Tautan-tautan Akses

Jepang Desak Para Pemimpin Dunia Agar Peringatkan China Sehubungan Perluasan Kekuatan Maritimnya


ARSIP - Citra satelit yang dirilis CSIS Asia Maritime Transparency Initiative lewat Reuters tanggal 27 Maret 2017 menunjukkan proyek pembangunan di Fiery Cross Reef, di Spratly Islands, di kawasan Laut China Selatan yang menjadi sengketa (foto: CSIS/AMTI DigitalGlobe/Rilis via REUTERS)
ARSIP - Citra satelit yang dirilis CSIS Asia Maritime Transparency Initiative lewat Reuters tanggal 27 Maret 2017 menunjukkan proyek pembangunan di Fiery Cross Reef, di Spratly Islands, di kawasan Laut China Selatan yang menjadi sengketa (foto: CSIS/AMTI DigitalGlobe/Rilis via REUTERS)

Bulan lalu, ke-7 negara paling maju di dunia mengeluarkan peringatan atas militerisasi di Laut China Selatan, dimana Beijing membangun daratan-daratan kecil untuk pesawat tempur dan sistem radar.

Diatas kertas, ke-7 negara paling maju di dunia memperingatkan bulan lalu atas militerisasi di Laut China Selatan, dimana Beijing membangun daratan-daratan kecil untuk pesawat tempur dan sistem radar.

Tetapi menurut analis, Jepang yang mendesak G7 agar menerbitkan peringatan itu.

G7 meliputi Jepang dan juga Amerika serta beberapa negara Eropa Barat, mengungkapkan keprihatinan terhadap situasi di Laut China Selatan dan Timur dalam komunike bersama di Italia pada 27 Mei. “G7 sangat menentang tindakan unilateral yang bisa meningkatkan ketegangan, dan kami mendesak semua pihak untuk melakukan demiliterisasi.”

Jepang memiliki kepentingan khusus dalam pertikaian ini, meskipun pihaknya tidak mengklaim samudra ini namun bersaing dengan Beijing untuk meraih dukungan dari negara-negara Asia Tenggara yang juga punya klaim atas perairan ini.

Selain itu, Jepang dan China bertikai seputar sebuah jalur di Laut China Timur, timur dari Shanghai. Tokyo mengendalikan daerah yang dipertikaikan dan menguasai delapan pulau tidak berpenduduk disana. [jm]

XS
SM
MD
LG