Tautan-tautan Akses

Empat Skenario Mencapai Perdamaian di Ukraina


Sebuah surat kabar menampilkan foto Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump terpajang di kios koran di Moskow, Rusia, pada 13 Februari 2025. (Foto: Reuters)
Sebuah surat kabar menampilkan foto Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump terpajang di kios koran di Moskow, Rusia, pada 13 Februari 2025. (Foto: Reuters)

Proposal Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA) mengusulkan penerapan "strategi tekanan maksimum" agar Rusia mau berunding dengan itikad baik.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendorong solusi damai untuk menyudahi perang besar Rusia di Ukraina yang telah berkecamuk selama tiga tahun. VOA meneliti berbagai pendekatan yang baru-baru ini diajukan oleh sejumlah lembaga kajian untuk mencapai perdamaian yang langgeng antara Moskow dan Kyiv.

Berikut penjabaran sejumlah pendekatan tersebut:

Strategi Tekanan Maksimum

Proposal Pusat Analisis Kebijakan Eropa (CEPA) berjudul "Bagaimana Mencapai Kemenangan: Rencana Tujuh Poin untuk Perdamaian Berkelanjutan di Ukraina" mengusulkan penerapan "strategi tekanan maksimum" agar Rusia mau berunding dengan itikad baik.

Rencana tersebut mengusulkan agar Amerika dan sekutunya: "Memberikan dukungan materiil segera kepada Ukraina tanpa syarat, yang bertujuan untuk melemahkan militer Rusia dan dengan demikian meningkatkan posisi negosiasi Ukraina."

Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Trump Tower, 27 September 2024, di New York. (Foto: AP)
Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Trump Tower, 27 September 2024, di New York. (Foto: AP)

"Memperketat sanksi terhadap lembaga keuangan dan sektor energi Rusia, mengalihkan aset Rusia yang dibekukan untuk mendukung pertahanan serta rekonstruksi Ukraina, serta menerapkan sanksi sekunder guna meningkatkan tekanan ekonomi, tidak hanya terhadap Rusia tetapi juga terhadap rezim otoriter di China, Iran, dan Korea Utara."

CEPA menegaskan bahwa "Ukraina dan Eropa" harus terlibat dalam setiap perundingan damai dengan Rusia. Selain itu Amerika juga dinilai perlu mendukung "koalisi yang dipimpin Eropa yang bersedia" untuk menjaga "garis gencatan senjata dengan pasukan internasional," serta "sekutu Eropa harus bergerak maju secara konsisten dan secepat mungkin menuju keanggotaan Ukraina di Uni Eropa."

Salah satu penulis laporan, Catherine Sendak, Direktur CEPA untuk Pertahanan dan Keamanan Transatlantik, mengatakan kepada VOA bahwa Amerika Serikat sebaiknya berunding dengan Rusia hanya setelah "mempersenjatai Ukraina sekuat mungkin" dan memanfaatkan "alat diplomatik" terbaiknya.

Sendak menegaskan bahwa kemungkinan keanggotaan Ukraina di Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO tidak boleh menjadi bagian dari perundingan dengan Rusia. "Membahas hal itu dengan negara non-NATO... saya rasa itu tidak menguntungkan bagi negosiasi apa pun," ujarnya. Ia juga menekankan bahwa hal tersebut bisa memberi Rusia semacam "hak veto" atas keputusan menerima anggota baru dalam aliansi.

Tentara Ukraina dari brigade ke-57 mengendarai Kendaraan Tempur Swedia 90 di dekat garis depan di wilayah Kharkiv, Ukraina, Selasa, 18 Juni 2024. (Foto: AP)
Tentara Ukraina dari brigade ke-57 mengendarai Kendaraan Tempur Swedia 90 di dekat garis depan di wilayah Kharkiv, Ukraina, Selasa, 18 Juni 2024. (Foto: AP)

Taktik Negosiasi

Josh Rudolph, peneliti senior di German Marshall Fund dan kepala Kelompok Kerja Demokrasi Transatlantik, sebelumnya menangani kebijakan Rusia dan Ukraina di Dewan Keamanan Nasional selama pemerintahan Trump yang pertama.

Bulan lalu, ia menawarkan rekomendasi kebijakan kepada pemerintahan Trump saat ini untuk mengakhiri konflik Ukraina.

