Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin (15/4) mengatakan sejumlah donor dunia menjanjikan lebih dari $2,1 miliar dalam bentuk bantuan kemanusiaan untuk Sudan setelah perang selama satu tahun terakhir ini yang mendorong penduduknya ke ambang kelaparan.
Macron berbicara pada akhir konferensi internasional di Paris yang bertujuan menggalang dukungan bagi 51 juta penduduk Sudan. Bantuan itu akan digunakan untuk menyediakan makanan, air, obat-obatan dan kebutuhan mendesak lainnya, tanpa memberikan jadwal yang spesifik.
Sejumlah utusan diplomatik, pejabat PBB dan badan-badan bantuan mendesak pihak-pihak yang bertikai di Sudan untuk menghentikan serangan-serangan terhadap warga sipil, dan mengizinkan akses bagi masuknya bantuan kemanusiaan, dan menyerukan upaya mediasi internasional segera menuju perdamaian.
Anggota masyarakat sipil Sudan ikut serta dalam pertemuan di Paris, tetapi tidak ada perwakilan dari tentara Sudan maupun paramiliter yang bertikai yang hadir.
Macron mengatakan “hari ini, dari mobilisasi ini, semua kehadiran kami, mengirimkan pesan yang jelas, yang kami kirimkan kepada pihak-pihak yang bertikai. Kami membuat seruan yang sungguh-sungguh untuk menghormati hak-hak kemanusiaan internasional dan untuk melindungi penduduk sipil.”
Sudan terjerumus ke dalam konflik pada April 2023 lalu ketika ketegangan antara militer dan Pasukan Pendukung Cepat (Rapid Support Forces) meledak menjadi pertempuran terbuka di ibu kota, Khartoum, dan di tempat-tempat lain di seluruh negeri.
Menurut Kantor PBB Urusan Kemanusiaan OCHA, tahun ini dibutuhkan $2,7 miliar untuk menyediakan makanan, perawatan kesehatan dan pasokan lainnya bagi 24 juta orang di Sudan, atau berarti hampir separuh dari jumlah penduduknya. Sejauh ini, para penyandang dana hanya memberikan $145 juta atau sekitar lima persen.
Lebih dari 14.000 orang tewas terbunuh dan setidaknya 33.000 orang luka-luka dalam perang yang telah berlangsung selama setahun terahir ini.
Hampir sembilan juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka ke daerah yang lebih aman di dalam Sudan atau ke negara-negara tetangga. Kelaparan, kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan serta pengungsian yang terus berlanjut telah semakin merajalela. Sementara sebagian besar infrastruktur di negara tersebut – rumah, rumah sakit, dan sekolah – telah menjadi puing-puing. [em/rs]
Forum