Tautan-tautan Akses

Trump Terapkan Kembali 'Tekanan Maksimum' Terhadap Iran


Reaktor pembangkit listri tenaga nuklir Iran di Bushehr, Iran, 27 Februari 2005. (Foto: Vahid Salemi/AP Photo)
Reaktor pembangkit listri tenaga nuklir Iran di Bushehr, Iran, 27 Februari 2005. (Foto: Vahid Salemi/AP Photo)

Trump mengatakan, "Bagi saya, ini sangat sederhana: Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir."

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (4/2) menerapkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran yang mencakup upaya untuk menurunkan ekspor minyak negara itu hingga nol. Tujuannya, menghentikan upaya Teheran untuk memperoleh senjata nuklir.

Menjelang pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump menandatangani memorandum yang menerapkan kembali kebijakan keras Washington terhadap Iran yang dipraktikkan sepanjang masa jabatan pertamanya.

Saat menandatangani memo tersebut, Trump menggambarkannya sebagai hal yang sangat sulit dan mengatakan dia ragu apakah akan mengambil langkah tersebut. Trump mengatakan dirinya terbuka terhadap kesepakatan dengan Iran dan menyatakan kesediaannya untuk berbicara dengan pemimpin Iran.

“Bagi saya, ini sangat sederhana: Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir,” kata Trump. Ketika ditanya kemajuan pembuatan senjata nuklir oleh Iran, Trump berkata: "Mereka hampir mendekati ."

Misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Iran sedang mempercepat pengayaan uranium hingga mencapai tingkat kemurnian 60 persen, mendekati tingkat kemurnian untuk pembuatan senjata yaitu sekitar 90 persen, kata kepala pengawas nuklir PBB kepada Reuters pada Desember. Iran membantah ingin mengembangkan senjata nuklir.

Memo Trump, antara lain, memerintahkan Menteri Keuangan Amerika Serikat untuk memberikan “tekanan ekonomi maksimum” terhadap Iran, termasuk sanksi, dan mekanisme penegakan hukum terhadap mereka yang melanggar sanksi yang berlaku.

Memo itu juga mengarahkan Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri untuk melaksanakan kampanye yang bertujuan untuk "mendorong pengurangan ekspor minyak Iran hingga ke nol." Harga minyak mentah acuan AS menutup kerugian pada pada Selasa di tengah berita bahwa Trump berencana menandatangani memo tersebut.

Ekspor minyak Teheran menghasilkan pemasukan sebesar $53 miliar pada 2023 dan $54 miliar pada tahun sebelumnya, menurut perkiraan Administrasi Informasi Energi AS (EIA). Produksi minyak Iran pada 2024 berada pada level tertinggi sejak 2018, berdasarkan data Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC)

Pada masa pemerintahannya yang pertama, Trump telah mengakibatkan ekspor minyak Iran anjlok hingga nyaris tak ada setelah kembali menerapkan sanksi. Angka tersebut meningkat semasa jabatan Biden ketika Iran berhasil menghindari sanksi.

Kevin Book, seorang analis di ClearView Energy, mengatakan pemerintahan Trump dapat menegakkan undang-undang Stop Harboring Iran Petroleum (SHIP) atau Setop Menyimpan Minyak Iran pada 2024 untuk membatasi pengiriman minyak Iran.

SHIP, yang tidak ditegakkan secara ketat oleh pemerintahan Biden, mengizinkan tindakan terhadap pelabuhan dan kilang asing yang memproses minyak bumi yang diekspor dari Iran yang melanggar sanksi. Book mengatakan bahwa tindakan Grup Pelabuhan Shandong pada bulan lalu yang melarang kapal tanker yang disetujui AS memasuki pelabuhannya di provinsi China timur menandakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh SHIP. [ft/rs]

XS
SM
MD
LG