Pasukan keamanan Yaman menembakkan peluru tajam ke arah sekumpulan demonstran anti-pemerintah, Senin, yang mengakibatkan banyak korban. Ini adalah kekerasan hari kedua di Taiz dalam gerakan demonstrasi yang melanda seluruh negeri ini dalam minggu-minggu ini.
Deputi Menteri Penerangan Yaman, Abed Jundi mengatakan kepada televisi Al-Jazeera, pasukan keamanan menembak para demonstran setelah mereka mencoba menyerbu gedung pemerintah propinsi di Taiz. Abed juga menuduh jaringan televisi satelit Arab menyulut kekerasan dengan mendorong demonstrasi.
Saksi mata mengatakan polisi berpakaian preman dan penembak jitu menembaki para demonstran setelah mereka naik ke pelataran di depan sebuah gedung pemerintah. Editor utama surat kabar Yemen Post, Hakim Almasmari mengatakan ratusan demonstran terluka akibat kekerasan itu. “Pemerintah mengatakan penembakan terjadi karena para demonstran itu mencoba menyerang atau memasuki kompleks pemerintahan di Taiz. Pengunjuk rasa menyangkal hal itu, tetapi sampai sekarang ada 600 orang terluka, 85 diantaranya luka tembak," ujar Almasmari.
Televisi Al-Jazeera menayangkan gambar demonstran yang bersimbah darah dan lainnya tergeletak di tanah, menggeliat kesakitan. Rumah sakit darurat didirikan untuk merawat yang luka, sambil dokter-dokter mengobati pasien yang membludak.
Hakim Almasmari berbendapat para pejabat yang memerintahkan penembakan tampaknya berusaha menimbulkan luka yang gawat. Ia mengatakan, “Kami bisa mengukuhkan bahwa 14 tewas terbunuh peluru tajam, tertembak peluru, ditembak kepala, leher dan dada, Tampaknya yang menembak mereka, penembak jitu dan bukan pasukan keamanan biasa.”
Saksi mata melaporkan puluhan demonstran juga cedera dalam bentrokan di kota Hodeida dan Beyda di Yaman. Jaringan satelit Arab mengatakan banyak demonstran kena gas air mata yang digunakan pasukan keamanan untuk membubarkan massa.
Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh baru-baru ini menawarkan pengunduran diri tetapi tampaknya ia berubah pikiran. Minggu lalu, ia mengatakan pada pendukungnya bahwa ia berkeinginan untuk mundur, tetapi hanya jika ia bisa meninggalkan negeri itu dalam keadaan aman.
Harian New York Times melaporkan pada hari Minggu bahwa pemerintah Amerika telah menghentikan dukungannya kepada Presiden Saleh dan sedang merundingkan transisi damai ke pemerintah baru. Televisi Al-Arabiya melaporkan Saudi Arabia juga terlibat dalam perundingan tersebut guna mencari penyelesaian krisis ini.