Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di luar gedung Knesset (parlemen) di Yerusalem pada hari ketiga, Selasa (2/4), menyerukan pemilu dini dan kesepakatan untuk menjamin pembebasan puluhan sandera yang ditahan oleh militan Hamas di Gaza.
Pengunjuk rasa, Yoav Hollander mengatakan, “Kami perlu pemilu baru agar mempunyai pemerintahan yang sah. Ada banyak ketidakpercayaan terhadap apa pun yang dilakukan pemerintah.”
Masyarakat Israel secara luas bersatu, segera setelah 7 Oktober, ketika Hamas membantai sekitar 1.200 orang dalam serangan lintas batas dan menyandera 250 lainnya.
Gideon Schurr, pengunjuk rasa lain mengatakan, “Karena kami berpikir bahwa kami pernah mengalami pemerintahan yang gagal dalam melindungi Israel. Juga dalam cara mereka memperlakukan orang-orang yang diculik dan ditahan di Gaza begitu lama.”
Konflik yang terjadi selama hampir enam bulan itu, memperbaharui perpecahan dalam kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, meskipun sebagian besar negara masih mendukung perang.
Keluarga para sandera semakin putus asa, ketika perang terus berlanjut tanpa adanya penyelesaian atas nasib orang yang mereka cintai.
Pekan ini, protes semakin ramai dan menyerukan agar diupayakan kesepakatan untuk membebaskan para sandera. Israel mengatakan sekitar 100 sandera masih disandera Hamas, setelah puluhan orang dibebaskan melalui gencatan senjata pada bulan November.
Israel dan Hamas mengadakan perundingan mengenai para sandera dengan imbalan gencatan senjata, namun kedua belah pihak masih berbeda pendapat dalam mencapai kesepakatan. [ps/jm]
Forum