpasan kimia dari industri, air limbah dan jalan raya sebagai penyebab rusaknya habitat salmon. Serta di saat yang bersamaan menyerukan kepada petani, pemilik lahan dan industri air, energi dan limbah untuk berbuat lebih banyak guna melindungi spesies tersebut.

Pembuangan limbah mentah di sungai dan laut telah memicu kemarahan di Inggris terhadap perusahaan air swasta, yang dituduh secara rutin membuang limbah di saluran air dan gagal berinvestasi dalam sektor infrastruktur.

"Empat puluh tahun lalu, diperkirakan terdapat 1,4 juta salmon kembali ke sungai-sungai Inggris setiap tahunnya. Sekarang jumlahnya hanya sepertiga dari jumlah itu, ini jelas menjadi titik terendah baru dan bukti krisis keanekaragaman hayati yang lebih luas dan terus meningkat," kata Ketua EA Alan Lovell.

"Kita perlu semua pihak yang mencemari lingkungan untuk memperbaiki tindakan mereka" kata Lovell, seraya mencatat bahwa undang-undang baru yaitu RUU Air (Tindakan Khusus) - akan memberi EA lebih banyak kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban para pencemar.

EA mengatakan penurunan serupa dalam populasi salmon dilaporkan juga di beberapa negara seperti Irlandia, Islandia, Swedia, dan Kanada. Tetapi Inggris Raya menunjukkan penurunan yang "paling signifikan".

Hasil tangkapan ikan sementara dengan menggunakan pancingan konvensional pada tahun lalu tercatat mencapai 4.911 ikan. Angka tersebut 23% lebih rendah dari tangkapan akhir yang dinyatakan untuk tahun 2022 dan terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1988, kata badan tersebut. [rz/rs]

PBB Peringatkan Siklus Air Dunia Semakin Tidak Menentu

Permukaan air Sungai Parana, di sekitar Rosario, Argentina yang mengalir melalui pelabuhan pedalaman utama di Corrientes, turun ke titik terendah dalam sejarah akibat kekeringan parah di hulu di Brazil, 18 September 2024. (Sebastian Toba/REUTERS)
Permukaan air Sungai Parana, di sekitar Rosario, Argentina yang mengalir melalui pelabuhan pedalaman utama di Corrientes, turun ke titik terendah dalam sejarah akibat kekeringan parah di hulu di Brazil, 18 September 2024. (Sebastian Toba/REUTERS)

Banjir dan kekeringan yang semakin intens merupakan “sinyal bahaya” dari apa yang akan terjadi, karena perubahan iklim membuat siklus air di planet ini semakin tidak dapat diprediksi, demikian ungkap PBB, Senin (7/10).

Tahun lalu, sungai-sungai di bumi mengalami kondisi terkering selama lebih dari 30 tahun, gletser mengalami pencairan massa es terbesarnya dalam setengah abad, dan bencana banjir terjadi dalam jumlah yang “signifikan”, kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB dalam sebuah laporan.

“Air ibarat burung kenari di tambang batu bara perubahan iklim,” kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan Keadaan Sumber Daya Air Global.

Burung kenari adalah indikator awal adanya bahaya gas beracun dalam pertambangan. Pernyataan Saulo merupakan sebuah analogi bahwa segala perubahan yang terkait air menjadi sinyal awal perubahan iklim. “Kita menerima sinyal-sinyal bahaya dalam bentuk curah hujan yang semakin ekstrem, banjir dan kekeringan yang menimbulkan dampak besar pada kehidupan, ekosistem dan ekonomi,” katanya.

Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Celeste Saulo (kanan) dan Direktur WMO, hidrologi, air dan kriosfer Stefan Uhlenbrook menghadiri konferensi pers di Swiss, mengenai laporan WMO mengenai sumber daya air dunia, di Jenewa, 7 Oktober 2024.(Fabrice COFFRINI/AFP)
Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Celeste Saulo (kanan) dan Direktur WMO, hidrologi, air dan kriosfer Stefan Uhlenbrook menghadiri konferensi pers di Swiss, mengenai laporan WMO mengenai sumber daya air dunia, di Jenewa, 7 Oktober 2024.(Fabrice COFFRINI/AFP)

Saulo mengatakan memanasnya atmosfer bumi telah membuat siklus air menjadi lebih tidak menentu dan tidak dapat diprediksi.

Tahun lalu merupakan rekor tahun terpanas, dengan suhu yang tinggi dan kondisi kering yang meluas sehingga menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan. Banjir juga terjadi di berbagai wilayah di dunia.

Peristiwa-peristiwa ekstrem itu sebagiannya dipengaruhi oleh kondisi iklim yang terjadi secara alami, termasuk fenomena cuaca La Nina dan El Nino, dan semakin dipengaruhi oleh perubahan iklim yang disebabkan ulah manusia.

“Atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak uap air, yang mendorong curah hujan tinggi. Penguapan yang lebih cepat dan pengeringan tanah memperburuk kondisi kekeringan,” kata Saulo.

Pencairan Gletser dalam Skala Besar

Air yang terlalu melimpah ataupun tidak cukup menyebabkan masalah bagi banyak negara. Tahun lalu, Afrika merupakan benua yang paling terdampak dalam hal korban jiwa.

Di Libya, dua bendungan jebol akibat banjir besar pada September 2023, merenggut lebih dari 11.000 nyawa dan mempengaruhi 22 persen populasi, menurut WMO.

Banjir juga melanda wilayah Tanduk Besar Afrika, Republik Demokratik Kongo, Rwanda, Mozambik, dan Malawi.

Menurut PBB, saat ini ada 3,6 miliar orang yang tidak memiliki akses memadai ke air bersih setidaknya sebulan sekali per tahun. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 5 miliar pada tahun 2050.

Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 50 persen daerah tangkapan air sungai menjadi lebih kering dari biasanya.

Sementara itu, aliran air yang masuk ke waduk berada di bawah level normal di banyak daerah di dunia dalam setengah dekade terakhir.

Gletser di Peru Menyusut, Jenazah Pendaki Ditemukan 22 Tahun Kemudian
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:01:23 0:00

Meningkatnya suhu juga mengakibatkan gletser mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi, di mana gletser kehilangan lebih dari 600 miliar ton air—terburuk dalam 50 tahun observasi, menurut data awal untuk September 2022 hingga Agustus 2023.

Selain membatasi emisi gas rumah kaca buatan manusia yang menyebabkan pemanasan global, WMO ingin agar sumber daya air tawar di dunia dapat dipantau dengan lebih baik, sehingga sistem peringatan dini dapat mengurangi kerusakan pada manusia dan satwa liar.

Stefan Uhlenbrook, direktur departemen hidrologi, air, dan kriosfer WMO, menekankan pentingnya investasi infrastruktur untuk melestarikan air dan melindungi masyarakat dari bahaya.

Namun, ia juga menyoroti perlunya melestarikan air, terutama untuk pertanian, yang menggunakan 70 persen konsumsi air tawar dunia.

Ia memperingatkan bahwa akan sulit untuk mengembalikan siklus air yang lebih teratur.

“Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menstabilkan iklim, yang merupakan tantangan dari generasi ke generasi,” ujarnya. [br/ka]

Badai Milton Menguat Jadi Kategori 4, Pemerintah Florida Perintahkan Evakuasi

Warga setempat antre di tengah hujan sebelum gudang tempat belanja dibuka menjelang Badai Milton yang diperkirakan akan menerjang Kissimmee, Florida pada pertengahan minggu ini, 7 Oktober 2024. (Gregg Newton / AFP)
Warga setempat antre di tengah hujan sebelum gudang tempat belanja dibuka menjelang Badai Milton yang diperkirakan akan menerjang Kissimmee, Florida pada pertengahan minggu ini, 7 Oktober 2024. (Gregg Newton / AFP)

Peringatan gelombang badai kembali diumumkan di beberapa wilayah di Florida ketika Milton bergerak ke arah daratan dengan angin berkecepatan 100 mil (161 kilometer) per jam, kata Pusat Badai Nasional Amerika Serikat dalam peringatan terbarunya pada Senin (7/10).

