Deklarasi lembaga tersebut menyatakan perang terhadap aksi terorisme dan radikalisme. Deklarasi bertujuan agar ormas Islam lebih berperan dalam mewujudkan kerukunan dan perdamaian, terutama di tanah air.
Ketua PBNU Kiai Haji Said Aqil Siradj memimpin pertemuan yang berlangsung Jumat malam (21/10) di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. KH Said Aqil Siradj mengatakan, deklarasi persahabatan untuk mempersatukan umat Islam agar tidak terpecah menghadapi berbagai masalah-masalah yang belakang muncul di tanah air.
“Sudah saatnya Ormas Islam, mari kita saling pererat persaudaraan. Mari kita saling tukar informasi kesampingkan perbedaan (khilafiyah) antara kita.Yang paling penting lagi terkait sorotan dunia ini mengenai terorisme,” ujar KH Said Aqil.
Sebanyak 14 Ormas yang turut dalam pendeklarasian Lembaga Persahabatan Ormas Islam, yang dimaksudkan untuk memperkuat posisi Islam di Indonesia. Lembaga ini juga diharapkan menjadi wadah terutama dalam meredam radikalisme agama, dan memerangi aksi terorisme yang masih cenderung memojokkan Islam.
Hadir dalam deklarasi perwakilan 14 Ormas, antara lain adalah NU, Muhammadiyah, Al Irsyad Al Islamiyah, Persis, Ittihadiyah, serta Matlaul Anwar. Hadir pula perwakilan Ormas Arrobitoh Al Alawiyah, Syarikat Islam Indonesia, Perti, Ikadi, Azzikra, PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), Dewan Dakwah Islam Indonesia, dan Himpunan Bina Muallaf.
Pembentukan Lembaga Persahabatan Ormas Islam, sebelumnya merupakan tindak lanjut dari pertemuan ke-14 ormas Islam dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono beberapa bulan lalu. Ketua PBNU Kiai Said Aqil Siradj menambahkan, pembentukan lembaga tersebut tidak bertujuan untuk melibatkan Ormas Islam pada kegiatan politik praktis.
Said Aqil menambahkan, “Mewujudkan Islam moderat, Islam toleran, Islam yang memberi rahmat bagi seluruh umat manusia. Itu yang kita gagas, bukan Islam yang ekstrim, radikal, apalagi sampai teroris. Umat Islam ternyata rakyatnya miskin, sekitar 64 persen dalam keadaan miskin (Indonesia). Yang kita tekankan disini bidang sosial, pendidikan , meningkatkan martabat , termasuk soal kesejahteraan dan perekonomian umat. Lembaga ini tidak ada sama sekali berbau (bertujuan) politik.”
Salah seorang perwakilan Arrobitoh Al Alawiyah, Abdul Qadir Assegaf mengatakan, salah satu tantangan yang mesti dihadapi lembaga ini, mencarikan solusi terhadap perekonomian umat Islam.
Abdul Qadir mengatakan, “Lembaga ini harus ada manfaatnya bagi Republik ini, baik bagi umat muslim maupun yang bukan harus melakukan program yang langsung berdampak. Selama tiga puluh tahun ini republik dikuasai ekonominya oleh orang yang tidak menjadi mayoritas bangsa kita ini.”
Sementara, kalangan Pakar mengatakan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dapat menjadi mitra demokrasi dunia yang cukup penting, terutama dalam mewujudkan perdamaian, kerjasama ekonomi sekaligus mewujudkan kemitraan global dalam mencegah dan mengatasi terorisme dan berbagai kejahatan lintas negara.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kementerian Dalam Negeri RI, pada tahun 2010 lalu mencatat, jumlah organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di tanah air melebihi 100 ribu organisasi.
Pihak Kementerian Dalam Negeri mengatakan, pendirian ormas dan LSM cukup memberikan manfaat, terutama didominasi dalam bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, dan advokasi lingkungan hidup.