Menteri Luar Negeri Hillary Clinton membuat ihwal itu jelas bahwa masyarakat dunia tidak memandang gencatan senjata Libya sebagai suatu deklarasi yang main-main dan janji pemerintah Gaddafi untuk menghentikan operasi militer harus didukung oleh tindakan nyata di lapangan.
Dalam komentarnya yang pertama tentang Libya sejak PBB mengeluarkan otorisasi aksi militer pada hari Kamis, termasuk kebijakan zona larangan terbang untuk melindungi warga sipil Libya. Clinton mengatakan tindakan seperti itu harus mencakup penarikan pasukan pemerintah yang mengepung kota Benghazi, kota pertahanan pemberontak.
“Aksi pertama dan yang paling mendesak adalah mengakhiri kekerasan. Kami harus melihat seperangkat keputusan yang jelas yang dioperasikan di lapangan oleh pasukan Gaddafi untuk mundur dalam jarak yang cukup jauh dari Libya timur, di mana mereka telah melancarkan operasi menentang pihak oposisi.” ujar Clinton.
Clinton, yang berbicara dalam sebuah konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Irlandia Eamon juga mengatakan akan ada laporan tentang pembantaian dan penculikan oleh pasukan pendukung Gaddafi.
Clinton mengatakan masyarakat internasional, barangkali melalui utusan khusus PBB Abdullah Khatib, mantan menteri luar negeri Yordania, akan berperan dalam dialog antara Gadhafi dan lawan-lawan politiknya. Namun, Clinton lagi-lagi mengatakan penguasa Libya yang berkuasa selama empat dasawarsa telah kehilangan legitimasi dan harus meletakkan jabatannya.
Lebih lanjut Clinton mengatakan “Saya kira, jumlah suara luar biasa yang mendukung resolusi mencerminkan luasnya pemahaman bahwa nomor satu: hentikan kekerasan. Selain itu, kami berpendapat hasil akhir dari suatu perundingan haruslah keputusan Kolonel Gadhafi untuk mundur. Tetapi marilah kita tempuh ini atu demi satu.”
Clinton yang baru pulang dari Timur Tengah dan berkunjung ke Mesir dan Tunisia, menegaskan kembali sebuah seruan bagi berakhirnya kekerasan di Yaman, tempat berlangsungnya kekerasan maut pada hari Jumat, dan perundingan bagi suatu solusi politis atas pergolakan di sana.