JAKARTA, INDONESIA —
Dua bom ranjau darat ditemukan Tim Densus 88 dan aparat keamanan gabungan di wilayah lereng gunung Biru, Taman JK Poso, Sulawesi Tengah. Bom itu diperkirakan berdaya ledak yang sangat kuat. Kepala Biro Penerangan Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar di Jakarta Senin menjelaskan, beberapa ranjau darat itu ditemukan saat pencarian tempat lokasi pelatihan teror di daerah Gunung Biru.
Bom pertama ditemukan pada Sabtu (27/10) berdaya ledak rendah atau low explosive. Sementara bom kedua juga ditemukan di lokasi yang sama pada Minggu (28/10). Bom kedua berdaya ledak cukup besar atau high explosive dengan berat 12 Kilogram.
"Ada penemuan yang kita duga sebagai bom rakitan di lereng gunung biru dekat dusun Taman JK. Bahan peledak yang sama ditemukan pada hari berikutnya di lokasi yang sama. Dua bahan peledak ini difungsikan sebagai bom ranjau. Materinya lengkap, ada detonatornya termasuk benda-benda keras seperti paku. Yang terakhirnya bobotnya sebesar 12 kilo gram," ungkap Brigjen Boy Rafli.
Boy Rafli menambahkan, saat ini tim gabungan dari Polri dan TNI, terus menyisir Gunung yang biasa dilakukan sebagai jalan setapak oleh masyarakat dan diduga dijadikan tempat pelatihan militer kelompok teror. Pihak kepolisian memperkirakan, masih banyak bom rakitan yang difungsikan sebagai bom ranjau ini yang tersimpan di wilayah Gunung itu.
Penggunaan bom ranjau oleh kelompok teror di Poso sebelumnya diungkap oleh Pengamat dan peneliti Terorisme Solahudin.
Dalan sebuah diskusi di Jakarta beberapa waktu lalu, Solahudin menjelaskan kelompok teror Poso pimpinan Santoso, telah menjadikan dusun Taman JK dan Gunung Biru sebagai basis pertahanan mereka, dan menanam sejumlah bom ranjau di beberapa lokasi. Santoso hingga kini masih menjadi buron kepolisian terkait aksi teror di Poso.
"Sekarang mereka memang telah menantang polisi untuk perang terbuka. Mereka sudah menguasai sebuah lokasi di daerah dusun Taman JK. Mereka sudah menyiapkan ranjau-ranjau. Dan mereka sangat berharap polisi masuk ke daerah itu, karena sudah disiapkan ranjau-ranjau, " kata Solahudin. "Salah seorang yang memasang ranjau itu adalah Hendra alias Abdul Salam, aktivis pesantren Umar bin Khatab Nusa Tenggara Barat yang pada Agustus 2011 dikejutkan dengan adanya ledakkan bom rakitan di pesantren itu. Hendra sendiri tewas terkena ranjau yang ia pasang sendiri 12 Oktober lalu,' tambahnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengakui ada kesulitan aparat keamanan untuk melakukan penegakkan hukum dalam menindak pelaku teror di Poso. Khususnya dalam menangkap Santoso dan pengikutnya yang masih buron.
"Hambatan pertama adalah masalah geografis. Poso itu kan banyak sekali desa-desa dan dusun-dusun dengan letak geografis yang penuh dengan bukit, gunung dan hutan lebat. Yang kedua adalah sebagian kecil masyarakat sudah dipengaruhi oleh sel-sel kelompok teror ini yang berdiam di tengah masyarakat," ungkap Ansyaad Mbai.
Satu Lagi, Ledakan Bom di Poso.
Sementara itu sebuah bom meledak di sebuah warung makan di tempat rekreasi Pantai Penghibur Poso Senin (29/10). Kepala Biro Penerangan Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
"Ada ledakkan di Pantai Penghibur Poso di sebuah kios. Saat ini sedang dilakukan olah tkp. Kita bersyukur tidak ada korban jiwa. Kios dimiliki oleh bapak Aruji Lukas," jelas Brigjen Boy Rafli.
