Hubungan baik Perdana Menteri India Narendra Modi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah terjalin sejak lama akan diuji ketika pemimpin India ini memulai kunjungannya ke Washington DC pada hari Rabu (19/2), dengan keinginan untuk menghindari tarif-tarif yang telah dijatuhkan kepada negara-negara lain dan ancaman-ancaman pajak lebih lanjut atas impor.
India, yang merupakan mitra strategis utama Amerika Serikat, sejauh ini telah terhindar dari tarif baru, dan kedua pemimpin ini telah membina hubungan pribadi.
Modi, seorang nasionalis yang dikritik karena kemunduran demokrasi India, telah menyambut kembalinya Trump ke Gedung Putih, dan berusaha untuk mengatur ulang hubungan India dengan Barat. Hal ini dikarenakan sikap India sebelumnya yang menolak untuk mengutuk Rusia atas perangnya di Ukraina.
Namun Trump telah berulang kali menyebut India sebagai “raja tarif” dan menekan negara Asia Selatan dengan mendeportasi sejumlah imigran India yang tidak memiliki dokumen resmi di AS.
Sebagai tanggapan, India telah menunjukkan kesediaan untuk menurunkan tarifnya terhadap produk-produk AS, menerima kembali warga negara India yang dideportasi, dan membeli minyak AS.
Namun ketika ancaman tarif mulai mengancam, pertanyaannya adalah seberapa penting hubungan baik antara kedua pemimpin dan seberapa jauh India akan mengambil tindakan untuk mencapai kesepakatan.
Mantan Duta Besar India Untuk Amerika Serikat Meera Shankar mengatakan, “Modi telah menjalin hubungan kerja yang baik dengan Trump selama masa jabatan pertamanya, dan keduanya dapat mengembangkan bidang-bidang konvergensi dan “meminimalkan bidang-bidang perselisihan tanpa mengorbankan bidang-bidang inti yang merupakan kepentingan nasional.”
Ditambahkannya, “Sebagian besar mitra lain telah menyiapkan daftar timbal balik sejak awal, karena ini adalah titik pengaruh ketika Anda bernegosiasi.”
Shankar berharap India “akan menemukan keseimbangan yang tepat antara ketegasan dan fleksibilitas” dalam masalah tarif.
Modi: Lawatan Bertujuan untuk Perdalam Kemitraan
Sebelum berangkat ke Washington DC, Modi – yang didorong oleh kemenangan partai nasionalis Hindu yang berkuasa dalam pemilihan legislatif negara bagian akhir pekan lalu di wilayah federal India, termasuk New Delhi – mengatakan kunjungan tersebut merupakan “peluang untuk membangun” kolaborasi selama masa jabatan pertama Trump dan “memperdalam kemitraan kita” di berbagai bidang seperti teknologi, perdagangan, pertahanan dan energi.
Berbicara dengan Modi pada bulan Januari, Trump menekankan pentingnya India membeli lebih banyak perlengkapan dan senjata militer buatan AS, serta mengurangi ketidakseimbangan perdagangan. Amerika Serikat tahun lalu mengimpor barang senilai US$50 miliar lebih banyak daripada yang dijual ke India.
Pernyataan dari Gedung Putih pada saat itu mengatakan Trump “menekankan pentingnya India meningkatkan pengadaan peralatan keamanan buatan Amerika dan bergerak menuju hubungan perdagangan bilateral yang adil.”
Awal bulan ini, India menerima kepulangan 104 migran yang dibawa kembali dengan pesawat militer AS, salah satu penerbangan pertama ke India sebagai bagian dari tindakan keras yang diperintahkan oleh pemerintahan Trump.
Selain itu, pemerintahan Modi juga menurunkan beberapa tarif tinggi, termasuk pada beberapa sepeda motor Harley-Davidson, dari 50% menjadi 40%. Pada tahun 2023, India telah menghapuskan tarif balasan terhadap kacang almond, apel, buncis, lentil, dan kenari AS.
India Kaji Ulang Hubungan dengan AS?
India dipandang sebagai bagian integral dari strategi AS dalam membendung China di Indo-Pasifik dan akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak sekelompok negara yang dikenal sebagai Quad – yang terdiri dari AS, India, Jepang, dan Australia – pada akhir tahun ini.
Namun, India kemungkinan harus mengkalibrasi ulang pendiriannya jika terjadi perpecahan antara Washington dan Beijing di bawah kepemimpinan Trump.
India, yang membuka lembaran baru dengan China dan pada bulan Desember lalu, setuju untuk berupaya mencari solusi atas sengketa perbatasan yang sudah berlangsung lama di Himalaya setelah kebuntuan militer yang dimulai dengan bentrokan berdarah pada tahun 2020.
Amerika Serikat adalah mitra dagang terbesar India, dengan defisit perdagangan sebesar US$50 miliar yang menguntungkan India. Perdagangan barang dan jasa berjumlah sekitar US$190,1 miliar pada tahun 2023. Menurut Kementerian Luar Negeri India, ekspor AS ke India bernilai hampir US$70 miliar dan impor US$120 miliar.
India bergantung pada Rusia untuk hampir 60% peralatan pertahanannya, namun perang di Ukraina telah menambah keraguan mengenai pasokan di masa depan, dan New Delhi lebih melirik Amerika Serikat, Israel, Inggris, dan negara-negara lain.
Kesepakatan yang dicapai baru-baru ini akan memungkinkan General Electric yang berbasis di AS untuk bermitra dengan Hindustan Aeronautics yang berbasis di India untuk memproduksi mesin jet untuk pesawat India di India dan penjualan drone bersenjata MQ-9B SeaGuardian buatan AS.
Sejak tahun 2008, India telah mengontrak peralatan pertahanan asal AS senilai lebih dari US$20 miliar.
“Bagi India, hal ini juga bisa menjadi area di mana kita melihat adanya sinergi dengan AS,” kata Shankar, seraya menambahkan bahwa Trump kemungkinan akan berusaha membujuk India untuk membeli lebih banyak peralatan pertahanan AS. [em/jm]
Forum