Di antaranya: "Hadapi [Presiden Rusia Vladimir] Putin dari posisi yang kuat. Jika di awal masa jabatan pertama Trump Putin terlihat tangguh dan cakap, kesalahannya di Ukraina kini telah melemahkannya. ... Sebagai pihak yang lebih dominan dalam hubungan ini, Trump—bukan Putin—yang seharusnya menetapkan syarat perundingan."

“Ketahui kapan harus mundur. Momen kritis dalam negosiasi akan tiba ketika Putin menolak untuk membuat konsesi besar. Trump harus siap untuk mundur.”

"Padukan sanksi dengan harga minyak dan gas yang lebih rendah. Cara paling efektif untuk membuat Putin sadar bahwa menekan Ukraina bisa berakibat fatal bagi rezimnya adalah dengan menekan Rusia secara finansial. ... Dengan memanfaatkan hubungan yang lebih erat dengan Arab Saudi dibandingkan [mantan Presiden Joe] Biden, Trump harus membanjiri pasar dengan bahan bakar fosil. Langkah ini akan membuat sanksi tetap berkelanjutan, melemahkan mesin perang Rusia, dan meningkatkan risiko ketidakstabilan politik di Moskow."

Rudolph juga menyarankan agar Ukraina dipersenjatai "hingga tuntas," diberikan "seluruh aset Rusia yang dibekukan senilai $300 miliar," serta mendorong Eropa untuk "membayar lebih untuk senjata" dan mengerahkan 100.000 tentara sebagai "penjaga perdamaian." Selain itu, ia merekomendasikan agar "perusahaan-perusahaan Amerika diberi peran dalam membangun kembali Ukraina" serta mengundang Ukraina untuk bergabung dengan NATO jika Putin menolak menerima persyaratan damai yang dianggap "wajar."

Rudolph mengatakan kepada VOA bahwa Trump dapat meyakinkan warga Amerika yang kini skeptis terhadap bantuan militer untuk Ukraina bahwa mendukung persenjataan Ukraina sebagai bagian dari perjanjian damai justru akan menguntungkan pekerja Amerika.

"[Trump] bisa meyakinkan mereka dengan mengatakan, 'Ok, sekarang kita telah mendapatkan kesepakatan yang bagus—kesepakatan yang dijamin oleh [mineral] tanah jarang, yang telah mengakhiri perang. Dan untuk mempertahankannya, kita perlu memastikan aliran senjata buatan Amerika tetap berlanjut, yang, omong-omong, akan menciptakan banyak lapangan kerja, fasilitas, dan pabrik di seluruh negara bagian merah.'"

Prajurit Ukraina menembakkan MRLS BM-21 'Grad' ke posisi tentara Rusia di dekat Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu, 15 Februari 2025. (Oleg Petrasiuk/Ukraine's 24th Mechanised Brigade via AP)
Prajurit Ukraina menembakkan MRLS BM-21 'Grad' ke posisi tentara Rusia di dekat Chasiv Yar, wilayah Donetsk, Ukraina, Sabtu, 15 Februari 2025. (Oleg Petrasiuk/Ukraine's 24th Mechanised Brigade via AP)

Manfaat Ekonomi

Dalam laporan berjudul "Dolar dan Akal Sehat: Kepentingan Amerika dalam Kemenangan Ukraina," Elaine McCusker, Frederick W. Kagan, dan Richard Sims dari American Enterprise Institute menganalisis harga yang harus dibayar jika Washington menarik dukungan untuk Ukraina. Mereka menyimpulkan bahwa langkah tersebut akan berujung pada kekalahan Kyiv dan semakin majunya Rusia ke Eropa, yang pada akhirnya memaksa Amerika Serikat untuk meningkatkan kehadiran militernya di kawasan tersebut.

Di antara kesimpulan laporan tersebut: "Membantu Ukraina meraih kemenangan atas Rusia adalah kepentingan terbaik bagi Amerika Serikat," tulis laporan itu. "Dunia yang didominasi Rusia akan lebih berbahaya dan lebih mahal bagi Amerika—dengan proyeksi peningkatan belanja pertahanan hingga $808 miliar dalam lima tahun."

