Tautan-tautan Akses

Drone Pengangkut Defibrilator Mampu Bantu Kondisi Darurat Penderita Penyakit Jantung


ARSIP – Foto menunjukkan sebuah drone di lokasi pengujian di Lincoln,Nebraska. Sebuah studi eksperimental di Swedia menyatakan drone yang dilengkapi alat defibrilator jantung dapat membantu mempersingkat waktu respon untuk insiden henti jantung di luar rumah sakit (foto: AP Photo/Nati Harnik, Arsip)
ARSIP – Foto menunjukkan sebuah drone di lokasi pengujian di Lincoln,Nebraska. Sebuah studi eksperimental di Swedia menyatakan drone yang dilengkapi alat defibrilator jantung dapat membantu mempersingkat waktu respon untuk insiden henti jantung di luar rumah sakit (foto: AP Photo/Nati Harnik, Arsip)

Penggunaan drone untuk mengangkut alat defibrilator jantung sedang diuji coba dengan harapan lebih banyak nyawa yang akan dapat terselamatkan.

Kedengarannya futuristik: drone mengangkut alat defibrilator jantung menghampiri untuk membantu pejalan kaki memulihkan orang yang mengalami henti jantung.

Para peneliti menguji gagasan dan menemukan drone tiba di lokasi kejadian 18 insiden henti jantung dalam waktu lima menit setelah diluncurkan. Waktu tersebut rata-rata lebih cepat 17 menit dibandingkan ambulan – sangat berarti untuk kondisi dimana hitungan menit dapat bermakna hidup atau mati.

Alat-alat yang dikirim oleh Drone tidak digunakan pada pasien pada studi pendahuluan, namun hasilnya “cukup berarti” dan membuktikan bahwa gagasan tersebut layak digali, ujar Dr. Clyde Yancy, mantan ketua American Heart Association yang tidak terlibat dalam studi ini.

Henti jantung adalah sebab utama kematian di seluruh dunia, yang telah merenggut nyawa lebih dari 6 juta orang setiap tahunnya. Sebagian besar insiden terjadi di rumah atau di lingkungan non medis lainnya, dan sebagian besar pasien tidak mampu bertahan hidup.

“Sembilan puluh persen orang yang ambruk di luar rumah sakit tidak bisa bertahan. Ini adalah krisis dan saatnya kita melakukan sesuatu yang berbeda untuk mengangkat permasalahan ini,” ujar Yancy, kepala bidang kardiologi di sekolah kedokteran di Northwestern University di Chicago.

Para peneliti mencapai kesimpulan yang sama setelah menganlisis data kasus henti jantung di Swedia, dengan fokus pada kota dekat Stockholm yang tidak memiliki cukup sumber fasilitas darurat medis untuk melayani para wisatawan selama musim panas. Analisis menemukan waktu untuk merespon keadaan darurat hampir 30 menit dan tingkat kemampuan pasien bertahan hidup nol, ujar peneliti utama Andreas Claesson, seorang peneliti di the Center for Resuscitation Science di Karolinska Institute yang berada di Stockholm.

Untuk mengetahui apakah perawatan dapat ditingkatkan lagi, tim Claesson berpaling ke drone.

Drone semakin sering diuji atau digunakan dalam berbagai macam lingkungan, termasuk mengirim barang-barang eceran ke konsumen di daerah-daerah terpencil, untuk mencari pendaki yang hilang, dan membantu polisi memantau lalu-lintas atau kerumunan orang. Menggunakan drone untuk mempercepat perawatan medis tampaknya langkah berikut yang lebih logis, ujar Claesson.

Studi ini dilakukan bulan Oktober lalu dan dipublikasikan hari Selasa di the Journal of the American Medical Association.

Bukan serangan jantung

Lebih dari 350.000 warga Amerika mengalami henti jantung di lingkungan non-medis tahun lalu, ujar American Heart Association. Kondisi ini sering rancu dengan serangan jantung, meskipun mereka adalah dua kondisi yang berbeda.

Serangan jantung terjadi ketika ada sumbatan atau hambatan yang menghentikan aliran darah ke jantung. Sementara henti jantung terjadi ketika denyut listrik yang mengatur ritme pompa jantung tiba-tiba bermasalah. Denyut jantung tiba-tiba tidak beraturan atau berhenti, mencegah darah mencapai organ-organ vital. Kematian dapat terjadi dalam hitungan menit tanpa adanya perawatan atau usaha untuk memulihkan denyut jantung normal, yang lebih ideal adalah resusitasi jantung dan penggunaan defibrilator.

Para peneliti menggunakan sebuah defibrilator jantung berukuran kecil yang berbobot kurang dari satu kilogram, dengan fitur suara elektronik yang memberikan instruksi cara penggunaan alat. Alat itu dikaitkan ke drone berukuran kecil dengan empat baling-baling, sebuah GPS, dan kamera.

Mereka meluncurkan drone tersebut dari sebuah stasiun pemadam kebakaran yang terletak dalam jarak 10 kilometer dari rumah-rumah orang yang pernah mengalami insiden henti jantung.

Dalam sebuah rekaman video dari studi simulasi penyelamatan, sebuah drone melayang di atas atap perumahan dan kemudian mendarat dengan mulus di halaman belakang. Seorang pria berlari keluar dari rumah, dan mengambil alat defibrilator dan membawanya ke dalam rumah.

Selama uji coba tidak ada drone yang jatuh atau insiden lainnya, ujar Claesson. Ia merencanakan studi lebih lanjut untuk menguji pengiriman defibrilator lewat drone ke pejalan kaki untuk digunakan dalam situasi henti jantung yang nyata.

Hasil uji coba menunjukkan “potensi yang menjanjikan untuk penyelamatan nyawa,” ujarnya. [ww]

XS
SM
MD
LG