Menghadapi aksi protes yang terus meningkat, Presiden Yaman menyatakan akan mundur. Dalam pidato hari Jumat di Sana’a, ibukota Yaman, Presiden Ali Abdullah Saleh di depan puluhan ribu pendukung menyatakan ia siap mengalihkan kekuasaan kepada mereka yang ia sebut pihak yang aman.
"Kami tidak ingin kekuasaan," ujar Presiden Saleh dalam penampilan yang jarang. Tapi ia menambahkan, ia tidak bersedia menyerahkan kendali pemerintah kepada orang-orang yang disebutnya, "sakit, penuh kebencian atau korup."
Selagi Presiden Saleh berpidato, kerumunan demonstran anti pemerintah yang lebih besar di seluruh kota itu melancarkan apa yang mereka sebut “Hari Kepergian”, menuntut agar Presiden Saleh segera mengundurkan diri.
Hari Kamis, Presiden Saleh membahas solusi yang mungkin bagi krisis politik Yaman yang semakin dalam dengan panglima militer negara itu, Jenderal Ali Mohsen al-Ahmar, yang awal pekan ini membelot ke pihak oposisi.
Di Washington, jurubicara Gedung Putih Jay Carney menolak untuk mengatakan apakah Amerika percaya Presiden Saleh seharusnya mengundurkan diri, hanya mengimbau pemerintah Yaman agar menghindari penggunaan kekerasan terhadap para demonstran.
Amerika dan beberapa negara Barat lain prihatin kerusuhan di Yaman ini mungkin memberi militan al-Qaida yang beroperasi di negara itu kesempatan untuk menciptakan kekacauan di kawasan tersebut. Presiden Saleh adalah sekutu lama Amerika dalam perang melawan al-Qaida.