Sebuah konferensi dialog yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang ditujukan untuk membantu memetakan masa depan politik Suriah setelah jatuhnya mantan Presiden Bashar Assad, dimulai.
Pada hari Senin dan Selasa, para peserta mengadakan lokakarya untuk membahas sistem pengadilan di masa transisi, struktur konstitusi baru, reformasi dan pembangunan institusi, kebebasan pribadi, peran masyarakat sipil dan perekonomian negara. Hasil dari dialog nasional itu akan berupa rekomendasi-rekomendasi yang tidak mengikat kepada para pemimpin baru negara tersebut.
Rencana untuk konferensi yang telah dijanjikan oleh pemerintah baru di negara itu, segera setelah jatuhnya Assad dalam serangan pemberontak pada Desember – terus berubah hingga menit terakhir. Tanggal konferensi diumumkan hari Minggu, sehari sebelum konferensi dibuka.
Dua hari sebelum pengumuman diadakannya konferensi , Hassan al-Daghim, juru bicara panitia penyelenggara dialog nasional mengatakan, tanggal konferensi belum ditentukan dan waktunya “siap dibicarakan oleh warga.” Ia juga mengatakan jumlah pesertanya belum ditentukan dan mungkin sekitar 400 hingga seribu orang.
Jumlah akhirnya belum jelas pada hari Senin dan bagaimana peserta yang diundang itu dipilih.
Komite mengatakan pada Minggu bahwa mereka telah mengadakan lebih dari 30 pertemuan di seluruh provinsi Suriah, di mana sekitar 4.000 orang berpartisipasi menjelang konferensi itu “guna memastikan berbagai unsur masyarakat Suriah terwakili”, lapor kantor berita pemerintah SANA.
Laporan itu mengatakan, para peserta berulang kali menyerukan deklarasi konstitusi sementara, rencana ekonomi, pembangunan kembali sektor-sektor pemerintah, melibatkan warga negara dalam pengelolaan lembaga-lembaga, dan meningkatkan keamanan serta stabilitas.
Setelah Assad digulingkan, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), bekas kelompok pemberontak utama yang kini menguasai Suriah, membentuk pemerintahan sementara yang sebagian besar terdiri dari anggota “pemerintahan penyelamat” yang berkuasa di barat laut Suriah. [ps/ab]
Forum