Tautan-tautan Akses

Reaksi PBB dan Amnesty International atas Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza


Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina
Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina

Pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina pada hari Kamis (16/1) menggambarkan pemboman berkelanjutan di Gaza setelah pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sebagai tindakan “iktikad yang sangat buruk.”

Berbicara melalui tautan video ke konferensi pers di Roma, Francesca Albanese mengatakan bahwa dia “gembira” bahwa warga Palestina mungkin dapat kembali ke keadaan normal, dan lega bahwa sandera Israel dapat dibebaskan sebagai hasil dari perjanjian gencatan senjata.

Diumumkan pada hari Rabu (15/1), kesepakatan tersebut akan membebaskan sejumlah sandera yang ditahan di Gaza dan menghentikan pertempuran dengan tujuan untuk mengakhiri perang selama 15 bulan yang telah mengguncang Timur Tengah.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa “krisis menit terakhir” dengan Hamas menghambat persetujuan Israel atas perjanjian tersebut.

Belum jelas apakah pernyataan Netanyahu itu hanya mencerminkan upaya untuk menjaga agar koalisinya yang terpecah tetap bersatu atau apakah kesepakatan tersebut berisiko gagal.

Sementara, dalam konferensi di Roma, kepala kampanye Amnesty International di Italia, Tina Marinari, mengakui kesepakatan itu merupakan titik awal tetapi ia memperingatkan bahwa kesepakatan itu “sudah terlambat.”

“Kami berharap gencatan senjata ini berarti bahwa penyeberangan perbatasan ke Jalur Gaza akan dibuka kembali, bahwa kebutuhan pokok—obat-obatan, bahan bakar, air bersih, listrik—akan terjamin,” katanya.

“Kehidupan harus dipulihkan di Gaza.”

Amnesty International merilis laporan pada tanggal 5 Desember yang menuduh Israel melakukan genosida di Jalur Gaza selama perangnya dengan Hamas, dengan mengatakan bahwa Israel telah berusaha untuk secara sengaja menghancurkan warga Palestina dengan melancarkan serangan mematikan, menghancurkan infrastruktur vital, dan mencegah pengiriman makanan, obat-obatan, dan bantuan lainnya.

Israel membantah tuduhan tersebut.

Hamas memicu perang dengan serangan lintas perbatasan pada tanggal 7 Oktober 2023 ke Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang lainnya.

Israel menanggapi dengan serangan dahsyat yang telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat, yang tidak membedakan antara warga sipil dan militan tetapi mengatakan wanita dan anak-anak merupakan lebih dari separuh dari mereka yang tewas.

Israel mengatakan telah menewaskan lebih dari 17.000 milisi Hamas, tanpa memberikan bukti. [lt/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG