Tautan-tautan Akses

Genap 12 Tahun Paus Fransiskus Pimpin Gereja Katolik, Masa Depan Kepimpinannya Tak Pasti


Seorang perempuan meletakkan lilin di patung mendiang Paus Yohanes Paulus II di Rumah Sakit Gemelli, tempat Paus Fransiskus dirawat karena pneumonia, di Roma, 12 Maret 2025. (Foto: Guglielmo Mangiapane/Reuters)
Seorang perempuan meletakkan lilin di patung mendiang Paus Yohanes Paulus II di Rumah Sakit Gemelli, tempat Paus Fransiskus dirawat karena pneumonia, di Roma, 12 Maret 2025. (Foto: Guglielmo Mangiapane/Reuters)

Paus Fransiskus itu sempat sakit kritis saat berjuang melawan pneumonia di kedua paru-parunya saat di rumah sakit Gemelli di Roma, tempat ia dirawat sejak 14 Februari.

Paus Fransiskus menandai 12 tahun sebagai kepala Gereja Katolik pada Kamis (13/3). Meski tampaknya sudah pulih setelah dirawat selama sebulan di rumah sakit, tetapi kesehatannya masih belum bisa menjamin masa depannya.

Paus berusia 88 tahun itu sempat sakit kritis saat berjuang melawan pneumonia di kedua paru-parunya saat di rumah sakit Gemelli di Roma, tempat ia dirawat sejak 14 Februari.

Situasi Paus asal Argentina itu telah membaik sejak saat itu, dan Vatikan juga sudah mengonfirmasi kondisinya stabil pada Rabu (12/3) malam. Kini, pembicaraan beralih pada kapan ia akan diperbolehkan pulang.

Namun, rawat inapnya, yang merupakan yang terlama dan paling menegangkan selama masa kepausannya, telah menimbulkan keraguan serius tentang kemampuannya untuk memimpin hampir 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

Mengurangi Kegiatan

Sebelum jatuh sakit, Fransiskus bersikeras untuk tidak mengalah pada usianya atau kesehatannya yang semakin rapuh, yang membuatnya mulai menggunakan kursi roda sejak tiga tahun lalu.

Dia memiliki jadwal harian yang padat yang diselingi dengan perjalanan ke luar negeri yang sering, terutama tur 12 hari ke kawasan Asia-Pasifik pada September. Dalam lawatan itu, dia memimpin misa terbuka yang besar.

Namun, para ahli mengatakan pemulihannya bisa memakan waktu berminggu-minggu mengingat usianya dan masalah kesehatan yang berulang, yang tidak terbantu oleh pengangkatan sebagian paru-parunya saat dia masih muda.

"Sisa masa kepausannya masih menjadi tanda tanya untuk saat ini, termasuk bagi Fransiskus sendiri," kata Pastor Michel Kubler, seorang ahli Vatikan dan mantan pemimpin redaksi surat kabar keagamaan Prancis, La Croix.

"Dia tidak tahu seperti apa hidupnya nanti setelah kembali ke Vatikan. Jadi, tidak diragukan lagi, dia memiliki pilihan untuk mengundurkan diri jika dia tidak mampu lagi," katanya kepada AFP.

Fransiskus selalu membuka peluang untuk mengundurkan diri jika kesehatannya memburuk, mengikuti jejak Benediktus XVI. Ketika mundur pada 2013, Benediktus XVI menjadi paus pertama sejak Abad Pertengahan yang mengundurkan diri secara sukarela.

Namun, biarawan Yesuit itu baru-baru ini membuang jauh-jauh gagasan itu, dan menegaskan bahwa pekerjaannya berlaku seumur hidup.

Selama di rumah sakit, Fransiskus telah mendelegasikan misa kepada para kardinal senior, tetapi tetap bekerja, termasuk menandatangani dekrit dan menerima kunjungan rekan dekat.

Namun, ia telah melewatkan satu bulan acara untuk Yubelium 2025, tahun suci yang diselenggarakan oleh Paus. Tahun suci itu diperkirakan akan menarik 30 juta peziarah tambahan ke Roma dan Vatikan.

Dan sulit untuk membayangkan ia akan cukup sehat untuk memimpin program acara penuh untuk Paskah, periode paling suci dalam kalender Kristen yang akan berlangsung kurang dari enam minggu lagi.

Banyak yang percaya bahwa Fransiskus, yang tidak terlihat di depan umum sejak ia dirawat di rumah sakit, harus mengubah arah.

"Ini adalah akhir dari kepausan seperti yang kita ketahui, sampai sekarang," kata Kubler. [ft/rs]

XS
SM
MD
LG