Masa jabatan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dapat berumur pendek, sementara Partai Demokrat Liberal-nya (LDP) bisa kehilangan suara mayoritas. Demikian hasil jajak pendapat baru-baru ini oleh surat kabar Yomiuri Shimbun dan Asahi Shimbun, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Pemilihan umum di Jepang akan diselenggarakan pada hari Minggu (31/10).
Meski diproyeksikan kehilangan suara di majelis rendah parlemen, partai itu kemungkinan besar tetap berkuasa bersama mitranya dalam koalisi Komeito, Reuters melaporkan.
Kishida dilaporkan menetapkan target koalisi untuk memperoleh mayoritas 233 kursi majelis rendah dari total 465 kursi – jauh di bawah 276 kursi yang diduduki LDP sebelum pemilu diadakan.
Jika gagal, Kishida terancam digulingkan LDP sebelum pemungutan suara majelis tinggi tahun depan, menurut Reuters.
Kishida menjabat sebagai perdana menteri Jepang sejak 4 Oktober lalu, setelah parlemen memilihnya, menyusul pemilihan ketua LDP putaran kedua pada 29 September.
Pemilu hari Minggu nanti menjadi pemilu Jepang yang paling tidak pasti sejak LDP kembali berkuasa di bawah kepimpinan Shinzo Abe pada 2012 – kemenangan yang menjadi awal dari kepemimpinan terlama seorang perdana menteri dalam sejarah Jepang dan mengakhiri kebuntuan kebijakan selama bertahun-tahun yang disebabkan oleh pendeknya masa kepemimpinan para perdana menteri sebelumnya.
Abe mengundurkan diri tahun lalu setelah jatuh sakit dan digantikan oleh Yoshihide Suga, yang mengundurkan diri pada September karena penilaian buruk terhadap penanganan pandemi virus corona yang dilakukan pemerintahannya.
Sekitar 40% pemilih Jepang dilaporkan masih ragu-ragu. Ditambah rendahnya perkiraan jumlah pemilih yang akan berpartisipasi dalam pemilu – salah satu yang terendah pascaperang, hasil pemilu kali ini belum bisa ditebak.
Jika terpilih, Reuters melaporkan, Kishida diperkirakan akan mendorong pembukaan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir negara itu yang ditutup setelah bencana Fukushima. [rd/ka]