Gempa dahsyat yang menghantam Nepal, Sabtu (25/4), terjadi pada patahan "thrust" atau dorongan, menurut Survei Geologis AS, yaitu ketika satu bagian kerak Bumi didorong di bawah yang lainnya.
"Dasar-dasar geologi di daerah ini adalah bahwa ada lempengan tektonis India yang didorong di bawah lempengan benua Eurasia, dan karena kedua lempengan ini bergerak menuju satu sama lain... kekuatan ini meningkat seiring waktu," ujar John Bellini, ilmuwan geofisika di Pusat Informasi Gempa Nasional pada lembaga Survei Geologis AS.
"Ini sesuatu yang tidak selalu bergerak, tapi ketika bergerak menciptakan hentakan dan terjadilah gempa besar," ujarnya.
Daerah ini juga akan menghadapi lebih banyak gempa di waktu yang akan datang, karena lokasinya merupakan tempat bertemunya dua lempengan benua, namun Bellini mengatakan mungkin ada jeda relatif panjang di antara gempa, terkadang selama puluhan tahun.
"Wilayah ini tidak memiliki sejarah banyak gempa besar baru-baru ini," ujar Bellini. "Namun gempa bertanggung jawab atas pembentukan pegunungan Himalaya, jadi secara sejarah, banyak gempa besar telah terjadi."
Gempa dahsyat berkekuatan 7,8 Skala Richter hari Sabtu merupakan yang terburuk yang menimpa Nepal dalam 80 tahun terakhir.
Dalam jangka pendek, Bellini mengatakan Nepal kemungkinan akan menghadapi lebih banyak lagi gempa susulan, selain kemungkinan longsor akibat lanskap perbukitan di wilayah tersebut.
"Mereka akan menghadapi gempa susulan dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," ujarnya.
"Orang-orang di daerah ini harus berhati-hati dengan gempa-gempa susulan ini, terutama yang lebih besar, karena dapat menyebabkan kerusakan tambahan, terutama pada bangunan-bangunan yang telah melemah."