Badai Milton dengan cepat menguat menjadi badai Kategori 4, Senin (7/10) di jalur menuju daerah-daerah berpopulasi padat di Florida, termasuk Tampa dan Orlando, disertai ancaman gelombang badai yang berbahaya di Tampa Bay. Badai tersebut berpotensi memicu evakuasi massal, kurang dari dua minggu setelah Badai Helene yang dahsyat membanjiri pesisir pantai Florida.

Badai itu diperkirakan akan tetap berada pada level kekuatannya saat ini selama beberapa hari ke depan, ungkap Pusat Badai Nasional di Miami. Helene juga merupakan badai Kategori 4 saat mendarat di Florida utara.

Pada hari yang sama, para penyintas Badai Helene yang berada di sepanjang pantai Florida telah diperintahkan untuk mengungsi lagi, setelah pihak berwenang memperingatkan bahwa badai besar lainnya akan meningkat menjadi Kategori 3 dan akan menyebabkan “kerusakan yang sangat parah”.

Sementara itu, tim penyelamat di daerah itu masih terus mencari para korban selamat dari Badai Helene, yang menewaskan lebih dari 225 orang di beberapa negara bagian.

Peringatan gelombang badai kembali diumumkan di beberapa wilayah di Florida ketika Milton bergerak ke arah daratan dengan angin berkecepatan 100 mil (161 kilometer) per jam, kata Pusat Badai Nasional Amerika Serikat dalam peringatan terbarunya pada Senin.

Warga menyiapkan karung pasir yang dibagikan kepada warga Pinellas County menjelang Badai Tropis Milton di Seminole, Florida, Amerika Serikat, 6 Oktober 2024. (Octavio Jones/REUTERS)
Warga menyiapkan karung pasir yang dibagikan kepada warga Pinellas County menjelang Badai Tropis Milton di Seminole, Florida, Amerika Serikat, 6 Oktober 2024. (Octavio Jones/REUTERS)

Kepada stasiun TV CNN, Wali Kota Tampa Jane Castor mengatakan bahwa kota tersebut “masih bersih-bersih usai diterjang Helene” dan bahwa hujan dari badai baru ini akan “cukup parah, ditambah gelombang badai dan kerusakan akibat angin.”

Badai-badai besar—kategori 3 ke atas—berkecepatan angin minimum 111 mil (178 kilometer) per jam, menurut NHC. Badan itu juga memperingatkan “kerusakan parah akan terjadi” bahkan pada rumah-rumah yang dibangun kokoh, sementara “listrik dan air tidak akan tersedia selama beberapa hari hingga beberapa minggu setelah badai berlalu.”

Gubernur Florida Ron DeSantis telah mengumumkan 51 dari 67 daerah di negara bagian tersebut dalam keadaan darurat, dan memperkirakan Milton dapat menimbulkan “dampak yang sangat besar.”

Presiden AS Joe Biden telah menerima informasi tentang Milton dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintahannya sedang mempersiapkan “sumber daya untuk menyelamatkan jiwa.”

Milton diperkirakan akan bergerak ke utara Semenanjung Yucatan dan melintasi Teluk Meksiko bagian selatan pada hari Senin dan Selasa, kata NHC.

