Pemerintah Jepang berusaha menenangkan pasar dan bisnis menyusul gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan.
Pada hari Senin, Bank Sentral Jepang mengedarkan 183 miliar dolar ke pasar uang, mempertahankan bunga pinjaman utama pada tingkat sangat rendah dan memastikan bahwa bank-bank memiliki likuiditas cukup untuk kegiatan darurat dan pembangunan kembali.
Tindakan ini juga dilakukan sementara para investor menurunkan indeks saham Nikei lebih dari enam persen dalam penjualan saham besar-besaran. Produsen mobil, bank dan bisnis elektronik menderita kerugian besar. Lembaga peringkat Standard & Poor's mengatakan gempa akan berdampak ekonomi negatif tetapi terbatas, tapi memperingatkan bahwa lingkup kerusakan akibat bencana ini belum diketahui sepenuhnya.
Saham General Electric yang membuat reaktor nuklir sangat dirugikan oleh gempa ini, dan turun sekitar tiga persen dalam perdagangan awal di Amerika. Perusahaan ini telah menawarkan untuk membantu Jepang dalam menanggapi krisis nuklir disana.
Bencana ini terjadi saat Jepang sedang berusaha mengatasi pertumbuhan ekonomi yang rendah dan hutang pemerintah yang besar.
Pakar ekonomi mengatakan tingkat pertumbuhan negara itu kemungkinan akan turun sementara bisnis dan industri menghadapi kekurangan tenaga listrik, sarana transportasi yang rusak dan masalah lainnya. Tetapi mereka juga mengatakan dalam jangka panjangnya, kebutuhan untuk membangun kembali kota-kota dan infrastruktur yang rusak di daerah yang terkena bencana akan merangsang ekonomi dan memperbaiki pertumbuhan.