China akan terus berusaha memperkuat persahabatan dengan Filipina, yang dipandangnya sekutu baru yang berharga di Asia Tenggara, walaupun presiden Filipina mengatakan bahwa pemimpin tertinggi Beijing pernah mengancam perang atas wilayah laut yang disengketakan, kata para analis.
Duterte mengatakan kepada satuan pengawal pantai Filipina tanggal 19 Mei bahwa Presiden China Xi Jinping bulan ini mengancam perang kalau Filipina memaksakan masalah kedaulatan atas kepulauan Spratly di Laut China Selatan, menurut laporan media yang luas di Filipina.
“Mereka tidak dapat mengatakan apapun, karena mereka tidak akan kelihatan baik,” kata Jay Batongbacal, direktur Institut Masalah Maritim dan Hukum Laut di Universitas Filipina di Metro Manila. “Jadi, saya kira sulit bagi mereka dan kemungkinan mereka tidak akan mengatakan apapun dan akan menghindarinya sama sekali.”
Beijing mengklaim kira-kira 90 persen Laut China Selatan seluas 3,5 juta kilometer per-segi itu, termasuk kepulauan Spratly. Klaim tersebut tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif Filipina, Brunei, Malaysia dan Vietnam. Xi dan Duterte sedang membicarakan tentang pengeboran minyak di Spratlys pada pertemuan di Beijing ketika Xi mengeluarkan ancaman tadi, kata media Filipina.
China kemungkinan tidak menghendaki ucapan perang itu terungkap dan para pakar politik mengatakan Beijing kemungkinan akan berbicara lebih berhati-hati dengan pemerintahan Duterte di masa depan. [gp]