NHC juga menambahkan, gelombang badai Milton akan “menaikkan ketinggian air sebanyak 2 hingga 4 kaki (0,6 hingga 1,2 meter) di atas permukaan tanah” di sepanjang pantai Yucatan utara dan menyebabkan “gelombang besar dan merusak”. [br/ka]

Sedikitnya 14 Tewas Akibat Banjir di Bosnia

Kendaraan terendam banjir setelah hujan lebat mengguyur kota Kiseljak, sekitar dua puluh kilometer sebelah barat Sarajevo, 4 Oktober 2024.
Kendaraan terendam banjir setelah hujan lebat mengguyur kota Kiseljak, sekitar dua puluh kilometer sebelah barat Sarajevo, 4 Oktober 2024.

Jablanica, sekitar 70 kilometer (43 mil) barat daya Sarajevo, terdampak paling parah akibat hujan lebat selama 24 jam, yang memutusnya dari dunia luar.

Pihak berwenang mengatakan hujan deras yang membanjiri kota-kota dan memicu tanah longsor, menyebabkan sedikitnya 14 orang tewas di Bosnia pada Jumat (4/10).

Jablanica, sekitar 70 kilometer (43 mil) barat daya Sarajevo, tampaknya terdampak paling parah akibat hujan lebat selama 24 jam, yang memutusnya dari dunia luar.

Media setempat menunjukkan foto-foto tanah longsor mencapai atap rumah-rumah dan foto sebuah masjid yang hanya terlihat menaranya yang mencuat di wilayah Jablanica.

"Hingga saat ini, telah ditemukan 14 mayat korban" di wilayah Jablanica, kata juru bicara Darko Jukan kepada AFP, seraya menambahkan bahwa jumlah korban kemungkinan akan bertambah.

"Saat ini tidak ada yang dapat masuk atau keluar" Jablanica, kata layanan penyelamatan kota di kawasan gunung yang berpenduduk sekitar 4.000 orang tersebut.

Sejumlah orang dari daerah tersebut dilaporkan hilang, kata pihak berwenang. Beberapa yang terluka dievakuasi dengan helikopter pasukan penjaga perdamaian Uni Eropa (EUFOR).

Pada tengah hari Jumat, situasi paling kritis terjadi di desa Donja Jablanica yang masih terputus, kata juru bicara tersebut.

Beberapa jalan dan jembatan di wilayah tersebut ambruk, katanya.

Di Kiseljak, sekitar 20 kilometer sebelah barat Sarajevo, rumah, kebun, dan mobil terendam air, seorang wartawan AFP melaporkan.

Sebagian besar penduduk Bosnia berisiko terkena banjir besar dan tanah longsor, kata badan perlindungan sipil federal dalam sebuah pernyataan.

Petugas pemadam kebakaran, polisi, dan perusahaan utilitas bekerja di daerah yang terkena dampak. Badan perlindungan sipil federal memperingatkan, perlu lebih banyak bantuan untuk mengurangi konsekuensi badai dan hujan.

Perdana Menteri Bosnia yang berdarah campuran Muslim-Kroasia, Nermin Niksic menulis di platform media sosial X bahwa situasinya "sangat serius karena banyak warga masih terjebak di rumah mereka".

Di negara tetangga Kroasia, otoritas cuaca mengeluarkan peringatan untuk wilayah pantai Adriatik utara, semenanjung Istria, dan bagian tengah negara tersebut yang dilanda hujan lebat.

Dalam sebuah pernyataan, disebutkan bahwa banjir diperkirakan akan melanda perkotaan, mengakibatkan gangguan lalu lintas, komunikasi, listrik, dan pasokan air.

Ilmuwan memperingatkan bahwa perubahan iklim memperburuk dampak peristiwa cuaca ekstrem.

Hujan deras dan angin kencang telah menyebabkan banjir yang meluas di Eropa tengah dan timur bulan lalu, menewaskan sedikitnya 24 orang dan menghancurkan perkotaan serta desa-desa di wilayah tersebut. [es/ft]

Migrasi Iklim Suku Asli akibat Lelehnya "Permafrost" di Alaska

Migrasi Iklim Suku Asli akibat Lelehnya "Permafrost" di Alaska
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:54 0:00

Amerika Serikat tak luput dari fenomena migrasi iklim, dan salah satunya terjadi di negara bagian Alaska yang identik dengan suhu udara beku. Perubahan iklim memperparah erosi di sebagian wilayah pesisir, memaksa warga dari suku asli untuk pindah ke wilayah lebih aman.

