Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi-Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Eddy Supriyadi mengatakan di antara 80 juta anak di Indonesia, ditaksir terdapat 10 ribu kasus kanker baru pada anak setiap tahun. Dari jumlah itu, baru dua ribu kasus atau 20 persen di antaranya yang terdeteksi dan ditangani di fasilitas-fasilitas kesehatan yang memadai.
“Artinya di situ ada sarana kesehatan, ada dokter, dengan ada fasilitas-fasilitas pendukung yang sering kita sebut dengan supportive care, meliputi tempatnya, gedungnya, farmasinya,” jelas Eddy Supriyadi dalam media briefing bertema Kanker pada Anak, Selasa (4/2) secara daring.
Menurut Eddy Supriyadi, tantangan penanganan kanker anak adalah masih terjadinya kesenjangan keberadaan fasilitas kesehatan yang melayani kanker anak di Indonesia. Terdapat 15 pusat layanan kanker di Indonesia yang sebagian besar berada di Pulau Jawa.
“Kalau kita lihat semuanya bergerak atau menempel di Pulau Jawa yang kita tahu memang 60 persen dari penduduk Indonesia hidup di Jawa, tetapi kita lihat di sini di Kalimantan misalnya hanya ada dua center (Pusat Layanan Kanker-red) satu di Balikpapan yang kedua di Banjarmasin, hanya ada dua center satu di Sulawesi Utara di Manado yang satu di Makassar,” ungkap Eddy Supriyadi.
Hingga kini fasilitas kesehatan yang melayani kanker belum tersedia di Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Tingkat Kesintasan Kanker Anak Sebesar 25 Persen
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018 mencanangkan program Inisiatif Global untuk Kanker Anak untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup anak-anak penderita kanker di seluruh dunia hingga setidaknya 60 persen pada tahun 2030. Di negara-negara maju tingkat survival atau kesintasan terhadap kanker hampir 80 persen namun di negara-negara berkembang hanya 20 hingga 25 persen.
Di Indonesia tingkat kesintasan kanker anak sebesar 25 persen yang diharapkan dapat naik menjadi 50 persen pada 2030.
Kesintasan adalah persentase individu yang masih hidup dalam suatu kelompok yang menderita penyakit tertentu.
“Jadi WHO mencanangkan ada enam jenis kanker utama anak yang tujuannya adalah di akhir tahun 2030 survival-nya akan mencapai 60 persen. Di Indonesia sendiri kita sudah menghitung bahwa dengan basic bahwa survival kita sekarang 25 persen, kita tidak berani mencanangkan setinggi itu, kalau melihat realitasnya kita rencanakan di akhir 2030 nanti kira-kira hanya 50% survival yang kita bisa targetkan,” kata Eddy.
Deteksi Dini Kanker Pada Anak
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan salah satu kunci penting dari pencegahan kanker dilakukan dengan deteksi dini sehingga kanker dapat terdiagnosis secara dini dan dilakukan terapi lebih awal. Upaya pemerintah yang mencanangkan pemeriksaan kesehatan gratis setiap seseorang berulang tahun disebut Piprim dapat menjadi salah satu kesempatan untuk dilakukan deteksi dini kanker pada anak.
“Prognosis penyakit kanker yang bisa dikenali dini dan diterapi sejak awal tentu saja jauh lebih baik daripada penyakit kanker stadium akhir atau stadium lanjut yang tidak terdeteksi di awal-awal gejala klinis yang muncul,” kata Piprim.
Piprim mendorong deteksi dini tidak saja dapat dilakukan di kota-kota besar yang memiliki fasilitas kesehatan yang lebih baik, tetapi juga bagi anak-anak di daerah-daerah terpencil.
Komunitas juga perlu berperan untuk mendukung anak-anak yang terdeteksi terjangkit kanker untuk mendapat pengobatan.
“Anak-anak kita perlu kita kawal apabila memang sudah terjangkit kanker ini tentu saja butuh support dari lingkungannya, dari komunitasnya, karena biasanya tidak hanya anak yang sakit satu keluarga itu juga bisa menjadi sakit karena pengobatan kanker ini memang sangat menyita waktu untuk berobat ya juga menyita dana dan sebagainya,” ujar Piprim.
Merujuk Situs Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan RI 2024, limfoma dan leukemia merupakan dua jenis kanker yang paling banyak diderita oleh anak-anak di Indonesia. Menurut data Globocan tahun 2020, penderita kanker anak berjumlah 11.156.
Dari angka itu, leukemia menempati posisi pertama sebesar 34,8 persen, kanker getah bening dan kanker otak masing sebanyak 5,7 persen. Berdasarkan data WHO 2021, kanker anak yang dapat disembuhkan di Indonesia kurang dari 30 persen kasus. Hal ini umumnya disebabkan oleh keterlambatan diagnosis karena gejala dini kanker anak tidak dikenali, sehingga pengobatan tidak optimal. [yl/ab]
Forum