Studi independen baru menunjukkan bahwa Pakistan adalah satu dari empat negara utama di mana orang tewas dibunuh dalam setiap dari tiga tahun terakhir karena menulis subyek sensitif di internet. Tiga negara lainnya adalah Brazil, Meksiko, dan Suriah.
Laporan “Freedom on the Net” yang dirilis hari Selasa (14/11) oleh Freedom House yang berkantor di Amerika itu didasarkan pada pengkajian terhadap kebebasan internet di 65 negara, yang mencakup 87% pengguna internet di seluruh dunia. Studi terbaru itu terutama difokuskan pada perkembangan yang terjadi antara Juni 2016 dan Mei 2017.
Penelitian itu menyatakan bahwa Pakistan – selama enam tahun berturut-turut – ‘’tidak bebas’’ dan mencatat bahwa kebebasan internet telah memburuk akibat aksi kekerasan dan intimidasi terhadap aktivis media sosial.
"Penutupan jaringan internet, undang-undang kejahatan di dunia maya atau cybercrime yang problematis, dan serangan di dunia maya terhadap para pengecam pemerintah ikut menyebabkan memburuknya situasi. Pidato politik di internet rentang dibatasi ketika Pakistan memasuki tahun pemilu 2018 nanti,’’ demikian laporan tersebut.
Target yang paling sering adalah wartawan dan blogger online yang meliput isu politik, korupsi dan kejahatan ; serta orang-orang yang mengekspresikan pandangan religius yang mungkin bertentangan dengan atau menantang pandangan mayoritas.
Studi itu kemudian menyimpulkan bahwa pelaku pembalasan masih tetap tidak diketahui identitasnya, "namun tindakan mereka sering sejalan dengan kepentingan individu atau entitas yang memiliki kekuatan politik.’’
Laporan itu mendokumentasikan insiden kekerasan dan intimidasi selama masa penelitian tersebut.
Pemerintah Pakistan belum memberikan komentar terhadap laporan itu. [em/al]