Kandidat parlemen Iran mulai berkampanye untuk pemilu pertama di negara itu, sejak tindakan keras terhadap protes-protes nasional pada 2022 akibat kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi. Sebanyak 15.200 calon akan bersaing untuk memperoleh jabatan di majelis dengan 290 kursi yang dikuasai kelompok garis keras selama 20 tahun.
Amini ditangkap oleh polisi moral Iran, karena diduga melanggar undang-undang ketat pemakaian jilbab, yang memaksa perempuan untuk menutupi rambut dan seluruh tubuh mereka.
Protes meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan penguasa ulama Iran. Dalam tindakan keras berikutnya, lebih dari 500 orang tewas dan hampir 20.000 orang ditangkap, menurut para aktivis. Pemilu akan diadakan pada 1 Maret, dan parlemen baru akan bersidang pada akhir Mei.
Pada hari Rabu, Dewan Pembimbing pengawas pemilu mengirim nama 15.200 calon yang memenuhi syarat itu, ke kementerian dalam negeri yang menyelenggarakan pemilu. Setiap kandidat untuk pemilu di Iran harus disetujui oleh Dewan, sebuah badan ulama yang beranggotakan 12 orang, separuhnya ditunjuk langsung oleh pemimpin tertinggi.
Para calon anggota parlemen itu mencakup 1.713 perempuan, lebih dari dua kali lipat dibandingkan 819 orang yang bersaing pada tahun 2020. [ps/jm]
Forum