Tautan-tautan Akses

Big Data Petakan Lokasi Rawan Perdagangan Manusia di India


ARSIP – Siswi sekolah mengangkat poster sebagai bagian dari kampanye kesadaran melawan perdagangan manusia di Kolkata, India (foto: AP Photo/Bikas Das)
ARSIP – Siswi sekolah mengangkat poster sebagai bagian dari kampanye kesadaran melawan perdagangan manusia di Kolkata, India (foto: AP Photo/Bikas Das)

Dengan memanfaatkan teknologi big data, sebuah lembaga amal di India berusaha untuk mengidentikasi secara pasti lokasi-lokasi rawan perdagangan manusia dalam upaya mencegah perempuan dan anak perempuan dari desa-desa berisiko tinggi diperdagangkan sebagai PSK.

Sebuah lembaga amal di India memanfaatkan big data untuk mengidentikasi secara pasti lokasi-lokasi rawan perdagangan manusia dalam upaya mencegah perempuan dan anak perempuan dari desa-desa berisiko tinggi diperdagangkan sebagai PSK.

My Choices Foundation memanfaatkan teknologi yang dirancang khusus untuk mengetahui desa-desa dengan risiko paling besar perdagangan budak modern, kemudian meluncurkan kampanye di tingkat lokal untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Banyak masyarakat umum di India yang masih belum sadar bahwa perdagangan manusia benar-benar ada, dan kebanyakan orang tua tidak memiliki pemahaman bahwa anak-anak mereka sesungguhnya diperdagangkan dalam sebuah perbudakan," ujar Elca Grobler, pendiri My Choices Foundation.

"Itulah mengapa kesadaran di tingkat masyarakat bawah dan pendidikan di tingkat desa begitu penting untuk mengakhiri perdagangan manusia," ujar Grobler dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa petang.

Piranti analitik – yang dikembangkan oleh perusahaan Australia, Quantium – menggunakan serangkaian faktor untuk mengenali desa-desa yang paling rawan perdagangan manusia.

Bersumber dari hasil sensus di India, pendidikan dan data kesehatan serta faktor-faktor seperti risiko kekeringan, tingkat kemiskinan, pendidikan, dan peluang kerja untuk mengenali kawasan-kawasan yang rentan.

Kewaspadaan maksimal

Menurut perkiraan ada sekitar 46 juta orang yang diperbudak di seluruh dunia, dengan 18 juta orang di antaranya tinggal di India, menurut Indeks Perbudakan Global 2016. Indeks tersebut disusun oleh Walk Free Foundation, sebuah organisasi global yang berusaha untuk mengakhiri perbudakan modern.

Banyak warga desa yang dijebak oleh para pelaku perdagangan manusia dengan janji akan pekerjaan yang baik dan pembayaran di muka, yang akhirnya menyadari bahwa mereka atau anak-anak mereka dipaksa untuk bekerja di ladang-ladang atau produsen batu-bata, dipaksa bekerja di lokalisasi dan dijual sebagai PSK.

Hampir 20.000 perempuan dan anak-anak menjadi korban perdagangan manusia di India pada tahun 2016, sebuah peningkatan hampir 25 persen dari tahun sebelumnya, menurut data pemerintah.

Meskipun India telah memperkuat kebijakan anti-perdagangan manusianya di tahun-tahun belakangan, para aktivis menyatakan hambatan terbesarnya adalah minimnya kesadaran publik.

Pada tahun 2014, My Choices Foundation meluncurkan kampanye "Operation Red Alert," yang menawarkan program-program pendidikan untuk menginformasikan kepada para orang tua, guru-guru, tokoh-tokoh desa dan anak-anak tentang pelaku perdagangan manusia.

Namun dengan adanya lebih dari 600.000 desa di seluruh India dan keterbatasan sumberdaya, lembaga amal tersebut bekerja sama dengan Quantium untuk membangun piranti data baru dan menggunakan metode lama dan baru untuk melawan para pelaku kriminal ini.

"Kami membantu untuk menghapuskan perdagangan manusia, satu desa setiap saat, melalui kombinasi teknologi yang sangat canggih dan pendidikan …. di tingkat masyarakat bawah," ujar Grobler. [ww/dw]

XS
SM
MD
LG