Tautan-tautan Akses

Deplu Amerika Kembali Cap Houthi sebagai ‘Organisasi Teroris Asing’


Para pendukung Houthi mengangkat senjata sambil meneriakkan slogan-slogan selama unjuk rasa anti-AS dan anti-Israel di Sanaa, Yaman (foto: dok).
Para pendukung Houthi mengangkat senjata sambil meneriakkan slogan-slogan selama unjuk rasa anti-AS dan anti-Israel di Sanaa, Yaman (foto: dok).

Departemen Luar Negeri pada hari Selasa (4/3) memberlakukan kembali sebutan “organisasi teroris asing” untuk kelompok Houthi Yaman yang didukung Iran, memenuhi perintah yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump tidak lama setelah ia menjabat.

Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengumumkan bahwa departemennya telah mengembalikan sebutan itu, yang disertai sanksi dan hukuman bagi siapa pun yang memberikan “dukungan material” untuk kelompok tersebut.

“Sejak 2023, Houthi telah melancarkan ratusan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, serta anggota angkatan bersenjata AS yang membela kebebasan navigasi dan mitra-mitra regional kami,” kata Rubio dalam sebuah pernyataan. “Baru-baru ini, Houthi menyelamatkan kapal-kapal berbendera China sambil menarget kapal-kapal Amerika dan sekutu.”

Kelompok Houthi telah menarget lebih dari 100 kapal dagang di koridor perdagangan penting tersebut dengan rudal dan drone sejak perang Israel-Hamas di Jalur Gaza dimulai pada Oktober 2023. Pada bulan Januari, kelompok tersebut mengisyaratkan bahwa mereka akan membatasi serangannya di koridor Laut Merah hanya untuk kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel setelah gencatan senjata dimulai di Jalur Gaza, tetapi juga memperingatkan bahwa serangan yang lebih luas dapat dilanjutkan jika diperlukan.

Pemerintahan Trump pada masa jabatan pertamanya telah menetapkan kelompok Houthi sebagai “organisasi teroris asing” pada hari-hari terakhirnya, tetapi penetapan tersebut telah dicabut oleh pemerintahan Presiden Joe Biden karena kekhawatiran bahwa hal itu akan berdampak buruk pada pengiriman bantuan ke Yaman, yang dianggap menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bulan lalu bahwa badan itu menangguhkan operasi kemanusiaannya di kubu pemberontak Houthi Yaman setelah kelompok itu menahan delapan staf PBB lainnya.

Pemberontak Houthi dalam beberapa bulan terakhir telah menahan puluhan staf PBB, serta orang-orang yang terkait dengan kelompok bantuan, masyarakat sipil, dan Kedutaan Besar AS yang pernah dibuka di Sanaa, ibu kota Yaman. Belum ada satu pun staf PBB yang dibebaskan.

Houthi yang didukung oleh Iran telah memerangi pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, yang didukung oleh koalisi yang dipimpin Saudi, sejak 2014, ketika kelompok itu turun dari benteng mereka di Saada dan menguasai Sanaa dan sebagian besar bagian utara Yaman. [lt/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG