Tautan-tautan Akses

Densus 88 Antiteror Tangkap DPO Jaringan Teroris Cirebon


Mayjen Polisi Anton Bachrul Alam saat menunjukkan foto pembom gereja di Solo, Pino Damayanto sesudah tewas (kiri) dan foto saat masih hidup dalam jumpa pers di Jakarta (27/9).
Mayjen Polisi Anton Bachrul Alam saat menunjukkan foto pembom gereja di Solo, Pino Damayanto sesudah tewas (kiri) dan foto saat masih hidup dalam jumpa pers di Jakarta (27/9).

Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri hari Sabtu (8/10) menangkap empat orang tersangka teroris, seorang ditangkap di Jakarta, sementara tiga lainnya ditangkap di sebuah rumah di kawasan Bekasi.

Juru Bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam mengatakan, keempat orang yang ditangkap di Jakarta dan Bekasi itu tengah menjalani pemeriksaan oleh Tim Densus 88.

Penangkapan terduga teroris dilakukan polisi di sebuah rumah, di Jalan Pondok Cipta Raya Blok E No. 167, Bintara, Bekasi Barat. Dari penggerebekan itu,polisi membawa dua lak-laki dan seorang perempuan. Sedangkan di Pasar Senen Jakarta Pusat, Tim Densus 88 menangkap satu orang yang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) kasus bom Cirebon atas nama Heru Komarudin alias Haikal alias Udin.

Irjenpol Anton Bachrul Alam mengatakan,. "Tadi malam jam 01:00, kita berhasil menangkap DPO (Daftar Pencarian Orang) kita yang bernama Heru Komaruddin. Yang bersangkutan ditangkap di daerah Pasar Senen.”

Anton menjelaskan, dari penangkapan DPO Heru Komaruddin alias Haikal alias Udin di Pasar Senen Jakarta, polisi berhasil melakukan pengembangan dan menangkap terduga lainnya di Bekasi.

“Kemudian pada malam itu juga setelah kita kembangkan, kami juga menangkap seorang tersangka lainnya yang berinisial B. B ini setelah kita cek berada di Bekasi di Bintara, disana dia tinggal dengan yang punya rumah yang berinisial Y . maka untuk itu dari hubungan antara Heru dengan saudara B, tentu kita minta keterangan. Sehingga saudara B dan istrinya, dan saudara Y dengan istrinya, juga kita minta keterangan," papar Anton.

Heru Komarudin diduga kuat ikut membantu aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh M. Syarif di Masjid At-Taqwa di Markas Polres Cirebon Kota, bulan April lalu.

Sementara, yang ditangkap polisi di Bintara, Bekasi, merupakan orang- orang yang rumahnya ditinggali oleh Beni Asri. Beni Asri adalah tersangka kasus terorisme yang ditangkap polisi di Solok, Sumatera Barat pekan lalu.

Anggota Densus 88 dalam salah satu latihan operasi penyergapan (foto: dok).
Anggota Densus 88 dalam salah satu latihan operasi penyergapan (foto: dok).

Sampai sekarang, Mabes Polri menyatakan telah berhasil menangkap 3 orang tersangka teroris pada kasus bom bunuh diri Cirebon, sementara 3 lainnya masih buron.

Sebelumnya, Mabes Polri memastikan pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton, Solo September lalu (25/9) adalah Vino Damayanto alias Ahmad Yosepa Hayat alias Raharjo alias Hayat. Kepastian itu disampaikan setelah mengidentifikasi pelaku yang tewas di Solo itu melalui uji forensik. Aksi bom bunuh diri Solo dinyatakan terkait jaringan teroris Cirebon.

Sejumlah kalangan terutama organisasi kepemudaan mengutuk aksi terorisme yang terus melanda Indonesia. Gerakan Pemuda Ansor bersama sejumlah organisasi kepemudaan Kristen di Jakarta baru-baru ini menyerukan kalangan muda bersatu dan menyatakan perang melawan terorisme .

Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Nusron Wahid mengatakan, “Aksi ini jelas-jelas kita nyatakan aksi orang biadab yang tidak bermoral, tidak bermartabat. Jelas-jelas melukai integrasi bangsa, melukai makna kebhinekaan, dan harmoni Pancasila.”

Sementara, Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM) Lazuardi Birru, suatu lembaga yang menyorot isu radikalisme dan terorisme pekan lalu melaporkan hasil riset mereka. Peneliti dari organsasi itu menyatakan, indeks radikalisme mengalami penurunan di Indonesia. Ketua Lazuardi Birru, Dyah Madya mengatakan, Pulau Jawa menjadi salah satu wilayah dengan tingkat kerawanan yang tinggi dari tindakan radikalisme, terutama di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten .

Beberapa warga DKI kepada VOA mengatakan, mereka memuji kinerja polisi, namun minta polisi bersama aparat intelejen agar lebih mampu melakukan pencegahan dini aksi terorisme.

Dari pantauan VOA, setiap hari dibeberapa kawasan vital, seperti pusat perbelanjaan, kantor kedutaan asing dan gedung perkantoran tampak dijaga ketat aparat. Sampai sekarang, mengantisipasi aksi terorisme, polisi masih menggelar razia-razia dibeberapa ruas jalan utama di Jakarta.

Di lain pihak, kaum muda ibukota tampak semakin meningkatkan sistem keamanan keliling (Siskamling) di kelurahan masing-masing demi menjaga keamanan dan ketertiban.

XS
SM
MD
LG