Presiden Iran Hassan Rouhani, Rabu (24/7), mengisyaratkan Iran kemungkinan membebaskan kapal berbendera Inggris yang ditahannya, jika Inggris mengambil tindakan serupa, yakni membebaskan kapal tanker minyak Iran yang ditahan Angkatan Laut Inggris di lepas pantai Gibraltar sebelumnya bulan ini.
Pernyataan Rouhani ini kemungkinan akan membuka pintu bagi perundingan untuk meredakan ketegangan setelah Boris Johnson menjabat sebagai perdana menteri. Namun hingga kini belum jelas bagaimana pemerintah yang baru itu akan menanggapi usulan Rouhani atau kebuntuan dengan Iran.
“Kami tidak ingin ketegangan dengan negara-negara Eropa berkelanjutan,” kata Rouhani dalam pernyataan di situs internetnya. “Seandainya mereka berkomitmen pada kerangka kerja internasional dan menghentikan tindakan-tindakan keliru mereka, termasuk yang mereka lakukan di Gibraltar, mereka akan mendapat tanggapan yang sepadan.”
Inggris pekan ini mengumumkan rencana untuk membentuk dan mengerahkan misi perlindungan maritim pimpinan Eropa, untuk mengamankan jalur pengapalan di kawasan Teluk Persia, setelah Garda Revolusi Iran menahan kapal "Stena Impero" di Selat Hormuz, Jumat (19/7).
Rouhani mengatakan, sementara tidak menginginkan konflik militer, Iran tidak akan membiarkan adanya ancaman keamanan di perairan pentingnya. Ia menggambarkan tindakan Iran menyita kapal itu "profesional dan berani".
Para pejabat Iran mengatakan, mereka menahan "Stena Impero" karena kapal itu melanggar hukum maritim internasional. Kapal itu mematikan sinyal lebih lama dari yang seharusnya dan melintasi jalur yang keliru.
Namun sejumlah pejabat Iran juga menyiratkan, bahwa kapal itu ditahan sebagai tanggapan atas peran Inggris dalam penyitaan kapal supertanker Iran di lepas pantai Gibraltar. Inggris mengatakan kapal itu dicurigai melanggar sanksi karena mengirim minyak mentak ke Suriah. [ab/uh]