Pakar: Hutan Amazon Terancam Hilang Sepenuhnya Akibat Karhutla 

Sejumlah area dari hutan Amazon yang terdampak oleh kebakaran hutan di wilayah Ucayali, Peru, dalam foto yang diambil dari udara pada 17 September 2024. (Foto: AFP/Hugo La Rosa)
Sejumlah area dari hutan Amazon yang terdampak oleh kebakaran hutan di wilayah Ucayali, Peru, dalam foto yang diambil dari udara pada 17 September 2024. (Foto: AFP/Hugo La Rosa)

Setahun yang lalu, Carlos Nobre, salah satu ilmuwan iklim terkemuka Brazil, menjadi satu dari sedikit orang yang menyuarakan optimisme mengenai masa depan planet Bumi.

Salah satu pakar hutan hujan Amazon berusia 73 tahun itu memuji fakta bahwa “untuk pertama kalinya, seluruh pemimpin di kawasan ini bergerak untuk menemukan solusi bagi hutan ini” pada sebuah konferensi tingkat tinggi di Brazil utara.

Akan tetapi, kini, ia memperingatkan bahwa hutan terbesar di dunia, yang dilalap kebakaran hutan terburuk akibat kekeringan dalam puluhan tahun terakhir, berada dalam bahaya eksistensial.

Planet Bumi terancam “kehilangan hutan Amazon,” ujarnya dalam wawancara dengan kantor berita AFP.

Gelombang kebakaran hutan yang mencetak rekor dan dipicu oleh kekeringan parah, yang tak lepas dari pengaruh perubahan iklim dan penggundulan hutan, menyebabkan malapetaka di seluruh Amerika Selatan.

Kekeringan terburuk di Brazil dalam beberapa puluh tahun terakhir telah mengakibatkan kebakaran hutan terbesar dalam lebih dari satu dekade terakhir, dan menyebabkan 80 persen wilayah Brazil diselimuti asap.

Meskipun beberapa negara, termasuk Kanada, secara rutin menghadapi kebakaran hutan dahsyat, bencana di negara-negara tersebut seringkali disebabkan oleh sambaran petir alami yang dengan cepat merembetkan api di tengah vegetasi yang kering, kata Nobre.

Sedangkan di Amazon, sebagian besar kebakaran dipicu oleh aktivitas ilegal manusia untuk kepentingan pertanian.

“Para penjahat itu sadar bahwa satelit hanya akan mendeteksi kebakaran saat api menyebar hingga luasan 30 atau 40 meter persegi."

“Ini memberi mereka waktu untuk kabur dari lokasi sebelum ditangkap,” tambahnya.

Tidak linear

Februari lalu, pemantau iklim Eropa Copernicus mengumumkan bahwa untuk pertama kalinya dalam catatan, suhu bumi selama 12 bulan berturut-turut berada pada tingkat 1,5 derajat Celsius lebih panas daripada era praindustri. Hal itu empat tahun lebih awal daripada prediksi semula.

Pemandangan kebakaran hutan Amazon dari wilayah perkebunan terdekat di Labrea, negara bagian Amazonas, Brazil, pada 4 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)
Pemandangan kebakaran hutan Amazon dari wilayah perkebunan terdekat di Labrea, negara bagian Amazonas, Brazil, pada 4 September 2024. (Foto: Reuters/Bruno Kelly)

Para pakar telah memperingatkan peristiwa cuaca ekstrem akan sangat meningkat tajam saat suhu Bumi sudah 1,5 derajat Celsius lebih hangat daripada era praindustri.