Boy Rafli berharap, masyarakat aktif dalam pengamanan swakarsa melalui pos-pos kamling khususnya di dusun dan pedesaan. Termasuk melakukan kerjasama denga aparat keamanan.
Bom pertama ditemukan pada Sabtu (27/10) berdaya ledak rendah atau low explosive. Sementara bom kedua juga ditemukan di lokasi yang sama pada Minggu (28/10). Bom kedua berdaya ledak cukup besar atau high explosive dengan berat 12 Kilogram.
"Ada penemuan yang kita duga sebagai bom rakitan di lereng gunung biru dekat dusun Taman JK. Bahan peledak yang sama ditemukan pada hari berikutnya di lokasi yang sama. Dua bahan peledak ini difungsikan sebagai bom ranjau. Materinya lengkap, ada detonatornya termasuk benda-benda keras seperti paku. Yang terakhirnya bobotnya sebesar 12 kilo gram," ungkap Brigjen Boy Rafli.
Boy Rafli menambahkan, saat ini tim gabungan dari Polri dan TNI, terus menyisir Gunung yang biasa dilakukan sebagai jalan setapak oleh masyarakat dan diduga dijadikan tempat pelatihan militer kelompok teror. Pihak kepolisian memperkirakan, masih banyak bom rakitan yang difungsikan sebagai bom ranjau ini yang tersimpan di wilayah Gunung itu.
Penggunaan bom ranjau oleh kelompok teror di Poso sebelumnya diungkap oleh Pengamat dan peneliti Terorisme Solahudin.
Dalan sebuah diskusi di Jakarta beberapa waktu lalu, Solahudin menjelaskan kelompok teror Poso pimpinan Santoso, telah menjadikan dusun Taman JK dan Gunung Biru sebagai basis pertahanan mereka, dan menanam sejumlah bom ranjau di beberapa lokasi. Santoso hingga kini masih menjadi buron kepolisian terkait aksi teror di Poso.
"Sekarang mereka memang telah menantang polisi untuk perang terbuka. Mereka sudah menguasai sebuah lokasi di daerah dusun Taman JK. Mereka sudah menyiapkan ranjau-ranjau. Dan mereka sangat berharap polisi masuk ke daerah itu, karena sudah disiapkan ranjau-ranjau, " kata Solahudin. "Salah seorang yang memasang ranjau itu adalah Hendra alias Abdul Salam, aktivis pesantren Umar bin Khatab Nusa Tenggara Barat yang pada Agustus 2011 dikejutkan dengan adanya ledakkan bom rakitan di pesantren itu. Hendra sendiri tewas terkena ranjau yang ia pasang sendiri 12 Oktober lalu,' tambahnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengakui ada kesulitan aparat keamanan untuk melakukan penegakkan hukum dalam menindak pelaku teror di Poso. Khususnya dalam menangkap Santoso dan pengikutnya yang masih buron.
"Hambatan pertama adalah masalah geografis. Poso itu kan banyak sekali desa-desa dan dusun-dusun dengan letak geografis yang penuh dengan bukit, gunung dan hutan lebat. Yang kedua adalah sebagian kecil masyarakat sudah dipengaruhi oleh sel-sel kelompok teror ini yang berdiam di tengah masyarakat," ungkap Ansyaad Mbai.
Satu Lagi, Ledakan Bom di Poso.
Sementara itu sebuah bom meledak di sebuah warung makan di tempat rekreasi Pantai Penghibur Poso Senin (29/10). Kepala Biro Penerangan Mabes Polri, Brigjen Boy Rafli Amar tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
"Ada ledakkan di Pantai Penghibur Poso di sebuah kios. Saat ini sedang dilakukan olah tkp. Kita bersyukur tidak ada korban jiwa. Kios dimiliki oleh bapak Aruji Lukas," jelas Brigjen Boy Rafli.
Boy Rafli berharap, masyarakat aktif dalam pengamanan swakarsa melalui pos-pos kamling khususnya di dusun dan pedesaan. Termasuk melakukan kerjasama denga aparat keamanan.