Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kesepakatan untuk mengembalikan sandera yang ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza telah tercapai. Kemajuan itu menghilangkan hambatan menuju gencatan senjata yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama 15 bulan antara kedua belah pihak.
Sebuah pernyataan yang dirilis pada Jumat (17/1) pagi oleh kantor perdana menteri mengatakan Netanyahu "diberi tahu oleh tim perunding bahwa kesepakatan untuk membebaskan para sandera telah dicapai." Pernyataan itu menambahkan bahwa Kabinet keamanan politik Netanyahu akan bertemu pada Jumat untuk menyetujui kesepakatan tersebut.
Jika disetujui, perjanjian gencatan senjata akan dimulai pada Minggu (19/1) dengan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina. Setelah pertukaran tuntas, syarat-syarat penghentian konflik secara permanen akan diselesaikan.
Namun, dua perkembangan pada Kamis (16/1) tampaknya mengancam dimulainya gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Pertama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh para militan mundur dari beberapa bagian perjanjian.
Sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu mengatakan Hamas berusaha untuk "memeras untuk mendapatkan konsesi pada menit-menit terakhir."
Kantor Netanyahu menuduh Hamas mundur dari pemahaman yang menurutnya akan memberi Israel hak veto mengenai pembebasan tahanan Palestina yang dihukum karena pembunuhan dengan imbalan sandera yang ditahan oleh kelompok yang ditetapkan sebagai kelompok teror oleh Amerika tersebut.
Tak lama kemudian, Izzat al-Rishq, seorang pejabat senior Hamas membantah klaim tersebut, dan mengatakan bahwa kelompok militan tersebut "berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata, yang diumumkan oleh para mediator."
Kedua, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir mengatakan dia akan mengundurkan diri dari pemerintahan Netanyahu jika pemerintahan tersebut meratifikasi perjanjian gencatan senjata. Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, dia mengatakan kesepakatan itu “sembrono” dan akan “memupus pencapaian perang.”
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan pada Kamis bahwa ia yakin gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera yang disetujui oleh Israel dan Hamas akan dimulai sesuai jadwal pada Minggu (19/1).
Bahkan dengan kemungkinan gencatan senjata akan dilaksanakan dalam beberapa hari lagi, petugas medis Palestina mengatakan pasukan Israel masih melancarkan serangan udara pada Kamis (16/1) di Gaza, hingga menewaskan sedikitnya 77 orang.
Jika gencatan senjata berhasil dilaksanakan, badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan mereka siap untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke warga Palestina di Gaza. Menurut PBB, setidaknya 1,9 juta dari 2,3 juta orang yang tinggal di Gaza telah mengungsi dan 92 persen rumah telah hancur.
Perang di Gaza dimulai ketika Hamas mengerahkan para kombatannya ke wilayah Israel dalam serangan teror pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan menyebabkan penculikan sekitar 250 sandera. Dari para sandera tersebut, hanya kurang dari 100 orang yang diperkirakan masih berada dalam tahanan Hamas, tetapi sekitar sepertiganya diyakini telah tewas.
Pihak berwenang Gaza mengatakan hampir 47.000 warga Palestina – kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan – tewas dalam operasi militer Israel. Israel, tanpa memberikan bukti, mengatakan jumlah korban tewas termasuk 17.000 militan yang dibunuhnya. [ft/rs]
Beberapa informasi mengenai berita ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.