“Peningkatannya tidak lambat dan linear,” kata Nobre.

“Pada tahun 2024, kita sudah melihat betapa frekuensi fenomena ekstrem menjadi semakin sering terjadi dan memecahkan rekor,” imbuhnya, sambil menambahkan bahwa peningkatan “gelombang panas, hujan lebat, kekeringan dan kebakaran hutan” merupakan contoh-contoh peristiwa cuaca ekstrem yang telah semakin sering terjadi di beberapa wilayah di Bumi.

Dari hutan menjadi sabana?

Nobre memperingatkan bahwa kebakaran yang menghabiskan sebagian besar hutan Amazon berisiko mempercepat transisinya menjadi padang rumput sabana kering.

“Jika pemanasan global berlanjut dan kita tidak menghentikan sepenuhnya penggundulan, degradasi dan kebakaran hutan, maka pada tahun 2050 kita akan melewati titik di mana kita tidak bisa memulihkan itu semua,” ia memperingatkan.

“Dalam 30 hingga 50 tahun, kita akan kehilangan sedikitnya 50 persen wilayah hutan,” ungkapnya.

Peningkatan suhu hingga 2,5 derajat Celsius pada tahun 2050 akan memicu titik kritis baru, jelasnya, termasuk “kehilangan hutan Amazon” sepenuhnya.

Beberapa langkah yang ia kampanyekan untuk mengurangi pemanasan iklim adalah dengan mempercepat transisi ke energi terbarukan dan penanaman massal pepohonan di kota-kota untuk berperan sebagai spons yang menyerap karbon dioksida.

Pepohonan dapat membantu menurunkan suhu perkotaan hingga 4,5 derajat Celsius dan juga meningkatkan kelembapan.

“Spons perkotaan merupakan solusi yang sangat penting di seluruh dunia.” [rd/uh]

Somalia Larang Kantong Plastik Untuk Perangi Polusi 

Warga tampak mengais pada tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah Wadajir di Mogadishu, Somalia, pada 2 Juni 2018. (Foto: AFP/Mohamed Abdiwahab)
Warga tampak mengais pada tumpukan sampah di tempat pembuangan sampah Wadajir di Mogadishu, Somalia, pada 2 Juni 2018. (Foto: AFP/Mohamed Abdiwahab)

Somalia pada Selasa (1/10) memberlakukan larangan kantong plastik sekali pakai yang sudah lama tertunda untuk mengatasi masalah polusi. Negara itu menjadi negara Afrika terbaru yang berusaha membendung gelombang sampah yang tidak dapat terurai secara alami itu.

Undang-undang baru yang pertama kali diumumkan pada Februari lalu itu melarang kegiatan impor, produksi, penjualan dan penggunaan kantong plastik, yang biasanya berakhir menjadi sampah atau tertimbun di tempat pembuangan akhir.

Pegiat lingkungan dan warga ibu kota Mogadishu menyambut baik larangan yang mereka sebut sudah lama tertunda itu.

“Ini tepat waktu dan merupakan keputusan pemerintah yang sangat baik,” kata Mohamed Gure, yang tinggal di dekat Pasar Bakara, pasar utama kota itu.

Aktivis lingkungan Osman Yusuf mengatakan negara itu sebelumnya sangat bergantung pada kantong plastik, di mana industrinya bernilai lebih dari $50 juta (sekitar Rp763 miliar).

“Tidak ada lagi pembenaran yang tersisa bagi orang untuk terus menggunakan bahan yang mematikan ini,” kata Yusuf.

Akan tetapi, beberapa pihak lain khawatir akan minimnya alternatif yang ramah lingkungan.

“Kami tidak keberatan kantong plastik dilarang, tapi kami butuh waktu dan penggantinya,” kata Lul Mohamed, seorang pemilik toko.

Somalia menyusul negara-negara Afrika lain, termasuk negara tetangganya, Kenya dan Tanzania, yang telah lebih dulu melarang kantong plastik sekali pakai.