"Sebaliknya, peningkatan dan percepatan komitmen multinasional terhadap Ukraina serta berakhirnya perang dalam waktu dekat akan menciptakan Ukraina yang bebas dan dinamis, dengan militer yang telah dimodernisasi serta teruji di medan perang, serta basis industri yang berkembang pesat—semua ini akan berkontribusi pada stabilitas Eropa."

Dalam wawancara dengan VOA, Frederick Kagan menyatakan bahwa kemenangan Rusia di Ukraina juga akan menguntungkan Iran, China, dan Korea Utara, yang berpotensi mendorong agresi mereka di kawasan masing-masing. Selain itu, Rusia bisa memperkuat kembali militernya dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan material dari Ukraina.

Kagan menyatakan bahwa jika Rusia menguasai Ukraina, gelombang pengungsi akan membanjiri Eropa dan semakin mengganggu stabilitas benua tersebut.

Kagan memperkirakan bahwa kekejaman terhadap penduduk Ukraina di wilayah pendudukan akan semakin memburuk seiring dengan meluasnya invasi ke barat, terutama di daerah yang pro-Barat dan anti-Rusia. Ia menilai bahwa jika hal itu terjadi, dampaknya akan sangat mengerikan dan tak terlukiskan.

Menurutnya, lonjakan bantuan ke Ukraina akan menjadikannya benteng perdamaian dan keamanan Eropa, dengan militer yang teruji dalam pertempuran serta industri pertahanan yang maju. Hal ini akan memungkinkan Amerika Serikat mengalihkan fokus ke kawasan lain.

Kebijakan Jalan Tengah

Laporan Proyek Transisi Presidensial 2025 dari Heritage Foundation memuat rekomendasi kebijakan terkait perang Rusia-Ukraina.

Laporan tersebut menyebutkan bahwa gerakan konservatif Amerika terbelah antara pendukung Kyiv dan pihak yang ingin menarik dukungan. Sebagai solusinya, mereka mengusulkan pendekatan jalan tengah.

Di antara rekomendasi Proyek 2025: "Sehubungan dengan Ukraina, keterlibatan Amerika yang berkelanjutan harus dibayar penuh; dibatasi pada bantuan militer (sementara sekutu Eropa menangani kebutuhan ekonomi Ukraina); dan memiliki strategi keamanan nasional yang ditetapkan dengan jelas yang tidak membahayakan nyawa orang Amerika."

“Terlepas dari perbedaan pandangan, semua pihak sepakat bahwa invasi Putin ke Ukraina tidak sah dan rakyat Ukraina berhak mempertahankan tanah air mereka. Konflik ini telah melemahkan kekuatan militer Putin sekaligus memperkuat persatuan serta pentingnya NATO bagi negara-negara Eropa.”

“Presiden konservatif berikutnya memiliki peluang bersejarah untuk menyelesaikan perbedaan dalam kebijakan luar negeri gerakan ini dan merumuskan arah baru yang menempatkan China Komunis sebagai ancaman utama bagi kepentingan Amerika Serikat di abad ke-21.”

Bangunan terlihat rusak parah akibat serangan Rusia di Kherson, Ukraina. (Administrasi Militer Regional Kherson via AP)
Bangunan terlihat rusak parah akibat serangan Rusia di Kherson, Ukraina. (Administrasi Militer Regional Kherson via AP)

James Carafano, pakar keamanan nasional di The Heritage Foundation yang memimpin tim pertahanan dan kebijakan luar negeri, mengatakan kepada VOA bahwa kepentingan Amerika Serikat adalah memastikan Ukraina tetap bebas, independen, dan mampu mempertahankan diri.

“Masalah praktisnya adalah, Eropa Bersatu dapat mempertahankan dirinya sendiri, dan Amerika Serikat dapat mempertahankan Eropa jika Ukraina diduduki oleh Rusia. Sekarang, setelah mengatakan itu, apakah kita... jauh, jauh lebih baik jika Rusia berada di sisi lain Ukraina? Dan jawabannya adalah 'tentu saja,’" katanya.

Pada Juli, VOA menerbitkan wawancara dengan pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Darat Keith Kellogg, yang pernah menjadi utusan Trump untuk Ukraina dan Rusia, mengenai visinya untuk mengakhiri perang di Ukraina. [ah/ft]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG