Para pejabat Inggris sedang menyusun rencana untuk menarget Iran dengan sanksi karena menangkap kapal tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz, dan Inggris mungkin akan mendesak negara-negara Uni Eropa untuk menerapkan kembali sanksi yang dicabut pada 2016 sebagai imbalan bagi kesediaan Iran untuk mengekang program nuklirnya.
Pemerintah Inggris dalam tekanan kuat dari anggota Parlemen untuk bertindak tegas dalam pertikaian diplomatik yang meningkat tajam antara kedua negara, namun kecaman juga semakin meningkat di Parlemen mengenai kurangnya perlindungan bagi kapal tanker Inggris di Selat itu.
Perdana Menteri Inggris Theresa May, yang akan mengakhiri jabatannya, disalahkan oleh beberapa anggota parlemen dan pejabat militer karena gagal menyetujui sistem patroli maritim bersama yang dianjurkan AS kepada Inggris dan angkatan laut Eropa lainnya untuk dibentuk bersama Amerika.
Downing Street (Kantor PM Inggris) itu berpandangan jika Inggris bergabung dengan "koalisi angkatan laut" yang diusulkan Amerika maka akan dipandang mendukung pendekatan garis keras Presiden Donald Trump terhadap Iran, demikian dikatakan pejabat Inggris dan AS.
Menteri Pertahanan Inggris Tobias Ellwood pada hari Minggu (21/7) mengatakan kepada media Inggris sedang mencari cara untuk menjatuhkan sanksi terhadap Iran atas penyitaan kapal tanker Stena Impero yang berbendera Inggris dan milik Swedia serta 23 awaknya. Sanksi-sanksi bisa mencakup pembekuan aset Iran.
Ditanya mengenai sanksi, Ellwood mengatakan, "Kita akan mempertimbangkan serangkaian pilihan."
Pada hari Minggu, rekaman-rekaman audio baru juga dirilis oleh Garda Revolusi Iran dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris keduanya memberikan instruksi kepada kapal tanker berbendera Inggris itu, dengan Iran memerintahkan kapten kapal untuk mengubah arah. Seorang perwira Iran bisa didengar mengatakan, "Jika Anda patuh, Anda akan selamat." (my/al)