Kenya memberlakukan salah satu larangan kantong plastik paling ketat di dunia mulai tahun 2017, di mana warga yang menggunakan kantong plastik akan dikenai denda atau bahkan hukuman penjara.

Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan bahwa plastik dalam jumlah yang setara dengan 2.000 truk sampah dibuang ke laut, sungai dan danau setiap harinya.

Toko Isi Ulang: Atasi Masalah Kemasan Plastik Sekali Pakai
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:59 0:00

Setiap tahun, 19 juta hingga 23 juta ton sampah plastik bocor ke ekosistem perairan dunia, menurut UNEP.

Larangan di Somalia mulai berlaku di kala para perunding menyelesaikan sebuah pertemuan di Nairobi pada hari Senin (30/9), dengan harapan dapat mencapai kesepakatan pertama di dunia mengenai polusi plastik.

Kesepakatan itu bertujuan untuk menyusun tanggapan internasional terhadap sampah plastik yang mengancam lingkungan, dari lautan dan sungai hingga pegunungan dan es laut, serta masuknya limbah tersebut ke rantai makanan karena tertelan oleh hewan.

Negara-negara di dunia ditekan untuk menemukan titik temu sebelum negosiasi terakhir diadakan bulan Desember nanti di Korea Selatan. [rd/uh]

Indonesia Perkuat Aliansi Dana Iklim Negara Berkembang

Indonesia Perkuat Aliansi Dana Iklim Negara Berkembang
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:05 0:00

Perubahan iklim menjadi salah satu topik utama saat para pemimpin dunia berkumpul dalam Sidang Majelis Umum PBB. Namun untuk mengatasinya, negara-negara berkembang membutuhkan uang yang sangat besar. Indonesia pun turut andil dengan membentuk aliansi pendanaan iklim bagi negara-negara berkembang.

Pemantau UE: Laju Pemanasan Laut Meningkat Hampir Dua Kali Lipat Sejak 2005

FILE - Guru konservasi Penyelaman Penyu Hitam Sandra Rubio (kanan) dan muridnya Nannalin "Fleur" Pornprasertsom (Kiri) sedang mengamati karang yang memutih di sekitar pulau Koh Tao di provinsi Surat Thani, Thailand selatan, 14 Juni 2024.
FILE - Guru konservasi Penyelaman Penyu Hitam Sandra Rubio (kanan) dan muridnya Nannalin "Fleur" Pornprasertsom (Kiri) sedang mengamati karang yang memutih di sekitar pulau Koh Tao di provinsi Surat Thani, Thailand selatan, 14 Juni 2024.

Laju pemanasan lautan telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 2005 seiring dengan meningkatnya suhu global akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, demikian sebuah laporan dari pemantau Uni Eropa, Copernicus, Senin (30/9).

“Pemanasan lautan bisa dipandang sebagai pengawas kita untuk pemanasan global. Jadi, hal ini telah meningkat secara terus menerus sejak tahun 60-an dan sejak sekitar tahun 2005, laju pemanasan laut telah meningkat dua kali lipat,” ujar ahli kelautan Karina von Schuckmann dari Copernicus Marine Service kepada para wartawan.

Selama dua dekade terakhir, laju pemanasan lautan melonjak dari tingkat jangka panjang 0,58 watt per meter persegi menjadi 1,05 watt per meter persegi, menurut “The State of the Ocean Report” yang dikeluarkan oleh Copernicus.

Lautan, yang meliputi 70 persen permukaan bumi, merupakan pengatur utama iklim dan berperan sebagai penyerap karbon dengan menarik gas rumah kaca dari atmosfer.

IPCC, panel ahli ilmuwan iklim yang diberi mandat oleh PBB, mengatakan bahwa sejak tahun 1970, lautan telah menyerap sekitar 90 persen dari kelebihan panas yang disebabkan oleh emisi yang menyebabkan pemanasan bumi.

Copernicus mengatakan bahwa laporannya merinci “suhu laut yang memecahkan rekor, gelombang panas laut yang menjalar ke laut dalam, hilangnya es laut yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan naiknya tingkat panas yang tersimpan di lautan.” Pada tahun 2023, lebih dari 20% permukaan lautan global mengalami setidaknya satu kali gelombang panas laut yang sangat parah, tambahnya.

Hal ini merusak ekosistem dan mengganggu keseimbangan nutrisi di lautan, sementara air yang lebih hangat menyebabkan angin topan, badai, dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya yang lebih dahsyat. [my/ab]

Inggris akan Jadi Negara G7 Pertama yang Akhiri Penggunaan Tenaga Batu Bara

PLTU batu bara Ratcliffe-on-Soar yang berlokasi di Nottingham, di wilayah Inggris tengah, terlihat dalam foto yang diambil pada 12 September 2024. PLTU tersebut berhenti beroperasi pada akhir September 2024. (Foto: AFP/Oli Scarff)
PLTU batu bara Ratcliffe-on-Soar yang berlokasi di Nottingham, di wilayah Inggris tengah, terlihat dalam foto yang diambil pada 12 September 2024. PLTU tersebut berhenti beroperasi pada akhir September 2024. (Foto: AFP/Oli Scarff)

Inggris akan menjadi negara anggota G7 pertama yang mengakhiri produksi energi tenaga batu bara pada Senin (30/9) dengan penutupan pembangkitnya yang terakhir, Ratcliffe-on-Soar milik Uniper di Midlands, Inggris.

Penutupan itu akan mengakhiri penggunaan tenaga batu bara selama lebih dari 140 tahun di Inggris.

Pada tahun 2015, Inggris mengumumkan rencana untuk menutup pembangkit listrik bertenaga batu baranya dalam satu dekade ke depan sebagai bagian dari langkah-langkah yang lebih luas untuk mencapai target iklimnya. Pada saat itu, hampir 30% listrik di negara itu bertenaga batu bara. Akan tetapi, angka itu turun menjadi hanya lebih dari 1% tahun lalu.

“Inggris telah membuktikan bahwa pengurangan tenaga batu bara pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya mungkin dilakukan,” kata Julia Skorupska, kepala sekretariat Powering Past Coal Alliance, kelompok yang terdiri dari sekitar 60 pemerintahan nasional yang berusaha mengakhiri penggunaan tenaga batu bara.

Penurunan penggunaan batu bara telah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca Inggris, yang telah berkurang lebih dari setengahnya sejak tahun 1990.

Inggris, yang memiliki target untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, juga berencana untuk mendekarbonisasi sektor kelistrikan pada tahun 2030 – langkah yang akan mensyaratkan peningkatan pesat energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya.

“Era batu bara mungkin akan segera berakhir, tetapi era baru lapangan kerja di bidang energi baik bagi negara kita baru saja dimulai,” kata Menteri Energi Inggris Michael Shanks dalam pernyataan melalui email.

Emisi dari energi menyumbang sekitar tiga perempat dari total emisi gas rumah kaca. Para ilmuwan mengatakan, penggunaan bahan bakar fosil harus dikurangi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian iklim Paris.

April lalu, negara-negara industri besar G7 sepakat untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada paruh pertama satu dekade ke depan, tapi juga memberikan kelonggaran bagi negara-negara yang sangat bergantung pada batu bara – hal yang dikritik kelompok-kelompok lingkungan.

“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa target 2035 terpenuhi dan dimajukan ke tahun 2030, terutama di Jepang, AS dan Jerman,” kata Christine Shearer, analis riset Global Energy Monitor.

Pembangkit listrik tenaga batu bara masih menyumbang lebih dari 25% listrik Jerman dan lebih dari 30% listrik Jepang. [rd/ka]

Tunjukkan lebih banyak

XS
SM
MD
LG